ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 11 Juni 2021
Coping Stress Ibu Bekerja di Tengah Wabah Covid-19
Oleh
Yohana Hasibuan
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Wabah penyakit Corona virus Disease (Covid-19) yang melanda dunia sekarang ini, dikhawatirkan berdampak pada psikologis seseorang bahkan masyarakat luas. Pemberitaan mengenai meningkatnya jumlah penderita Covid-19, dapat berdampak serius berupa timbulnya perasaan tertekan, stress dan cemas di kalangan masyarakat. Termasuk stres yang di alami seorang ibu bekerja. Stres menjadi emosi negatif yang paling sering dialami oleh ibu bekerja selama masa wabah Covid-19. Karena stres, ibu bekerja menjadi kurang sabar, mudah tersinggung dan sulit untuk rileks. Hal itu terungkap dari sebuah survei yang diadakan Kepala Departemen Psikologi Perkembangan, Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran Fredrick Dermawan Purba. Meski demikian, tingkat stres yang dialami ibu tidak terlalu tinggi dan belum sampai pada tahap mengkhawatirkan. Namun, tetap saja stres pada ibu perlu diatasi karena kondisi ini mempengaruhi orang-orang di rumah. (Fadila, 2020).
Begitu juga artikel berita CNN Indonesia mengatakan hasil survei yang dijaring oleh aplikasi Teman Bumil dan platform riset pasar Populix ini melibatkan 1.230 partisipan, tapi hanya 1.192 yang masuk kriteria analisis. Mayoritas adalah ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan 1-2 anak (54 persen) dan diikuti sudah menikah tapi belum punya anak (43 persen). Hasilnya menunjukkan, 9 dari 10 (91 persen) ibu rumah tangga yang mengikuti survei mengaku dampak Covid-19. Sebanyak 643 orang (60 persen) mengalami masalah terbesar di sektor keuangan, 37 persen di sektor kesehatan terkait kecemasan terhadap Covid-19, dan hanya 3 persen ibu rumah tangga yang bermasalah dengan pendidikan jarak jauh untuk anak-anaknya (CNN, 2020). Begitu juga dengan hasil observasi peneliti dari informasi teman-teman di pekerjaan dan pengalaman peneliti sendiri yang merupakan seorang ibu yang memiliki dua orang anak dan masih aktif bekerja melihat bahwa seorang ibu yang membantu anak belajar di rumah, mengatur urusan rumah tangga, banyak mendapatkan informasi negatif dari media sosial, hingga pembatasan melakukan aktivitas di luar rumah semakin mudah mengalami stres.
Menurut Lazarus dan Folkman (1984), coping adalah proses yang mengatur tuntutan dari eksternal atau internal yang muncul melampaui batas sumber daya seseorang. Sedangkan stress adalah respons seseorang terhadap kejadian yang mengancam atau menantang mereka. Apakah itu suatu masalah keluarga, atau bahkan ancaman yang sedang terjadi atau hidup penuh dengan situasi dan kejadian yang mengancam kesejahteraan kita (Feldman, 2012). Jadi, coping stress merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan individu untukmengatasi situasi yang penuh akan tekanan (stress) baik secara kognitif maupun dengan perilaku. Ketika seseorang, termasuk ibu rumah tangga menghadapi suatu masalah mereka akan melakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah. Hal ini dikenal dengan istilah Coping Stress. Menurut Lazarus dan Folkman membagi aspek strategi coping menjadi dua yaitu: pertama problem focused coping, antara lain; planful problemsolving, confrontive coping, Seeking Social Suport dan kedua Emotion focused coping, antara lain; distancing, self-control, accepting responsibility, escape-avoidance, dan positive reappraisal (Lazarus & Folkman, S, 1984).
Coping Stress adalah suatu tindakan mengubah kognitif secara konstan dan merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu. Coping dipandang sebagai suatu usaha untuk mengatasi situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari tekanan tersebut. Namun coping bukan merupakan suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi menekan, karena tidak semua situasi tersebut dapat benar-benar dikuasai. Maka, coping yang efektif untuk dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasai (Lazarus & Folkman, S, 1984). Cara yang dapat dilakukan oleh ibu bekerja dalam rangka untuk menghilangkan stres adalah dengan tidak menjadikan masalah berlarut-larut, berpikir positif, mencari hal-hal baik, namun beberapa diantaranya dengan berkomunikasi terbuka dengan suami dan anak, jalan-jalan bersama anak dan suami serta mengadakan acara-acara keluarga besar.
Berdasarkan uraian diatas setiap individu memilki perbedaan kemampuan untuk mengatasi stres yang di alami ibu bekerja berbeda-beda satu sama lainnya. Oleh karena itu seorang ibu yang setiap hari melakukan aktifitas di rumah, juga harus bekerja kerapkali mengalami stres. Sehingga dengan menggunakan strategi coping stress pada ibu bekerja di tengah wabah Covid-19 ini. Bisa menjadi masukan bagi ibu yang bekerja di wabah covid-19 agar tetap sehat jasmani dan mental dalam menghadapi wabah ini.
Referensi:
CNN. (2020, November 12). https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201111113804-255-568443/8-bulan-pandemi-56-persen-ibu-rumah-tangga-alami-stres. Retrieved from www.cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201111113804-255-568443/8-bulan-pandemi-56-persen-ibu-rumah-tangga-alami-stres
Fadila, R. U. (2020, November 12). https://www.pikiran-rakyat-.com/pendidikan/pr-01963762/hasil-survei-psikologi-unpad-stres-paling-sering-dialami-kaum-ibu-selama-pandemi-covid-19. Retrieved from www.pikiran-rakyat.com: https://www.pikiran-rakyat-.com/pendidikan/pr-01963762/hasil-survei-psikologi-unpad-stres-paling-sering-dialami-kaum-ibu-selama-pandemi-covid-19
Feldman, R. (2012). Understanding Psychology: Pengantar Psikologi, Edisi 10 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Lazarus, R., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal and coping. New York: Spinger Publishing Company Inc.