ISSN 2477-1686

Vol. 6 No. 18 September 2020

Menulis Ekspresif sebagai Coping Stress

 

Oleh

Sandra Handayani Sutanto

Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan

 

Setiap hari manusia mengalami tekanan, yang berujung stres dalam hidupnya. Kadar stresnya yang dialami bervariasi dari yang ringan hingga berat. Namun, berapapun kadar stres yang dialami oleh masing-masing orang, stres perlu ditangani dengan tepat supaya tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan dan kesejahteraan. Pikiran dan perilaku yang ditujukan untuk mengelola tuntutan dan situasi secara eksternal dan internal disebut sebagai coping (Taylor, 2013). Coping stress terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah menulis ekspresif.

 

Menulis ekspresif

Menampilkan emosi dengan tepat akan membawa dampak yang baik bagi kesehatan. Pennebaker (1997) menjelaskan bahwa kemampuan menuliskan emosi dan mengekspresikan perasaan membantu individu untuk mengurangi pikiran-pikiran negatif dan emosi terutama yang berkaitan dengan trauma. Penelitian awal oleh Pennebaker dan Beall (dalam Taylor, 2013) dilakukan dengan meminta mahasiswa yang mengalami trauma untuk menuliskan esai mengenai kejadian traumatis tersebut. Tidak mudah untuk menuliskan trauma dan perasaan mengenai trauma yang sudah terjadi, namun demikian dampak jangka panjang dari menulis esai tersebut cukup signifikan, sehingga stres yang dialami berkurang dan kunjungan ke pusat kesehatan mahasiswa pun menurun. Evans (2019) mendefinisikan menulis ekspresif sebagai mengekspresikan apa yang ada di pikiran dan perasaan tanpa perlu memerhatikan mengenai tanda baca, ejaan dan struktur kalimat.

 

Bentuk dan Manfaat menulis ekspresif

Apakah menulis ekspresif hanya dalam bentuk tulisan? Taylor (2013) menyebutkan bahwa menulis ekspresif bisa dalam bentuk komunikasi pembicaraan atau tulisan mengenai kejadian yang menimbulkan stres, dan hal tersebut dapat digunakan sebagai coping. Komunikasi membuat individu mendapatkan informasi mengenai kejadian dan coping dengan lebih tepat untuk mengatasi stres tersebut.

Manfaat dari menulis ekspresif yang bisa diperoleh adalah dukungan emosional dari  orang lain pun—melalui komunikasi. Komunikasi dalam bentuk tulisan dan  percakapan juga membantu mengorganisir pemikiran dan mendapatkan makna dari kejadian  yang telah dialami. Selain itu mengkomunikasikan dalam bentuk tulisan dan membicarakan kejadian yang menimbulkan stres juga merupakan sebuah  kesempatan untuk mengklarifkasi emosi.

Hasil penelitian yang dilakukan Pennebaker & Chung (2011) menyebutkan membicarakan atau menuliskan pengalaman yang membuat kesal berhubungan dengan peningkatan kesehatan mahasiswa. Efeknya adalah kesejahteraan mental dan kesehatan fisik yang turut meningkat. Manfaat lain dari menulis ekspresif adalah self-efficacy emotional yang meningkat, termasuk kecerdasan emosional yang lebih baik, afek positif yang lebih tinggi dan perbuatan tidak sopan yang menurun pada karyawan (Kirk, Schutte, & Hine, 2011).

 

 

Cara melakukan menulis ekspresif

Menulis ekspresif bisa dilakukan dengan cukup mudah. Evans (2012) memberikan instruksi sederhana untuk menulis ekspresif sebagai berikut :

1.    Luangkan waktu 20 menit per hari. Lakukan dalam waktu 4 hari berurutan.

2.    Pilihlah topik adalah sangat penting dan personal.

3.    Selama menulis, tidak perlu mengkuatirkan mengenai tanda baca, ejaan dan struktur. Jika dalam proses menulis terjadi kehabisan kata-kata, buatlah garis atau ulangi kata yang sudah dituliskan sebelumnya. Tetaplah menulis.

4.    Menulislah untuk diri sendiri. Setelah selesai dengan proses penulisan, tulisan tersebut boleh dihancurkan atau disembunyikan. Proses menulis ini tidak untuk dibagikan dan hanya untuk si penulis. Jika penulis memutuskan untuk menyimpan tulisan tersebut, simpanlah pada tempat yang aman untuk ditinjau kembali setelah menyelesaikan menulis 4 hari berurutan.

5.    Observasi dan mundur. Jika pada saat menulis, penulis merasa tidak dapat menuliskan mengenai kejadian tertentu karena akan melampaui batas tertentu, berhentilah menulis.

 

Setelah selesai dengan proses menulis, beri waktu untuk merefleksikan apa yang dituliskan dan milikilah rasa welas diri.

 

Writing is finally a series of permissions you give yourself to be expressive in certain ways. To leap. To fly. To fail.

-Susan Sontag

 

 

Referensi :

Evans, J.F. (2012, August 15). Expressive writing. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/write-yourself-well/201208/expressive-writing

Kirk, B. A., Schutte, N. S., & Hine, D. W. (2011). The effect of an expressivewriting intervention for employees on emotional selfefficacy, emotional intelligence, affect, and workplace incivility. Journal of Applied Social Psychology, 41(1), 179–195.

Pennebaker, J. W. (1997). Writing about emotional experiences as a therapeutic process. Psychological Science, 8,162–166

Pennebaker, J. W., & Chung, C. K. (2011). Expressive writing: Connections to physical and mental health.

Taylor, S.E. (2015). Health psychology (9th ed.). New York : McGraw Hill.