ISSN 2477-1686

Vol. 6 No. 17 September 2020

Perkembangan Psikologis New Normal

Oleh

Allessandra Theresia

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Polemik pandemi Covid 19 sudah menghantui seluruh dunia dalam dua sampai tiga bulan terakhir. Awal mula virus corona juga belum diketahui hingga sekarang. Ada beberapa asumsi yang disampaikan mengenai awal mula virus ini. Menurut Badan Inteligen Amerika yang menginvestigasi langsung laboratorium di Wuhan China, mereka tidak terlalu mencurigai pasar Wuhan sebagai sumber pertama virus corona. (Kamallah dalam detik.com, 2020). Ada beberapa anggapan bahwa virus corona merupakan senjata biologis yang digunakan untuk menyerang manusia di dunia. Berbagai asumsi yang diberikan masih belum bisa dibuktikan, namun satu hal yang nyata adalah dampak yang diterima oleh seluruh orang di dunia akibat tersebarnya Covid 19. yang pada akhirnya mengganggu perekonomian nasional.

Menyebarnya virus corona ini menimbulkan dampak-dampak kekhawatiran yang pada akhirnya menimbulkan perilaku-perilaku yang menunjukkan stress yang tinggi. Menurut  Plotnik (2012), stress adalah perasaan kecemasan atau perasaan terancam yang datang ketika kita menginterpretasi situasi dan menilasi situasi yang dihadapi lebih sulit dari kemampuan yang kita bisa tangani. Beberapa orang menunjukkan perilaku khawatir dan ketakutan dengan cara-cara yang biasa maupun dengan cara yang unik. Ada yang menggunakan pakaian lengkap ala dunia kedokteran yang disebut sebagai alat pelindung diri (APD) ketika hendak berbelanja di mall. Ada yang menggunakan helm ketika hendak berbelanja di supermarket di suatu apartemen. Ada juga yang menyediakan bilik penyemprotan disinfektan di depan cluster rumah sehingga ketika ada penghuni atau orang yang masuk ke cluster harus turun dari mobil kemudian membiarkan diri untuk disemprot. Berbagai hal yang muncul merupakan manifestasi kekhawatiran masyarakat di seluruh dunia terhadap penyebaran Covid 19 ini.

Perubahan yang terjadi tidak hanya pada perilaku orang-orang ketika harus keluar rumah. Perubahan juga terjadi pada dunia pendidikan yang sampai sekarang masih menerapkan sistem pendidikan secara online.  Ibu-ibu maupun ayah-ayah sekarang memiliki profesi baru yaitu mendampingi sekolah online. Ibu-ibu yang tadinya tidak mengerti mengenai teknologi meeting melalui internet sekarang harus mempelajari demi kelangsungan pendidikan anak-anak mereka. Fenomena ini hampir mirip dengan homeschooling yang merupakan salah bentuk pendidikan yang cukup banyak dipilih orang tua yang mungkin memiliki pertimbangan lain selain sekolah formal. Namun yang perlu menjadi catatan, homeschooling mengusung konsep pendidikan alternatif, dimana anak belajar dibawah supervise dan kontrol penuh orang tua (Khair & Fadillah, 2017). Pendidikan sekarang yang dilakukan adalah pendidikan yang dengan kontrol dari sekolah namun dilakukan secara online. Jadi guru-guru di sekolah tetap mempersiapkan materi dan tugas namun tidak dilakukan dengan tatap muka. Tentu ini menjadi kendala tersendiri karena anak-anak terutama untuk anak sekolah dasar akan mengalami kesulitan ketika belajar online tanpa di damping orang tua. Bahkan beberapa orang tua harus bisa menjelaskan mengenai pelajaran karena anak tidak paham ketika diberikan penjelasan melalui online. Tentu semua tidak siap dengan perubahan ini. Namun, perubahan-perubahan yang terjadi tentu tidak hanya menjadi sesuatu yang negatif. Sebelum terjadi pendidikan online terjadi, beberapa banyak yang menyerahkan perkembangan kognitif, emosi , dan sosial anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Padahal perlu disadari, peran orang tua justru lebih penting dan memiliki porsi yang sangat besar untuk perkembangan anak.  

 

Saran

Perubahan-perubahan yang terjadi perlu diatasi dengan menemukan regulasi dancoping yang tepat dengan melihat hal-hal yang positif untuk pendidikan anak. Perubahan yang terjadi bisa dijadikan acuan bagi orang tua dan anak terutama untuk mengenali kebutuhan-kebutuhan anak yang mungkin selama ini terlewatkan karena kesibukan orang tua kemudian mengaplikasikannya untuk perkembangan pendidikan anak.

 

Referensi:

Detik.com. (2020, Maret 18). Asumsi awal mula virus corona. Di unduh dari m.detik.com/inet/science/d-4979844

Khair, A.M. & Galih, F.F. (2017). Gaya belajar anak homeschooling (studi pada keluarga pelaku homeschooling). Konselor, 6(2), 54-60.

Plotnik, R. (2012). Introduction to psychology. San Diego: Thomson.