ISSN 2477-1686

 Vol. 7 No. 2 Januari

 

Internet Semakin Meroket, Waspada Adiksi Guys!

Oleh

Krishervina Rani Lidiawati dan Jason Theosebya Wardoyo

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Era globalisasi di tahun 2000an telah memberikan kemajuan dengan munculnya berbagai macam teknologi yang dapat membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran teknologi seperti internet memberikan dampak yang dirasa cukup besar bagi masyarakat dalam hal memperoleh informasi, berkomunikasi, dan juga sebagai sarana hiburan, khususnya bagi kalangan remaja/mahasiswa (Hakim & Raj, 2017). Internet merupakan hal yang dapat membantu mereka memperoleh sumber yang menunjang kegiatan akademik dan non-akademik mereka. Adanya internet juga membantu mereka untuk berkomunikasi secara digital menggunakan aplikasi berupa WhatsApp, LINE, atau Instagram Direct Message. Internet juga dapat dijadikan sebagai sarana hiburan untuk menonton film, mendengarkan lagu, atau sebatas melihat postingan foto gebetan mereka.

Apalagi dalam kondisi pandemi COVID 19 yang saat ini masih berlangsung, kebutuhan internet semakin meningkat. Hal ini dikarenakan proses belajar bergantung pada sarana internet. Beberapa manfaat tersebut merupakan contoh dampak positif hadirnya internet. Penggunaan internet tetap perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu. Hal ini karena internet dapat mengarahkan penggunanya untuk mengalami kecanduan internet atau biasa dikenal dengan internet addiction. Dalam kondisi pandemi saat ini tentu akan semakin sulit untuk tidak menggunakan gawai dan semakin banyak waktu yang dihabiskan didepan layar (Lidiawati, 2020).

Internet addiction merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku penggunaan internet secara berlebihan dalam waktu yang lama dan menarik diri dari interaksi sosial karena terlalu fokus menghabiskan waktu untuk menggunakan internet (Nancy, 2016).  Internet addicition dapat terjadi pada siapapun. Namun, di era digital sekarang ini remaja menjadi subjek yang rawan mengalami internet addiction. Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2018), penggunaan internet pada usia 15-19 tahun mencapai angka 91%. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, remaja tingkat SMA dan mahasiswa 90-92% menggunakan internet. Oleh karena itu, internet addiction lebih rawan terjadi kepada generasi milenial yang sekarang selalu update. Ditambah lagi kondisi pandemi saat ini yang membuat remaja sangat terbatas ruang gerak dan bermainnya sehingga semakin meningkatkan potensi penggunaan gawai tanpa batas.

Internet addiction seringkali juga dikaitkan dengan penggunaan obat-obatan maupun alkohol (substance abuse). Kemudahan akses internet membuat remaja mungkin mengakses situs penjualan obat-obatan terlarang tersebut (Nur Rahmawati, 2018).  Hal ini karena remaja sedang dalam tahap perkembangan pencarian jati diri (Identity vs Role Confusion) menurut Erikson sehingga mereka lebih rawan mencoba hal-hal yang belum pernah mereka alami sebelumnya untuk mencari identitas sejati mereka. Di Jepang, terdapat penelitian yang menguji hubungan antara internet addiction dan depresi terhadap mahasiswa di sebuah universitas dan menunjukkan hubungan yang signifikan (Seki, Hamazaki, Natori, & Inadera,2019). Dampak lain yang muncul dari internet addiction antara lain seperti kesulitan tidur, kecemasan yang disebabkan adanya perasaan gelisah ketika tidak mengakses internet, kurangnya interaksi sosial yang disebabkan penggunaan handphone yang lebih sering ketika berkumpul dengan teman, hingga penurunan produktivitas akademik. Dampak-dampak tersebut merupakan contoh  yang seringkali terjadi kepada remaja yang mengalami internet addiction. Dilansir dari buku Behavioral Addictions Criteria, Evidence, and Treatment oleh Rosenberg, Kenneth, Feder, Laura Curtiss (2014), seseorang dikatakan mengalami internet addiction ketika menunjukkan adanya gejala-gejala berupa gangguan fungsional dan psikososial terkait dengan interaksi dengan orang lain, durasi penggunaan internet setidaknya 6 jam per hari selama 3 bulan, dan mengalami psikosis (tidak terkait dengan dunia nyata). Selain dilihat dari gejala tersebut, penggunaan alat tes seperti Internet Addiction Test juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami internet addiction atau tidak. Adapun pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi internet addiction dapat dilakukan dengan cara memberikan psikoedukasi kepada masyarakat untuk lebih memiliki kesadaran tentang internet addiction dan juga dari dalam diri sendiri untuk lebih mengendalikan penggunaan internet.

Penggunaan internet bagi remaja memang tidak dapat dipisahkan lagi melihat kondisi sekarang ini. Sebagai remaja, maka perlu untuk belajar mengendalikan diri dalam penggunaan internet supaya tidak sampai terjerumus internet addiction dan menyadari akan dampak yang muncul. Gunakan internet untuk keperluan mengenai hal yang penting seperti tentang akademik, maupun untuk berkomunikasi, serta perlunya batasan waktu dalam menggunakannya. Jangan sampai menyalahgunakan fasilitas internet yang sebenarnya memiliki tujuan untuk membantu dan mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia menjadi sumber malapetaka atau gangguan kesehatan baik fisik dan mental. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan internet sebijak mungkin bahkan dimasa pandemic COVID 19 ini. Perlu kesadaran, dimulai hal sederhana seperti demi menjaga kesehatan mata, pikiran, kesehatan mental serta semakin bijak menyaring informasi apalagi jika menyebarkannya.

Referensi:

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2018). Hasil Survei Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2018 diakses dari https://www.apjii.or.id/content/read/39/410/Hasil-Survei-Penetrasi-dan-Perilaku-Pengguna-Internet-Indonesia-2018 pada 27 Februari 2020

Hakim, S. N., & Raj, A. A. (2017). Dampak kecanduan internet (internet addiction) pada remaja. Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia, 1, 281-284

Lidiawati, K. R. (2020). Sukses Mendampingi Anak Belajar Mandiri di Masa. Buletin KPIN, 6(18). https://doi.org/ISSN 2447-1686

Nancy M. (2016). Behavioral Addictions DSM-5 and Beyond. New York:Oxford University Press.

Nur Rahmawati, A. I. (2018). Internet Addiction pada Remaja Pelaku Substance Abuse: Penyebab atau Akibat? Buletin Psikologi, 26(1), 64–70. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.31164

Rosenberg, Kenneth P., Feder, Laura Curtiss. (2014). Behavioral Addictions Criteria, Evidence, and Treatment. Oxford:Academic Press, Elsevier

Seki, T., Hamazaki, K., Natori, T., & Inadera, H. (2019). Relationship between internet addiction and depression among Japanese university students. Journal of affective disorders256, 668-672.