ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 10 Mei 2021
Self-Awareness Penerima Program Bantuan Pemerintah
Oleh
Novanta Br Sitepu
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Sejak panemi covid-19, banyak sekali bantuan yang dikucurkan oleh pemerintah kepada masyarakat. Jenis bantuan ada yang berupa uang atau dikenal dengan Bantuan Langsung Tunai/Bantuan Sosial Tunai, bantuan berupa sembako dan juga pelatihan untuk meningkatkan skill. Namun, sebelum pandemi covid-19 memang sudah ada beberapa bantuan yang sifatnya berkelajutan.
Dalam artikel Kompas.com (2021) menyebutkan program bantuan yang masih berlanjut hingga 2021 yaitu Kartu Prakerja, Subsidi Listrik, BLT UMKM, Program Keluarga Harapan, Program Sembako dan Bantuan Sosial Tunai (BST). Program bantuan tersebut sebelumnya sudah ada di tahun 2020 lalu.
Dengan banyaknya program bantuan tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat berlomba-lomba untuk mendaftar sebagai penerima bantuan. Bukan mendaftar satu program saja, bahkan banyak yang mendaftar lebih dari satu program bantuan, dan juga yang sudah terdaftar dan menerima satu program bantuan masih merasa kurang puas sehingga mendaftar pada program bantuan yang lain. Faktanya bahwa ada yang menerima lebih dari satu program bantuan tetapi ada yang tidak menerima bantuan apa-apa sama sekali. Dalam banyak kasus di lapangan, dapat ditemukan juga bahwa penerima bantuan ada yang dari kalangan atas dimana seharusnya mereka tidak layak menerima program bantuan tersebut. Dalam hal inilah diharapkan adanya kesadaran diri (Self Awareness) dari masyarakat terkait kasus tersebut.
Goleman, (2007) menyatakan bahwa kesadaran diri (selfawareness) adalah perhatian yang terus menerus terhadap keadaan batin idividu. Para ahli psikologi menyebut kesadaran diri dengan istilah metakognisi dan metamood, yaitu kesadaran orang akan proses berpikir dan kesadaran emosinya sendiri. Inti kesadaran diri adalah sadar akan kedua kesadaran tersebut. Proses metakognisi menyebabkan individu dapat mengontrol aktivitas kognitifnya, pengetahuan individu tentang proses kognitif dapat mengarahkannya untuk memilih situasi dan strategi yang tepat bagi dirinya di masa yang akan datang (Nafisa, 2010).
Selain itu menurut Goleman (dalam Nafisa, 2010) juga mengemukakan bahwa kesadaran diri (self-awareness) yang baik akan dicapai bila individu dapat mengembangkan kemampuan untuk sadar diri, kemampuan untuk mengendalikan dorongan hati dan kemampuan untuk bersikap optimis. Individu yang memiliki self-awareness yang baik maka ia dikatakan memiliki kecerdasan emosional yang baik pula. Konsep kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman (2007) tersebut esensinya terdapat pada kemampuan untuk memiliki self-awareness yang baik.
Abraham Maslow dalam teorinya Humanistik mengemukakan tentang kesadaran diri (self-awareness) adalah mengerti dan memahami siapa diri kita, bagaimana menjadi diri sendiri, apa potensi yang kita miliki, gaya apa yang dimiliki, apa langkah-langkah yang diambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang dimiliki dan diyakini, kearah mana perkembangan kita akan menuju.
Masyarakat kalangan atas yang menerima program bantuan tersebut, akan menggunakannya untuk kesenangan diri karena memang mereka tidak benar-benar membutuhkan bantuan tetapi ada kepuasan sendiri ketika mereka mendapatkan sesuatu yang cuma-cuma tanpa melalui kerja keras. Padahal banyak masyarakat lain yang lebih membutuhkan dimana mungkin saja usaha atau mata pencaharian mereka terkena dampak Covid-19 sehingga untuk memenuhi kebutuhan dasar saja pun mereka harus bersusah payah. Dengan adanya kesadaran diri masyarakat penerima program bantuan pemerintah, diharapkan kedepannya segala bentuk bantuan bisa tepat sasaran sehingga masyarakat yang benar-benar membutuhkan bantuan tersebut bisa menggunakannya sesuai kebutuhan.
Ketika persoalan tersebut ada di sekitar kita atau di keluarga kita, kita juga bisa mengambil tindakan untuk saling mengingatkan supaya kedepannya ada kesadaran diri dari penerima bantuan program tersebut. Jika memang merasa tidak layak untuk menerima Program bantuan, sebaiknya mengundurkan diri sehingga bisa digantikan oleh orang yang benar-benar layak untuk menerima program bantuan tersebut. Self-awareness yang baik menandakan seseorang itu memiliki kecerdasan emosional yang baik pula.
Referensi:
Goleman, D. (2001). Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi (terjemahkan oleh Widodo). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, D. (2014). Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.