ISSN 2477-1686

 Vol. 6 No. 22 November 2020

Inovasi: Belajar dari Pandemi Covid-19

 

Oleh

Endro Puspo Wiroko

Fakultas Psikologi, Universitas Pancasila

 

 

Pada saat artikel ini ditulis, tidak terasa bagi sebagian kita bahwa pandemi Covid-19 sudah terjadi selama hampir satu tahun. Tidak ada satu pun pihak yang siap menghadapi wabah ini: pemerintah, manajemen perusahaan, pengelola institusi pendidikan, pelaku usaha, bahkan kita semua sebagai individu pun tidak punya modal yang cukup untuk melawan wabah ini.

 

Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia, adalah hambatan perekonomian. Beberapa manajemen perusahaan tak kuasa menahan dampak pandemi ini sehingga terpaksa “merumahkan” sebagian karyawannya. Tanpa pandemi ini, angka pengangguran di negara kita masih menjadi pekerjaan rumah bagi banyak pihak. Keberadaan pandemi ini memperburuk kondisi pengangguran. Bagi yang masih bekerja, bahkan harus berjibaku menyesuaikan diri dengan kondisi “bekerja-dari-rumah” yang juga tidak mudah dilakukan.

 

Semua orang berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian guna mencapai target masing-masing. Bagi karyawan, mereka berpikir bagaimana mengoptimalkan proses kerja di tengah berbagai keterbatasan. Bagi pelaku usaha, mereka berpikir bagaimana memodifikasi produk yang mereka jual agar konsumen tetap tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan.

 

Mari kita perhatikan apa saja bentuk penyesuaian yang kita lakukan terkait proses pekerjaan kita. Sebut saja A mengaktifkan kembali laptopnya yang sudah lama tidak digunakan untuk membantu proses bekerja sehingga saat ini ia menggunakan 2 laptop yaitu laptop saat ini dan laptop lama karena dirasa apabila membuka banyak dokumen dalam satu layar akan menyulitkan dirinya. B merapikan ruang tamu di rumah untuk dimanfaatkan sebagai ruang kerja karena keterbatasan ruangan. C mengubah sejumlah formulir yang terkait proses pengajuan di pekerjaan menjadi isian secara daring. D melakukan penelaahan dan memodifikasi standard operating procedure (SOP) agar proses kerja berjalan lebih mudah karena semua orang di tempatnya bekerja harus masuk kerja sesuai jadwal work-from-office dan work-from-home.

 

E sebagai seorang penyedia jasa katering harus memutar otak menyusun menu-menu baru yang mudah dipesan secara daring sehingga dapat diantar dengan bantuan ojek. F sebagai seorang pelatih memodifikasi hampir semua program pelatihan yang ia tawarkan kepada sejumlah perusahaan ke dalam bentuk pelatihan secara daring. G sebagai pemilik toko retail menyusun sejumlah program promosi secara daring dan juga menyusun ulang pricing dengan sejumlah diskon dan paket harga khusus untuk menarik perhatian pembeli.

 

 

Secara tidak kita sadari, semua upaya di atas mungkin saja belum tentu terjadi apabila kondisinya tidak seperti sekarang ini. Sudut pandang artikel ini lebih pada berusaha melihat bahwa ada hikmah dari situasi yang saat ini terjadi. Apakah Anda menyadari bahwa upaya-upaya tersebut termasuk dalam inovasi? Beberapa contoh perilaku individu tersebut di atas termasuk dalam upaya menampilkan inovasi di organisasi atau pekerjaan. Upaya-upaya tersebut memberikan perubahan yang bersifat lokal pekerjaan sehingga termasuk dalam level satu inovasi, yaitu perubahan/inovasi pada konteks kerjanya (Meiner, 2010). Hal ini disebabkan inovasi  di level satu tidak terlalu memerlukan keahlian khusus. Perubahan yang diharapkan juga setidaknya berdampak pada area atau kelompok kerjanya saat ini menuju perbaikan dan/atau pencapaian perilaku kerja yang efektif.

 

Dari sini kita dapat pahami bahwa melakukan inovasi tidak selalu identik dengan upaya yang besar. Tentunya upaya besar ini memiliki porsi tersendiri yaitu inovasi dari sudut pandang organisasi. Melalui artikel ini, penulis bermaksud mengajak para pembaca dan juga mengingatkan diri sendiri bahwa kita memiliki banyak sekali potensi untuk melakukan inovasi di tingkat individu. Diharapkan perilaku inovatif ini akan memberikan dampak positif pada pencapaian target kerja kita. Akhirnya, mari kita senantiasa panjatkan doa bersama agar pandemi ini segera berakhir.

 

 

Referensi:

Meiner, K. (2010). The four levels of innovation. Graziadiao Business Review, 13(4).