ISSN 2477-1686

 

Vol. 6 No. 15 Agustus 2020

 

 

 

 Pola Asuh Otoriter terhadap Kemandirian Anak

 

Oleh

 

Insyira Rahmitha Surya

 

Fakultas Psikologi, Universitas YARSI

 

 

 

Keluarga merupakan salah satu organisasi yang paling penting bagi seorang anak. Keberadaan dan keharmonisan keluarga mempunyai peran yang cukup besar bagi kehidupan anak dari kecil hingga dewasa nanti. Apa yang ditanamkan dan didapat dari keluarga akan memberikan banyak dampak kepada seorang anak dalam menjalani kehidupannya. Salah satunya, memberikan dampak terhadap kemandirian anak tersebut. Orang tua akan membentuk kemandirian pada anak melalui pola asuhnya. Pola asuh orang tua mempunyai banyak jenis dan memberikan dampak yang sangat besar terhadap kemandirian anak. Bagaimana dengan pola asuh otoriter? Apakah pola asuh otoriter akan memberikan dampak yang baik atau buruk terhadap kemandirian seorang anak? Dalam esai ini akan dibahas alasan saya mengenai pola asuh otoriter dapat memberikan dampak yang buruk kepada anak, khususnya pada kemandirian anak tersebut.

 

 

 

Sebelum membahas lebih lanjut mari kita bahas mengenai pengertian dari kemandirian pada anak terlebih dahulu. Seifert dan Hoffnung menjelaskan kemandirian sebagai kemampuan untuk mengendalikan pikiran, mengatur perasaan dan dapat berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan (Desmita, 2011). Seharnan (2011) menjelaskan ada empat karakteristik dari perilaku mandiri, yaitu dapat mengambil inisiatif untuk bertindak tanpa harus diperintah, disuruh, diingatkan atau dianjurkan orang lain, dapat mengendalikan aktivitas yang dilakukan tanpa harus dipaksa atau ditekan oleh orang lain, dapat memberdayakan kemampuan yang dimiliki tanpa berharap pada bantuan atau pertolongan orang lain, dan dapat menghargai hasil kerja sendiri.

 

 

 

Kemandirian pada anak merupakan seorang anak yang mempunyai pendirian yang teguh dalam menentukan sendiri apa yang ingin dilakukan tanpa menghiraukan pengaruh orang lain dan tidak ketergantungan dengan orang lain. Anak yang mandiri dapat diartikan sebagai seorang anak yang dapat menentukan pilihannya dalam melakukan berbagai pekerjaan dan dapat mengerjakan serta menyelesaikan pekerjaan tersebut sendiri, serta menghargai hasil pekerjaannya tersebut. Anak yang mandiri tentu harus memiliki empat karakter yang sudah dibahas sebelumnya.

 

 

 

Setelah membahas pengetian dari kemandirian pada anak, dapat dipahami bahwa pencapaian seorang anak menjadi individu yang mandiri tidak diperoleh secara tiba-tiba, salah satu kunci yang dapat membentuk kemandirian anak adalah pola asuh orang tua (Desmita, 2010). Pola asuh orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk kemandirian pada anak karena pola asuh merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan fisik, psikologis serta pemahaman mengenai norma-norma yang berlaku di masyarakat agar dapat hidup selaras dengan lingkungannya (Gunarsa, 2000). Oleh sebab itu, sudah sepatutnya orang tua menggunakan pola asuh yang baik dan cocok dalam mendidik anaknya agar dapat memberikan dampak yang baik pula dalam membentuk kemandirian pada anaknya.

 

 

 

Selanjutnya kita akan membahas mengenai pengertian dari pola asuh itu sendiri beserta jenisnya. Menurut James (2002) pola asuh dapat diartikan dengan bagaimana cara orang tua berinteraksi dengan anak, berperilaku sebagai model atau contoh bagi anak, cara memberikan kasih sayang pada anak, dan cara membatu mengatasi masalah anak. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola asuh sangatlah penting karena orang tua atau keluarga memiliki peranan penting bagi anak, terkhusus dalam membentuk kemandirian anak tersebut. Jika pola asuh yang diterapkan sudah memberikan dampak yang buruk, hal tersebut tentu akan memberikan dampak yang buruk pula dalam membentuk kemandirian pada anak. Begitu juga sebaliknya, jika pola asuh yang diterapkan sudah memberikan dampak yang baik, hal tersebut tentu akan memberikan dampak yang baik pula dalam membentuk kemandirian pada anak. Setelah membahas tuntas pengertian dari kemandirian dan pola asuh, selanjutnya akan dibahas pengertian dari jenis-jenis pola asuh orang tua.

 

 

 

Pola asuh orang tua terdiri dari otoriter, permisif dan demokratis (Ubaedy, 2009). Menurut Hurlock (1980), pola asuh otoriter adalah pola asuh di mana orang tua menentukan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh anak tanpa memberikan penjelasan dan tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk mengemukakan pendapatnya sendiri, meskipun peraturan yang ditetapkan tidak masuk akal. Jenis pola asuh kedua yaitu pola asuh permisif. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang mempunyai sifat children centered di mana anak mendapatkan pola asuh orang tua yang memberikan kesempatan pada anak untuk menentukan pilihan dan kemauannya sendiri (Gordon, 2000; Santrock, 2007; Papalia, 2008). Pola asuh terakhir yang akan dibahas yaitu pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis adalah pola asuh di mana orang tua memegang kontrol atas anak dengan cara yang sangat hangat. Terjadinya komunikasi dua arah yang dilakukan secara rasional antara anak dan orang tua dengan kontrol yang positif (Santrock, 2007; Papalia, 2008). Setelah membahas pengertian dari tiga jenis pola asuh orang tua, penelitian ini akan memfokuskan bahasan pada pola asuh otoriter dan dampaknya dalam membentuk kemandirian pada anak.

 

 

 

Pola asuh otoriter merupakan pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku dikarenakan orang tua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua, maka orang tua akan emosi dan marah kepada anak (Hurlock, 1980; Schochib, 2010). Seperti yang sudah saya uraikan di atas, penerapan pola asuh otoriter orang tua terhadap anak dapat menimbulkan jarak antara anak dan orang tua. Pola asuh otoriter menerapkan komunikasi satu arah, orang tua menetapkan peraturan yang mutlak harus diikuti oleh anak. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak buruk pada anak seperti munculnya perilaku agresif, mudah cemas, mudah putus asa, tidak dapat merencanakan sesuatu, cenderung menarik diri, mempunyai tingkah laku yang pasif, sehingga anak menjadi tidak mandiri (Gordon, 2000; James, 2002; Pratt, 2004).

 

 

 

Pola asuh otoriter mempunyai dampak yang buruk dalam membentuk kemandirian pada anak. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Gunarsa (2008), bahwa pola asuh otoriter menciptakan disiplin yang tinggi dengan memberikan hukuman sebagai usaha untuk menegakkan tuntutan orang tua dan menganggap bahwa keputusan orang tua untuk anak adalah keputusan final. Saat keputusan orang tua menjadi satu-satunya keputusan yang final tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil keputusan sendiri dapat memberikan dampak buruk dalam mebentuk kemandirian pada anak tersebut.

 

 

 

Selain itu, pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang keras dan kaku, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kemandirian anak. Menurut penelitian Hidayati (2014), menunjukkan bahwa semakin tinggi penerapan pola asuh otoriter orang tua maka semakin rendah tingkat kemandirian anak. Semakin rendahnya kemandirian anak disebabkan oleh pola asuh otoriter orang tua yang tidak menghargai pendapat anak dan anak tidak diberikan kesempatan untuk mengekpresikan emosinya ataupun memilih sendiri dalam melakukan aktivitas yang anak sukai. Anak tidak diberikan kesempatan untuk mengekspresikan dirinya dengan adanya kontrol dan batasan kegiatan anak secara tegas dari orang tua.

 

 

 

Pola asuh otoriter berada pada urutan keempat dalam memberikan dampak buruk terhadap kemandirian anak menurut penelitian Sunarty (2016), karena orang tua berkomunikasi, bertransaksi, berinteraksi dengan anak, cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti oleh anak. Hal ini didukung Papalia (2008) dan Santrock (2009), bahwa pola asuh otoriter menjadikan anak tidak berkembang baik karena merasa tertekan dan takut yang pada akhirnya membuat mereka tidak mampu mandiri.

 

 

 

Jika dilihat dari pengertian pola asuh otoriter dan kemandirian, keduanya memiliki pengertian yang cukup bertolak belakang. Pola asuh otoriter dapat diartikan sebagai pola asuh yang kaku dan keras dengan sifat yang memaksakan seorang anak untuk mengikuti apa yang sudah diperintahkan atau ditetapkan oleh orang tuanya tanpa ada bantahan sedikit pun. Terdapat hukuman berupa hukuman fisik jika anak tidak mau mendengarkan atau nurut, pola asuh otoriter juga menciptakan hubungan yang kurang hangat antara anak dan orang tua. Oleh karena itu, pola asuh otoriter memberikan dampak yang buruk dalam membentuk kemandirian pada anak.

 

 

 

Orang tua merupakan guru pertama bagi anak. Maka dari itu, pengenalan mengenai kemandirian pada anak dimulai dari orang tua. Penting sekali bagi orang tua memberikan pola asuh yang baik dan cocok untuk membentuk kemandirian pada anak. Namun, jika orang tua menerapkan pola asuh otoriter yang memusatkan semuanya pada keputusan orang tua, kapan anak akan belajar untuk memusatkan dirinya sendiri dalam menentukan pilihan? Pada akhirnya, anak yang mendapat pola asuh otoriter akan semakin turun tingkat kemandiriannya.

 

 

 

Dari pemaparan di atas, saya menarik kesimpulan bahwa pola asuh otoriter dari orang tua akan menimbulkan dampak negatif terhadap kemandirian anak. Anak yang mandiri membutuhkan dukungan dan kepercayaan dari orang tua untuk memberikan kesempatan pada anaknya dalam mengambil keputusan. Namun, pola asuh otoriter bertolak belakang dengan yang dibutuhkan anak untuk menjadi mandiri. Kemandirian anak dapat terus dibentuk dengan pendekatan atau pola asuh yang lebih baik dan sejalan dengan apa saja yang dibutuhkan untuk membentuk kemandirian anak serta orang tua harus mengurangi bahkan menghilangkan pola asuh yang otoriter.

 

 

 

Referensi:

 

 

 

Asnida, Z. O., & Madantia, A. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Otoriter dengan Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah. Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery)1(1), 063-068.

 

Dwi Astuti, W. (2017). Hubungan Pola Asuh Otoriter Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar (Doctoral dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang).

 

Hidayati, N. I. (2014). Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Kecerdasan Emosi, dan Kemandirian Anak SD. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia3(01).

 

Mantali, R., Umboh, A., & Bataha, Y. B. (2018). Hubungan pola asuh orang tua degan kemandirian anak usia prasekolah di tk negeri pembina manado. Jurnal Keperawatan6(1).

 

Pratiwi, K. E. (2020). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak di sd negeri 38 kota parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 3(1), 31-42.

 

Sunarty, K. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang tua Dan Kemandirian Anak. Journal of Educational Science and Technology (EST)2(3), 152-160.