ISSN 2477-1686

 Vol. 6 No. 21 November 2020

Di Kala Masa Depan Karier Tak Pasti

 

Oleh

Jessica Ariela

Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan

  

Pandemi yang disebabkan COVID-19 sudah berlangsung cukup lama. Di Indonesia sendiri, virus ini sudah mulai menyebabkan kegemparan sejak Maret 2020. Sejak itu, berbagai perubahan mulai terasa dampaknya, salah satunya adalah dampak ekonomi. Walaupun pemerintah sudah berusaha agar ekonomi tidak sampai terpuruk, tetapi dampak ekonomi ini tidak terelakkan. Salah satu dampaknya adalah pemecatan atau pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dialami oleh banyak karyawan. Di bulan Mei 2020, ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) untuk Kota Tangerang menyatakan, kemungkinan pekerja yang sudah di-PHK di Tangerang saja dapat mencapai 8000 orang (Wiryono, 2020). Angka PHK ini terus berkembang. Pada bulan Juli 2020, Bupati Ahmed Zaki Iskandar menyatakan bahwa di Tangerang Raya, hampir 25.000 orang kehilangan pekerjaan (Fikri, 2020). Baru-baru ini, di awal Oktober 2020, Jobstreet Indonesia mengeluarkan hasil survei yang menyatakan sebanyak 35% pekerja Indonesia mengalami PHK dan 19% karyawan dirumahkan sementara (Putri, 2020)

Berhadapan dengan realita ini tentunya membuat individu menjadi takut dan cemas akan masa depan kariernya. Bagi individu yang mengalami PHK, tentu saja kuatir akankah ia mendapat pekerjaan lagi untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Bagi individu yang masih bekerja, mungkin juga kuatir kalau-kalau ia akan menjadi orang berikutnya yang mengalami PHK. Baik mengalami PHK atau tidak, kondisi saat ini membuat para pekerja merasakan ketidakpastian akan hari depan kariernya.

 

Penghiburan dari Krumboltz

Di tengah segala sesuatu yang tidak pasti mengenai karier, Happenstance Learning Theory dari John Krumboltz tampaknya cukup dapat menawarkan sedikit penghiburan. Premis dari teori ini menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa acak yang terjadi dalam hidup bisa menghasilkan konsekuensi positif maupun negatif (Zunker, 2006). Peristiwa-peristiwa ini tentu tidak dapat terelakan tetapi merupakan bagian penting dalam perjalanan karier dan hidup individu.

John Krumboltz (2009) mengatakan bahwa walaupun sedari kecil kita sudah diajarkan untuk memilih sebuah pilihan karier (seperti apa yang ingin kita lakukan saat besar nanti), sebenarnya hal tersebut tidak perlu dan tidak seharusnya direncanakan, karena seringkali kita melihat apa yang direncanakan tersebut tidak akan tercapai. Sebaliknya, individu perlu diajarkan untuk mengambil tindakan untuk mencapai kehidupan karier dan personal yang lebih memuaskan, bukannya membuat satu pilihan karier saja. Karena itu, individu perlu belajar untuk dapat melakukan tindakan-tindakan eksploratif yang dapat bermanfaat saat menghadapi peristiwa-peristiwa yang tidak terprediksi (Krumboltz, 2009). Selain itu, sikap positif diperlukan dalam menghadapi peristiwa yang tidak terprediksi.

 

Tips dari Krumboltz dalam Menghadapi Ketidakpastian Karier

Mengalami PHK, dipecat, atau dirumahkan merupakan peristiwa yang tidak terprediksi. Namun, Krumboltz menawarkan beberapa hal yang dapat dilakukan saat menghadapi situasi ini (Zunker, 2006):

1.    Individu perlu mengembangkan kemampuan dan minatnya.

2.    Individu perlu mempersiapkan diri untuk berubah dari hal-hal yang biasa ia kerjakan, dan tidak berasumsi bahwa pekerjaannya akan tetap stabil.

3.    Individu perlu menyadari bahwa karier itu tidak hanya terbatas pada pilihan individu pada sebuah pekerjaan (single career decision).

Sebagai penutup, anggaplah ketidakpastian ini sebagai sarana untuk merenungkan kembali apa yang menjadi minat dan bakat, passion, nilai-nilai, maupun panggilan kita. Kita juga dapat mempertimbangkan untuk mengembangkan diri baik dari segi keterampilan, hobi, networking, atau hal-hal lainnya. Selain itu, dalam menghadapi ketidakpastian karier, mari kita kembangkan lima skill yang dianggap penting oleh Krumboltz: rasa ingin tahu, ketekunan, fleksibilitas, optimisme, dan berani mengambil risiko (Zunker, 2006). Dengan demikian, ketidakpastian justru akan menuntun kita pada eksplorasi dan penemuan diri, sehingga kita akan muncul sebagai pribadi yang lebih matang dalam berkarier.

 

 

Referensi

Fikri, C. (2020). Hampir 25.000 warga Tangerang kena PHK akibat covid-19. Berita Satu.. Diunduh dari https://www.beritasatu.com/faisal-maliki-baskoro/megapolitan/651947/hampir-25000-warga-tangerang-kena-phk-akibat-covid19

Krumboltz, J. D. (2009). The happenstance learning theory. Journal of Career Assessment, 17(2), 135-154. DOI: 10.1177/1069072708328861.

Putri, C. A. (2020). Survei: Karena Covid-19, 35% pekerja di Indonesia kena PHK. CNBC Indonesia. Diunduh dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20201007145144-4-192535/survei-karena-covid-19-35-pekerja-di-indonesia-kena-phk

Wiryono, S. (2020). Apindo perkirakan 8.000 orang kena PHK di kota Tangerang selama pandemi Covid-19. Kompas. Diunduh dari https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/05/11181511/apindo-perkirakan-8000-orang-kena-phk-di-kota-tangerang-selama-pandemi

Zunker, V. G. (2006). Career counseling, a holistic approach (7th Ed). California: Thomson Brooks/Cole.