ISSN 2477-1686

 Vol. 6 No. 23 Desember 2020

Memproses Kesedihan dan Komunikasi:

 Refleksi Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

 

Oleh

Sandra Handayani Sutanto

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Sinopsis

Film dengan genre drama keluarga ini berceritakan mengenai sebuah keluarga yang terdiri ayah (Rendra), ibu (Ajeng) dan ketiga anaknya (Angkasa, Aurora dan Awan). Rendra sebagai kepala keluarga bersikap amat protektif terhadap anak bungsunya, Awan. Hal ini dikarenakan keluarga ini pernah kehilangan salah satu anak mereka, yaitu saudara kembar Awan saat proses persalinan. Kesedihan yang dialami oleh kedua orang tua dikubur secepat mungkin karena mereka memiliki tanggung jawab untuk memerhatikan ketiga anak yang lain. Komunikasi dalam keluarga ini juga mengalami hambatan, karena kesedihan orang tua disembunyikan hingga 21 tahun dan tidak pernah dikomunikasikan dengan Aurora dan Awan. Hanya Angkasa yang mengetahui kesedihan orang tuanya dan ia diminta untuk merahasiakan hal tersebut. Dampak dari komunikasi serta kesedihan ini memengaruhi pola komunikasi di dalam keluarga, baik antara orang tua dengan anak, maupun antara suami dan istri.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana memproses kesedihan yang kita alami? Lalu pola komunikasi seperti apa yang sehat dalam keluarga?

 

Memproses kesedihan

Kesedihan merupakan emosi yang wajar dialami oleh manusia, selain senang, marah, takut dan jijik. Namun, ternyata tidak semua orang bisa mengungkapkan rasa sedihnya, sebagian besar orang merasa perlu untuk mengendalikannya karena diperkirakan akan berdampak buruk terhadap relasinya dengan orang lain (Amperawan, Fitri, & Hidayat, 2015).

Riset yang ada menyatakan bahwa kesedihan yang ditunjukan dalam bentuk air mata memiliki peran penting dalam kehidupan manusia (Balsters, Krahmer, Swerts, & Vingerhoets, 2013). Air mata memiliki fungsi untuk mengkatarsis/meluapkan emosi, memperbaiki emosi, sedangkan menahan air mata—dan menahan kesedihan akan memiliki dampak yang negatif terhadap kesehatan dan berpotensi memiliki dampak dalam bentuk gangguan psikologis. Literatur yang sama juga mengatakan bahwa menumpahkan air mata menstimulasi pemberian respons yang protektif dari orang lain.

Dalam film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, respons kesedihan yang ditahan tahunan oleh Rendra dan Ajeng berakibat pada memburuknya komunikasi di antara mereka. Dampak yang lain adalah sikap overprotektif Rendra terhadap semua anak-anaknya terutama Awan, dan pola komunikasi keluarga yang mengalami hambatan.

 

 

Pola Komunikasi

Satir (dalam Capuzzi & Stauffer, 2015) menekankan pentingnya hubungan yang baik antara dua orang yang terlibat dalam pernikahan, sebagai landasan bagi terbentuknya komunikasi dalam keluarga. Dengan kata lain, komunikasi yang baik dalam keluarga akan membantu berfungsinya keluarga. Selain itu, Satir juga mengatakan bahwa kematangan dan self esteemyang dimiliki oleh anggota keluarga akan membantu untuk mengkomunikasikan konsep diri dan memiliki tanggung jawab penuh terhadap diri dan hal yang disampaikan.

Dalam teorinya, Satir menambahkan bahwa ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, maka ada dua level komunikasi. Pertama adalah level denotive, berupa konten dari pembicaraan, dan yang kedua adalah level metacommunicative, berupa proses atau pesan mengenai pesan). Sebagai makhluk pembelajar, maka manusia berusaha mencocokan pesan yang diterima di level denotive dengan metacommunicative. Sebagai contoh, saat kita mengatakan ‘Saya dalam kondisi baik’ disertai dengan senyuman, dan bahasa tubuh yang rileks, maka penerima pesan akan memercayai isi pesan yang disampaikan. Saat komunikasi ditemukan cocok antara denotive dan metacommunicative, maka pemberi dan penerima pesan saling bertukar pesan yang kongruen.

Teori komunikasi dalam keluarga yang disampaikan oleh Satir (dalamCapuzzi & Stauffer, 2015) juga membahas beberapa pola yang digunakan dalam berkomunikasi, yaitu :

1.    The placator, menyetujui apapun yang dikatakan, seringkali tunduk terhadap pendapat orang lain dan mencari pertolongan. Tipe ini merasa tidak adekuat dan hanya melakukan apa yang diharapkan oleh orang lain terhadap dirinya.

2.    The blamer, seringkali tidak setuju dengan orang lain, menuduh dan menyalahkan orang lain.

3.    The computer, sangat logis, menggunakan rasio daripada menggunakan perasaan dalam mengalami sebuah situasi. Penggunaan logika dimaksudkan untuk menjaga jarak. Individu dengan tipe ini juga cenderung merasa rapuh dan menggunakan logika untuk melindungi dirinya.

4.    The distractor, menggunakan bahasa untuk mengalihkan perhatian karena merasa tidak mampu untuk terhubung secara efektif dengan situasi yang ada.

5.    The congruent communicator, memiliki pengalaman untuk menyeimbangkan situasi dengan gaya komunikasi yang dimilikinya. Individu dengan tipe ini jujur dengan yang dirasakan dan kongruen dalam bahasa, bahasa tubuh/non verbal dan tindakan.

 

Dalam film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, Rendra lebih banyak menggunakan pola komunikasi The Blamer dalam keluarga. Angkasa sebagai anak tertua dan Ajeng, sebagai ibu lebih banyak mengikuti keinginan Rendra sehingga berperan sebagai The Placator. Aurora lebih mengambil peran The Distractor, yang terkesan cuek dengan kondisi di rumahnya.

 

Apa yang harus dilakukan?

Untuk hal yang berkaitan dengan emosi, Henriques (2017) menganjurkan bahwa emosi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari. Edukasi yang memadai akan membantu individu untuk memiliki kesadaran dan mengelola emosinya dengan lebih bijak. Kita juga perlu mengenali emosi yang dirasakan, memprosesnya  dan menerima emosi tersebut.

Terkait dengan masalah komunikasi dalam keluarga, Grover (2019) mengusulkan agar masing-masing keluarga melakukan tiga hal yang esensial. Pertama, melakukan perilaku yang positif. Mencontohkan perilaku memberi penghargaan terhadap anggota keluarga yang lain akan memberikan dampak positif. Contoh yang bisa dilakukan adalah dengan memberi contoh komunikasi dua arah yang efektif. Kedua, pemilihan bahasa. Bahasa yang akan digunakan memiliki efek signifikan Cara yang ketiga adalah dengan mendengarkan. Kemampuan mendengarkan/listening bersifat kuratif dan penting bagi pengembangan diri.

 

Penutup

Keluarga tidak akan lepas dari masalah dan akan selalu bertumbuh. Ke arah mana keluarga tersebut bertumbuh—positif atau negatif-- sangat ditentukan oleh komunikasi dalam keluarga dan kemampuan masing-masing anggota keluarga untuk memproses emosi dan mengungkapnnya kepada anggota keluarga yang lain.

 

Families are the compass that guides us.

They are the inspiration to reach great heights, and our comfort when we occassionally falter. -Brad Henry

 

 

Referensi

Amperawan, D. L., Fitri, A. R., & Hidayat, H. (2015). Makna kesedihan bagi remaja. Jurnal Psikologi, 10(2), 74–79.

Balsters, M. J. H., Krahmer, E. J., Swerts, M. G. J., & Vingerhoets, A. J. J. M. (2013). Emotional tears facilitate the recognition of sadness and the perceived need for social support. Evolutionary Psychology, 11(1), 147470491301100130.

Capuzzi, D., & Stauffer, M. D. (2015). Foundations of couples, marriage, and family counseling. John Wiley & Sons.

Henriques, G. (2017, June 28). Understanding emotions and how to process them. Psychology Today. Diunduh dari https://www.psychologytoday.com/intl/blog/theory-knowledge/201701/understanding-emotions-and-how-process-them

Grover, S. (2019, Dec 04). 3 essentials for healthy family communication. Psychology Today. Diunduh dari https://www.psychologytoday.com/intl/blog/when-kids-call-the-shots/201912/3-essentials-healthy-family-communication