ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 8 April 2021
Self Discipline Dan Meaning Of Life, Keterampilan Dan Sikap Dalam Pembelajaran Jarak Jauh Saat Pandemi
Oleh
Adira Khansa Martin dan Arie Rihardini Sundari
Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia Y.A.I Jakarta
Disiplin diri (Self-Discipline) dan kemandirian sangat dibutuhkan dalam setiap lini kehidupan, terlebih saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagaimana yang telah dilalui selama setahun lebih di seluruh Indonesia. Hampir seluruh mahasiswa mengalami belajar daring dengan berbagai adaptasi baru, dengan tantangan maupun benefitnya. Penelitian di kampus Telkom University dan UIN SGD Bandung menunjukkan sekitar 60.5 % mahasiswa siap beradaptasi dengan penggunaan teknologi pembelajaran perkuliahan online tetapi sekitar 59.5 % keberatan atas tugas yang diberikan dosen yang berakibat tingkat stress mahasiswa sekitar 60 % (Kusnayat dkk, 2020). Oleh karenanya untuk dapat menyikapi kondisi tersebut, selama masa kuliah online, mahasiswa dituntut untuk beradaptasi dengan cara belajar yang berbeda, dan dituntut untuk belajar secara mandiri (Syahira & Soerjoatmodjo, 2021). Selain itu, semakin tinggi disiplin belajar seorang mahasiswa, akan semakin tinggi prestasi belajar yang diperoleh, dalam pembentukan karakter disiplin pada mahasiswa membutuhkan motivasi karena disiplin itu tidak tertanam otomatis pada diri seseorang sejak lahir melainkan dibentuk oleh lingkungannya melalui pola asuh serta perlakuan dari orang-orang di lingkungannya (Rusydayana & Supriyanto, 2020).
Pavlina (2005) seorang penulis “Self-help” Amerika, pembicara motivasi dan entrepreneur menyatakan bahwa disiplin diri (self-discipline) adalah kemampuan untuk membuat diri bertindak, terlepas dari variable lain yang menjadi penghalang, terutama emosi, sehingga disiplin diri menjadi salah satu kekuatan pengembangan diri (Self Development) yang terpenting dalam mencapai sesuatu. Pelaksanaan disiplin diri memiliki efek kuat pada pikiran dan emosi. Kesuksesan yang abadi, akan dapat diraih ketika kita memiliki kebiasaan mendisiplinkan diri kita, dalam jangka waktu yang lama (Tracy, 2010). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Garcia & Subia (2019) pada atlit remaja di Philipina menyatakan bahwa partisipasi para remaja dalam sekolah atletik membentuk mereka untuk mengembangkan manajemen waktu yang baik, keterampilan, disiplin diri dan tetap fokus terhadap perencanaan. Sementara atlit yang tidak diakari dengan motivasi, usaha yang kuat, mengorbankan segala bentuk emosi untuk mencapai yang terbaik akan terseleksi dengan sendirinya dan tidak masuk dalam lingkaran pemenang.
Peran lingkungan memang penting bagi keberhasilan individu, namun pelaksana utama dan pemegang kendali kehidupan adalah diri individu sendiri.Tujuan hidup yang jelas, latihan yang intensif, mempertahankan semangat dan kepercayaan diri, serta dukungan dari keluarga merupakan elemen-elemen yang penting dalam keberhasilan mencapai prestasi apapun. Kebermaknaan hidup yang jernih dan stabil dengan didukung oleh pengendalian diri yang tinggi adalah unsur penting dalam kesehatan mental (Li,dkk, 2019), dalam hal ini disipin diri merupakan bagian dari pengendalian diri yang tinggi. Terkadang ketika dihadapi masalah pribadi maupun masalah perkuliahan, sebagian mahasiswa kerap berfikir “Kenapa hidup saya berisi penderitaan? kenapa harus saya yang menghadapi ini?”. Hal terpenting yang luput ketika itu adalah menghadirkan diri secara utuh, karena fokusnya hanya melihat diri dari sudut pandang kegagalan semata atau permasalahan, dan lupa untuk memperhatikan separuh bagian hidupnya yang pernah meraih keberhasilan, bahkan ditiadakan keberadaannya.
Viktor Frankl, seorang neurologist, pernah mengalami masa-masa terberat di hidupnya. Beliau pernah masuk kedalam consentration camp pada perang dunia kedua, diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi, tidak diberikan makanan dan pakaian yang layak di musim dingin. Setiap hari ia melihat orang orang meninggal karena penyakit, kelaparan, bahkan dibunuh tanpa alasan, bahkan seluruh keluarganya juga di bunuh di dalam camp tersebut. Namun, disaat ia berada dalam kesulitan, ia menyadari bahwa ia harus bertahan hidup. Setelah 3 tahun lamanya, Frankl berhasil keluar dari camp tersebut dan menuliskan kehidupannya semasa di camp yang berjudul ‘Man’s Search for Meaning’. Frankl menuangkan pengamatan secara psikologis terhadap pada tahanan di camp dan menemukan dua tipe tahanan, yaitu yang kehilangan harapan, keyakinan, dan tujuan untuk masa depannya dan yang menjadikan hidupnya sebagai tantangan untuk di perjuangkan (menemukan makna hidup) setiap harinya. Tipe yang pertama akan gugur, sedangkan yang kedua akan tetap hidup bahkan bebas dari camp. Belajar dari pengalaman tersebut bahwa penting untuk menemukan makna hidup.
Jadi apa itu makna hidup? untuk apa kita hidup? Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga, memberikan nilai khusus bagi setiap orang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (The purpose in life). Apabila makna hidup berhasil dipenuhi maka individu akan merasakan kehidupan yang berarti dan akan menimbulkan perasaan bahagia (Happiness). Makna hidup ada dalam kehidupan itu sendiri dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan maupun keadaan yang tidak menyenangkan, keadaan bahagia, maupun penderitaan (Bastaman, 1995).
Disiplin diri berperan penting setelah menetapkan tujuan hidup, dengan mengesampingkan emosi dan pikiran negatif untuk melangkah ke depan. Menghadapi pandemi ini, mahasiswa ditantang untuk memiliki keterampilan disiplin diri (self discipline) dan sikap makna hidup (meaning of life) sebagai modal utama untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan dalam perkuliahan maupun dalam kehidupan selanjutnya.Sarannya adalah buat daftar impian kemudian wujudkan seluruhnya dengan disiplin diri. Selamat mencoba dan semoga berhasil.
Referensi :
Bastaman, H. D. (1995). Integritas psikologi dengan islam, menuju psikologi islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Frankl, Viktor. E. (1984). Man’s Searching for Meaning. Boston: Beacon Press.
Garcia, Mary Grace G, &Subia, Gener S. (2019). High school athletes: Their motivation, study habits, self-discipline and academic performance. International Journal of Physical Education, Sports and Health; 6(1): 86-90. DOI: 10.13140/RG.2.2.20538.44488. Diakses pada 18 Februari 2021. https://www.researchgate.net/publication/330839121_High_school_athletes_Their_motivation_study_habits_selfdiscipline_and_academic_performance
Kusnayat, A., Muiz, M, H., Sumarni, N., Mansyur, A. S., & Zaqiah, Q. Y. (2020). Pengaruh teknologi pembelajaran kuliah online di era Covid-19 dan dampaknya terhadap mental mahasiswa. EduTeach: Jurnal Edukasi dan Teknologi Pembelajaran, 1(2), 153-165. Diakses pada tanggal 22 Februari 2021 melalui http://ejurnal.umri.ac.id/index.php/eduteach/article/view/1987/1212.
Li, J., Salcuni, S., & Delvecchio, E. (2019). Meaning in life, self-control and psychological distress among adoslescents: A cross-national study. Psychiatry Research, 272, p. 122-129. DOI: 10.1016/j.psychres.2018.12.033. www.elsevier.com/locate/psychres.
Rusydayana, L. S., &Supriyanto, A. (2020). Pengaruh kedisiplinan dan motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa. Seminar Nasional - Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang: Arah Manajemen Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19. Diakses melalui http://conference.um.ac.id/index.php/apfip/article/view/400/351.
Syahira, P., & Soerjoatmodjo, G. W. L. (2021). Agar Kuliah Online Menyenangkan. Buletin Konsorsium Psikologi Ilmiah Nasional (KPIN). ISSN 2477-1686, Vol. 7 No. 3 Februari 2021. Diakses melalui https://buletin.kpin.org/index.php/daftar-artikel/779-agar-kuliah-online-menyenangkan.
Tracy, Brian (2010). No Excuses!: The Power of Self-Discipline. New York: Vanguard Press.
https://www.johngoddard.info/life_list.htm
https://en.wikipedia.org/wiki/John_Goddard_(adventurer)
https://study.com/academy/lesson/piagets-formal-operational-stage-definition-examples-quiz.html
https://stevepavlina.com/blog/2005/06/self-discipline/