ISSN 2477-1686
Vol. 6 No. 13 Juli 2020
Pandemi Covid-19 dan Prasangka terhadap Etnis Tionghoa
Oleh
Aulia Nafira Aswar dan Mochammad Sa’id
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang
Diskriminasi dan Agresi selama Wabah Pandemi Covid 19
Pada akhir Desember 2019 lalu, dunia dikejutkan dengan munculnya virus jenis baru yang berasal dari kota Wuhan, Tionghoa. Virus tersebut adalah Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV 2), yang kemudian disebut COVID-19. Virus ini dapat menular dengan cepat dan juga mematikan. Kini, virus ini telah menyebar ke seluruh dunia. Orang yang telah terinfeksi virus ini, lalu terlibat kontak fisik dengan orang lain, maka kemungkinan besar orang tersebut akan tertular juga. Selain itu, virus ini akan semakin ganas penyebarannya kepada orang tua, orang yang memiliki riwayat penyakit diabetes, kanker, dan beberapa penyakit serius lainnya.
Penyebaran global COVID-19 membuat WHO menetapkan kejadian ini sebagai pandemi. Dampak dari pandemi ini tidak hanya terasa di bidang kesehatan, tetapi juga merembet ke ranah sosial, ekonomi, dan pendidikan. Dalam situasi yang memprihatinkan seperti ini, sudah seharusnya kita sebagai sesama manusia saling bekerjasama dan mendukung satu sama lain agar dapat melewatinya dengan baik. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa sebagian masyarakat justru menyalakan api permusuhan. Dikarenakan COVID-19 merupakan virus yang berasal dari dan ditemukan pertama kali di Wuhan, Tiongkok, mereka melakukan diskriminasi dan agresi terhadap orang-orang yang merupakan etnis Tionghoa dan/atau pendatang dari Tiongkok. Mereka juga tidak berani untuk berbicara bahkan mendekati orang dengan perawakan Tionghoa. Orang-orang beretnis Tionghoa yang menggunakan masker dicurigai sebagai orang yang positif terkena Corona dan bahkan mengalami diskriminasi. Selain itu, walaupun mereka tidak tinggal di Tiongkok, saat orang-orang mengetahui mereka merupakan etnis Tionghoa, maka akan dijauhi.
Banyak bukti yang menunjukkan adanya diskriminasi dan agresi terhadap warga etnis Tionghoa di masa pandemi Covid-19. Di antaranya adalah peristiwa yang terjadi di Perancis dan Kanada. Warga Tionghoa yang berada di Perancis dan Kanada diperlakukan dengan rasis akibat pandemi Covid-19. Di Perancis, seorang wanita bernama Colmar Cathy Tran mengatakan bahwa saat dirinya hendak berangkat kerja, dua orang pria mengatakan “awas, ada perempuan Tionghoa ke arah kita”. Kemudian saat dirinya pulang kerja, ada seorang pria yang naik skuter dan mengatakan kepada dirinya untuk menggunakan masker. Sedangkan di Kanada, para orang tua murid menyebarkan serta menandatangani petisi daring dan meminta agar para murid yang baru kembali dari Tiongkok dilarang masuk sekolah selama 17 hari.
Selain di Perancis dan Kanada, hal yang sama terjadi pula di Malaysia. Seorang pelajar yang berasal dari Tiongkok bernama Shi Pei Pei dan sedang berkuliah di Malaysia juga dijauhi oleh teman-temannya saat mereka tahu Pei Pei baru kembali dari Tiongkok. Padahal Pei Pei mengatakan bahwa dirinya tinggal di provinsi Hebei, Tiongkok bagian utara yang letaknya jauh dari Wuhan. Pei Pei mengatakan semua orang takut terhadap dirinya dan tidak ada yang mau berbicara dengannya.
Di Amerika Serikat sendiri, Donald Trump yang merupakan Presiden AS membuat sebuah pernyataan yang menimbulkan kontroversi. Trump menyebut bahwa Covid-19 merupakan “Chinese Virus” atau virus Tiongkok. Hal ini membuat geram warga AS keturunan Tionghoa. Secara tidak langsung, Trump menyatakan bahwa seseorang yang berasal dari etnis tertentu memiliki tanggung jawab terhadap penyebaran virus tersebut.
Kasus yang lebih parah terjadi di Italia. Mayoritas masyarakat keturunan Tionghoa yang berada di Italia mengalami perlakuan tidak menyenangkan di sekolah dan juga di tempat kerja. Sejumlah murid sekolah dasar yang merupakan keturunan Tionghoa mendapatkan diskriminasi. Selain sebutan “Virus Tiongkok”, mereka juga mendapatkan kekerasan fisik. Seorang warga Tiongkok bernama Qian Zhang mengatakan bahwa dirinya mendapat serangan menggunakan botol serta tidak diperbolehkan untuk mengisi bensin di pom bensin dikarenakan dirinya dianggap sebagai pembawa virus. Tidak berhenti di situ, kasus yang sama juga dialami oleh pasangan yang merupakan keturunan Tionghoa bernama Chen dan Ye. Mereka mendapatkan serangan menggunakan botol yang pelakunya ialah dua orang remaja.
Bias Kognitif
Berbagai perlakuan diskriminatif dan agresif yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di berbagai negara di atas bukanlah hal yang tiba-tiba muncul. Tindakan-tindakan tersebut muncul karena adanya bias kognitif. Secara kognitif, mereka memiliki pemahaman dan keyakinan keliru bahwa etnis Tionghoa dan orang-orang Tiongkok merupakan pembawa virus karena penyebarannya berasal dari Tiongkok. Bias kognitif inilah yang kemudian melahirkan steretotip negatif terhadap etnis Tionghoa dan orang-orang Tiongkok. Steretotip ini kemudian melahirkan prasangka, yaitu perasaan-perasaan negatif berupa kebencian terhadap orang-orang dari kelompok tertentu, yang dalam hal ini adalah masyarakat etnis Tionghoa dan orang-orang Tiongkok, dan pada akhirnya, stereotip dan prasangka ini mendorong mereka untuk melakukan tindakan-tindakan tak manusiawi berupa diskriminasi dan agresi terhadap orang-orang yang mereka tidak sukai, yaitu etnis Tionghoa dan orang-orang Tiongkok.
Persoalan mengenai prasangka terhadap etnis Tionghoa dan orang-orang Tiongkok ini bukanlah persoalan kecil. Apabila tidak segera dicari solusinya, maka ia dapat menyulut api yang lebih besar. Oleh karena itu, butuh strategi penyelesaian yang komprehensif untuk menuntaskannya. Pemerintah, melalui aparat penegak hukum, tentu harus memberikan hukuman yang dapat membuat jera kepada orang-orang yang telah melakukan tindak kekerasan baik melalui verbal maupun non-verbal kepada etnis Tionghoa, karena etnis Tionghoa juga berhak untuk hidup dalam kedamaian dan ketenangan tanpa harus dibayang-bayangi dengan perasaan takut.
Upaya Penanggulangan
Namun pendekatan koersif saja tidaklah cukup. Kampanye dan edukasi kepada masyarakat haruslah terus digaungkan mengenai hakikat COVID-19 sebagai penyakit pandemik yang tidak berkaitan dengan etnis atau kelompok sosial tertentu. Dengan demikian, masyarakat dapat memperbaiki pola pikir mereka mengenai etnis Tionghoa. Mereka tidak seharusnya mengkambinghitamkan etnis Tionghoa hanya karena virus tersebut pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok. Apalagi sampai berprasangka negatif dan melakukan tindakan-tindakan yang tak manusiawi terhadap mereka, karena pada dasarnya semua manusia berharga dan sebagai sesama manusia kita perlu saling menghargai dan berempati terhadap berbagai peristiwa yang membutuhkan perhatian kita dalam hal kemanusiaan.
Referensi:
BBC. (2020, Mei 03). Kami bukan virus: Akibat wabah corona, keturunan Tionghoa di Perancis Kanada alami sentimen rasis. BBC. Diunduh dari https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-51300715.
Forsyth, D. R. (2009). Group Dynamics (Fifth Edition). Belmont: Thompson Wadsworth.
Hermawan, A. G. (2019). Prasangka etnis pada mahasiswa etnis Jawa dan Tionghoa di kota Semarang (Disertasi dipublikasikan). Universitas Negeri Semarang (UNNES), Semarang.
Idris, M. F. (2019). Prasangka sosial terkait agama, disabilitas, dan gender pada siswa Sekolah Dasar (Disertasi dipublikasikan). Universitas Negeri Semarang (UNNES), Semarang.
Jannah, N. (2016). Hubungan etnosentrisme dengan prasangka etnik Jawa pada etnik Madura (Disertasi dipublikasikan). Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Rahadi, F. (2020, Mei 03). Mahasiswa Tionghoa, masa karantina, dan stereotip corona. Republika. Diunduh dari https://republika.co.id/berita/q7chmk291/mahasiswa-Tionghoa-masa-karantina-dan-stereotipe-corona.
Sinaga, H. (2020, Mei 03). Etnis Tionghoa di Italia alami diskriminasi parah, PHK, dan siksaan, hingga disebut virus tiongkok. Pikiran Rakyat. Diunduh dari https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-01356736/etnis-tionghoa-di-italia-alami-diskriminasi-parah-phk-dan-siksaan-hingga-disebut-virus-tiongkok..
Tribun Manado. (2020, Mei 3). Donald Trump disebut ujarkan kebencian untuk China, warga AS keturunan Tiongkok geram, ini ucapannya. Tribunnews. Diunduh dari https://manado.tribunnews.com/2020/03/22/donald-trump-disebut-ujarkan-kebencian-untuk-china-warga-as-keturunan-tiongkok-geram-ini-ucapannya.