ISSN 2477-1686

 Vol. 7 No. 7 April 2021

“Everyday is Valentine’s Day”

 

Oleh

Grace Indrawati

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Bulan Februari selalu menjadi bulan yang dinantikan bagi para pasangan maupun para single untuk menyatakan perasaan cinta kepada pasangan atau kepada orang yang sedang disukai. Biasanya cokelat, bunga, atau pun boneka menjadi barang yang sering diberikan kepada pasangan untuk menyatakan perasaan cinta mereka dihari Valentine. Tradisi ini sudah dijalani sejak lama dan diadaptasi dari budaya Barat sebagai hari untuk menyatakan kasih sayang (BBC, 2020).

 

Kita juga sering mendengar bahwa “every day is valentine’s day”. Berarti menunjukan perhatian dan kasih sayang kepada orang yang kita cintai seharusnya tidak berhenti dihari Valentine saja. Jadi, apakah kita harus memberikan bunga dan cokelat setiap hari untuk menunjukkan kasih sayang kita kepada pasangan? Kalau Anda punya banyak uang untuk membeli itu setiap hari, boleh-boleh saja. Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah apakah memberi bunga dan cokelat sudah cukup untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayang Anda kepada pasangan? Apakah betul dengan cara seperti itu pasangan Anda merasa dicintai?

 

Menurut Chapman seorang konselor pernikahan (dalam Polk & Egbert, 2013), tidak ada kebutuhan emosional yang lebih mendasar daripada kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. Dalam bukunya, Chapman (2004) mengemukakan bahwa individu mengekspresikan cinta dalam lima bentuk bahasa kasih (love languange): 1) Words of Affirmation; 2) Quality Time; 3) Receiving Gifts; 4) Acts of Service; 5) Physical Touch

 

Kita mempelajari bahas kasih pertama kali dari bagaimana cara orang tua atau pun figur signifikan menunjukan rasa cinta mereka kepada kita (Chapman, 2004). Hal itu yang kemudian membentuk bahasa kasih utama kita (primary love language). Dalam bukunya, Chapman mengatakan kunci keberhasilan dari pernikahan yang penuh dengan cinta adalah ketika kita mengetahui bahasa kasih utama yang kita miliki dan mempelajari bahasa kasih utama yang dimiliki oleh pasangan kita dan menjadikan itu sebagai bahasa kasih kedua kita (secondary love language). Bahasa kasih utama kita dengan pasangan bisa berbeda, Kalau kita ingin pasangan merasa dicintai, maka kita perlu berbicara dengan bahasa kasih utama yang dimiliki oleh pasangan kita dan begitu juga sebaliknya. Ketika kita gagal memahami dan berbicara dengan bahasa kasih utama yang dimiliki pasangan kita, maka hal itu akan memengaruhi kualitas hubungan yang sedang dijalani.

 

Mari kita pelajari seperti apa pengertian dan bentuk dari masing-masing bahasa kasih menurut Chapman (2004): 

1.    Words of Affirmation

Individu yang memiliki bahasa kasih utamanya adalah words of affirmation, biasanya ia merasa dicintai ketika mendapatkan pesan atau kata-kata yang menguatkan dan penuh dengan kasih sayang. Bagi individu yang memiliki words of affirmation sebagai bahasa kasih utama, mereka menantikan pasangan untuk memberikan kata-kata penyemangat yang bisa menginspirasi mereka menjadi orang yang berani melangkah dan memampukan mereka mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Melalui kata-kata penyemangat dan memberikan pujian secara verbal akan membuat pasangan merasa bahwa kita percaya akan kemampuan yang dimilikinya, dan ia layak untuk mendapatkan pujian. Dengan demikian pasangan akan merasa dicintai. 

 

2.    Quality Time

Aspek utama dari quality time adalah adalah kebersamaan. Kebersamaan berkaitan dengan perhatian yang terfokus kepada pasangan, bukan hanya sekedar proximity / kedekatan secara fisik saja. Jika bahasa kasih utama pasangan kita adalah quality time, maka kita perlu memberikan perhatian penuh saat kita bersama dengan dia. Kegiatan/aktifitas yang dilakukan bersama menjadi suatu hal yang insidental saja, karena fokus utamanya adalah pasangan kita, bukan kegiatannya. Bahasa kasih quality time mengisyaratkan bahwa kita peduli dengan pasangan kita, dan kita menikmati waktu bersama dengan dia serta menikmati melakukan kegiatan bersama-sama dengannya. Quality time dapat dilakukan dalam bentuk percakapan yang berkualitas (quality conversation), yaitu dialog antar dua individu yang bisa saling membagikan pengalaman, pikiran, perasaan, dan keinginan mereka dengan cara yang aman tanpa adanya interupsi. Jika bahasa kasih utama pasangan Anda adalah quality time, maka dialog menjadi penting bagi dia untuk merasa dicintai.

 

3.    Receiving Gifts

Ini adalah salah satu bahasa kasih yang paling mudah untuk dipelajari. Bagi individu yang memiliki bahasa kasih utama ini, mereka melihat bahwa pemberian/hadiah adalah bentuk ungkapan cinta dari pasangannya dan mereka merasa diingat oleh pasangannya melalui pemberian tersebut. Hadiah/pemberian tidak perlu mahal, yang penting Anda tahu barang apa yang sedang dibutuhkan oleh pasangan dan barang yang memiliki makna bahwa Anda memikirkan dia saat membeli barang tersebut. Jangan menunggu hari spesial untuk memberikan sesuatu kepada pasangan Anda, karena jika pasangan Anda memiliki bahasa kasih ini maka setiap pemberian Anda kapan pun itu, akan dimaknai oleh pasangan sebagai ekspresi cinta Anda kepadanya. 

 

4.    Act of Service

Bahasa kasih ini dimanifestasikan dalam bentuk perilaku melayani atau melakukan sesuatu untuk pasangan sebagai bentuk ekspresi cinta kita kepadanya. Membantu pasangan mengerjakan pekerjaan rumah, membantu mencuci piring, membantu mengasuh anak/ orang tua, membuatkan minuman/makanan untuk pasangan bisa menjadi salah satu bentuk dari act of service yang membuat pasangan merasa dirinya dipedulikan dan dicintai. Bentuk act of service yang salah seringkali disertai tuntutan dan kritikan yang berujung dengan memperlakukan dan memanipulasi pasangan sebagai pelayan daripada kekasih. Biasanya manipulasi muncul dalam bentuk ungkapan, “kalau kamu sayang sama aku, harusnya kamu melakukan ini untukku!” Ketika kita memanipulasi pasangan agar melakukan apa yang kita mau, maka itu bukanlah cinta. 

 

5.    Physical Touch

Sentuhan fisik merupakan bentuk bahasa kasih yang pertama kali dirasakan oleh seorang anak. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa anak yang sering mendapatkan sentuhan fisik, digendong, dipeluk, dan dicium oleh Ibunya akan bertumbuh menjadi seorang anak yang sehat secara emosional (Chapman, 2004). Bagi beberapa orang sentuhan fisik menjadi bahasa kasih utama mereka. Tanpa hal itu, mereka akan merasa tidak dikasihi. Disisi lain, sentuhan fisik dapat menjadi pemutus hubungan, karena sentuhan fisik bisa mengkomunikasikan kebencian dan juga pelecehan. Sentuhan fisik tidak harus dilakukan dalam momen khusus saja. Kadang sentuhan-sentuhan kecil seperti merangkul pasangan saat berjalan, duduk berdekatan sambil berpegangan tangan saat menonton tv, atau memijat punggung pasangan saat ia sedang bekerja, bisa menjadi ungkapan yang powerful untuk menyampaikan “aku mencintaimu” kepada mereka yang memiliki physical touch sebagai bahasa kasih utama. 

 

Bahasa kasih bisa dipelajari. Sadari dan kenali dulu apa bahasa kasih utama Anda. Dengan memahami dan mengkomunikasikan bahasa kasih yang tepat kepada pasangan, maka kita bisa benar-benar merasakan “every day is valentine’s day.”

 

 

Referensi:

Chapman, G. D. 2004. The Five Love Languages. Chicago: Northfield Publishing. 

Polk, D. M., & Egbert, N. (2013). Speaking the Language of Love: On whether Chapman’s (1992) Claims Stand Up to Empirical TestingThe Open Communication Journal, vol.7, 1-11.

 

BBC. (2020, 14 Februari). What is Valentine’s Day and How Did It Start. Diakses pada Februari 13, 2021, dari https://www.bbc.co.uk/newsround/16945378