ISSN 2477-1686

 Vol. 6 No. 23 Desember 2020

Virtual Display Affection On Social Media

Oleh

Dewi Syukriah

Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I

 

Media Sosial dan Fungsinya

Media sosial semakin menjadi kebutuhan setiap orang di dunia ini, mulai dari orang tua hingga anak kecil memiliki akun media sosial. Banyak jenis media sosial yang ada di lingkungan kita, seperti facebook, Twitter. Instagram, TikTok, Line, WhatsApp, dll. Setiap media sosial memiliki segmennya masing-masing, akan tetapi tetap saja, fungsi utama dari  media sosial ini adalah menghubungkan berbagai macam orang dari berbagai belahan dunia dalam satu media platform.

Dalam media sosial, dengan mudahnya seseorang dapat terkoneksi dengan teman-temannya yang tersebar di seluruh Indonesia atau bahkan di seluruh dunia. Hanya dengan mengetik atau mengupload sesuatu, dalam hitungan detik, informasi tersebut tersebar ke semua teman yang ada di media sosial orang tersebut.Karena mudahnya akses untuk melihat atau dilihat oleh orang lain, banyak orang yang mulai menggunakan media sosial sebagai wadah untuk menunjukkan siapa dirinya, apa aktivitasnya, apa pekerjaannya, apa yang sedang dirasakannya, bahkan memamerkan kemesraan dengan pasangannya. 

 

Fenomena Virtual Display Affection (VIDA)

Terkait dengan memamerkan kemesraan dengan pasangan, Baik selebritas hingga orang biasa akhir-akhir ini semakin gemar memamerkan kemesraan dengan mengunggah foto atau video bersama pasangannya. Hal ini dikenal juga dengan istilah Virtual Display Affection (VIDA) yaitu salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang menunjukkan ikatan dengan orang lain dengancara demonstrasi melalui tulisan, foto atau video yang mengumbar kemesraan di media sosial. Lalu, apakah ini normal? Jika tidak berlebihan sebenarnya normal-normal saja menceritakan atau membagikan betapa bahagia atau bersyukurnya memiliki pasangan yang spesial dan penuh kasih saying,  Namun jika berlebihan, lain lagi ceritanya.

Fenomena memamerkan pasangan di media sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti misalnya mencantumkan status hubungan dengan pasangan, menautkan link ke profil sang pasangan, mengunggah berbagai foto atau video yang menampilkan keintiman dengan pasangan atau saling berkomentar mesra di halaman media sosial pasangan, seolah ingin menunjukkan pada dunia bahwa hubungan yang mereka miliki sangatlah kuat, intim, harmonis dan bahagia. Namun benarkan demikian?

Fenomena ini diteliti oleh seorang peneliti psikologi sosial dari Department of Psychology, Nothwestern University, Lydia Emery (2014) yang meneliti fenomena mengumbar kemesraan di media sosial bersama dengan rekan-rekan dari beberapa kampus lain, seperti University of Toronto Mississauga, University of Pennsylvania dan Haverford College, Emery melakukan studinya dengan memeriksa profil-profil facebook dari 108 pasangan heteroseksual dengan rentang umur 12-19 tahun dan telah berkencan selama 2-73 bulan, selain meneliti halaman Facebook, Emery dan kawan-kawan juga memberikan beberapa pertanyaan kepada para pasangan ini.

Hasil dari penelitian ini adalah secara umum memamerkan hubungan di facebook merupakan pilihan para pasangan untuk menjadi lebih bahagia dan juga sebagai pembuktian kepada orang lain bahwa hubungan yang terjalin berada dalam kondisi baik-baik saja. Namun bukan berarti pasangan yang tidak memposting kemesraan di Facebook berada dalam hubungan yang tidak bahagia, hanya saja menurut hasil penelitian Emery, setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk mengungkapkan atau membuktikan kasih sayang kepada pasangannya.

Hasil dari penelitian ini juga menemukan fakta lainnya bahwa beberapa pasangan umumnya memiliki kecenderungan untuk menutupi ketidaknyamanan dalam hubungan sebenarnya dengan mengunggah kemesraan di media sosial. Dengan kata lain, ketika seseorang merasa tidak aman dalam hubungannya dengan pasangan, ia akan merasakan kecemasan yang berlebihan dengan pasangannya, dan untuk mengalihkan rasa cemasnya tersebut, maka akan ada kecenderungan untuk memamerkan foto atau video yang berisi kemesraannya di media sosial dengan tujuan untuk memvalidasi bahwa hubungan dengan pasangan baik-baik saja.  Responden dalam studi ini percaya bahwa respon positif yang diberikan oleh orang lain berupa likes dan komentar akan menjadi pengalihan dari rasa cemas terhadap hubungannya sehingga mereka lebih yakin akan hubungan tersebut.

Menurut Papp, Danielewicz, Cayemberg (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pasangan yang mengumumkan secara resmi hubungan asmaranya melalui Facebook dilaporkan merasa lebih puas dengan hubungan mereka dibandingkan dengan pasangan yang tidak mengumumkan status hubungannya. Menurut Saslow, Muise, Impett dan Dubin (2013) pasangan akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan dengan pasangannya dengan cara memposting foto berdua dengan pasangan sebagai foto utama di profil picturenya, serta saling memberikan komentar mesra di halaman media sosial pasangannya.

 

Momen “Nyata” dengan Pasangan

Lantas apakah membagikan momen bahagia dengan pasangan adalah hal yang salah? Tentu saja tidak. Jika memang ada momen spesial dan orang tersebut ingin membagikannya di akun media sosial adalah hal yang lumrah dan manusiawi. Setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menunjukkan dan membuktikan kasih sayang pada pasangannya, selama apa yang dipamerkan di media sosial tidaklah berlebihan dan melanggar norma-norma sosial.

Namun penting untuk diperhatikan bahwa momen “nyata” dengan pasangan adalah hal yang sangat penting untuk dijaga. Jangan terlalu banyak memamerkan kemesraan di media sosial dan lupa akan momen nyata bersama pasangan, dan musti diketahui pula, bahwa kebahagiaan pasangan bukanlah apa yang terpampang di media sosial. Apa yang terposting di media sosial itu telah difilter oleh pemilik akun, sehingga yang ditampilkan adalah hal-hal yang menyenangkan saja. Jadi jangan berasumsi bahwa pasangan yang sering memposting foto dan  terlihat bahagia di media sosial dalam kehidupan nyata juga bahagia, begitu pula sebaliknya, bukan berarti orang yang tidak pernah memposting foto pasangan atau hal-hal mesra lainnya di media sosial berarti tidak bahagia. Semua kembali ke masing-masing pasangan tersebut. Ingatlah, bahwa kita tidak akan pernah tau apa yang terjadi di balik layar komputer para pasangan ini.

 

Referensi:

Emery. L.F., Muise, A., Dix, E. L., & Le, B. (2014). Can you tell I’m in a relationship? Attachment and relationship visibility on Facebook. Personality and Social Psychology Bulletin, 40 (11), 1466-1479.

Papp, L.M., Danielewicz, J., & CAyemberg, C. (2012). “Are we facebook official?” Implications of dating partner’s facebook use and profiles for intimate relationship satisfaction. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 15, 85-90.

Saslow, L. R., Muise, A., Impett, E.A., & Dubin, M. (2013). Can you see how happy we are? Facebook images and relationship satisfaction. Social Psychological and Personality Science, 4(4), 411-418.