ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 7 April 2021
TRAUMA MASA KECIL DAPAT BERPENGARUH PADA KUALITAS TIDUR
Oleh
Nurganecia Arindita
Departemen Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia
Trauma masa kecil didefinisikan sebagai pengalaman-pengalaman traumatis yang terjadi pada anak-anak, dan umumnya terjadi pada tahun-tahun pertama dalam kehidupan mereka (The National Child Traumatic Stress Network). Trauma masa kecil memiliki akibat pada emosional, perilaku, kognitif dan fungsi fisik pada anak.
Kejadian kejadian yang mengakibatkan stress traumatis kebanyakan adalah kejadian yang tidak diduga-duga, secara sengaja (dengan motif kebencian) dan berulang-ulang. Pengalaman-pengalaman traumatis tidak hanya terjadi secara fisik, verbal atau pelecehan seksual saja, tapi juga termasuk hal-hal yang berpengaruh kuat, seperti: anak merasa diabaikan atau terancam.
Kita seringkali lalai dengan perbuatan kita terhadap anak kecil karena kita selalu menyangka anak kecil belum mengerti, padahal ada bagian otak bernama amigdala yang memiliki 3 respon saat menghadapi ancaman, yaitu flight, fight, freeze. Respon itu akan aktif ketika menghadapi ancaman, dan perasaan yang dirasakan pada saat terancam itu dapat menetap sampai dewasa.
Anak-anak dan bayi menggunakan berbagai pola respon adaptif dalam menghadapi ancaman dan caranya juga bergantung pada penggunaannya, menginternalisasi aspek tanggapan, mengorganisasi pertumbuhan otak. Ada berbagai gejala neuropsikiatri yang timbul ketika pola aktivasi saraf ini berlangsung (Perry, 1999).
Menurut Dr. Harris, trauma masa kecil dapat mempengaruhi hal-hal berikut:
1. Perkembangan otak
2. Sistem perkembangan tubuh
3. Sistem hormon
4. Cara membaca dan menuliskan DNA, hal ini akan mempengaruhi perkembangan dan penampilan genetis.
5. Nucleus Accumbend (NAc), pusat kesenangan dan penghargaan otak yang terlibat dalam ketergantungan obat-obatan
6. Prefrontal Cortex, yang dibutuhkan untuk mengendalikan impuls dan fungsi pelaksanaan, area penting untuk pembelajaran
7. Amigdala, pusat takut di otak, yang mengakibatkan seseorang mengambil tindakan yang berisiko tinggi
Selain itu, diketahui bahwa trauma masa kecil juga dapat mengakibatkan masalah tidur, termasuk sering bangun di malam hari. Dr. Karen Jakubowskii, mengatakan bahwa dari penelitian yang dia lakukan dia menemukan bahwa kurang tidur lumrah terjadi pada wanita paruh baya dan itu diakibatkan dari paparan trauma wanita pada masa kanak kanak, yang menunjukan bahwa trauma masa kanak kanak dan dewasa memiliki kesinambungan besar terhadap pola tidur yang buruk dan kualitas tidur yang kurang bagus. Studi ini melibatkan 166 wanita berusia 40 hingga 60 tahun yang dilacak selama 5 tahun.
Lebih dari sepertiga subjek pernah mengalami trauma pada masa kanak-kanak (44%), sementara hampir dua pertiga pernah mengalami trauma saat dewasa (61%). Trauma selama masa dewasa paling berkorelasi dengan kualitas tidur yang buruk, sedangkan trauma masa kanak-kanak paling berkorelasi dengan sering terbangun di malam hari.
Dr. Stephanie Faubion mengatakan, kualitas tidur merupakan bagian penting dari kualitas tidur wanita secara keseluruhan, mempengaruhi kesehatannya dan fungsi kognitifnya. Maka dari itu penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk menyadari semua faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan wanita untuk tidur dengan kualitas yang baik, termasuk riwayat trauma.
Referensi:
Bukowski, Karen. (2020). Childhood and Adult Traua Create Sleeples Nights for Midlife Women. The North American Menopause Society