ISSN 2477-1686
Vol.6 No. 07 Maret 2020
Menerapkan Self Glass Theory dalam Refleksi diri dan Meditasi dalam mengisi waktu saat Self Quarantine
Oleh
Riza Nur Fahirah Arlys Ramli dan Subhan El Hafiz
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Indonesia saat ini sedang mengalami pendemic dalam melawan Corona Virus atau yang biasa disebut Covid – 19. Salah satu keputusan yang pemerintah berlakukan demi mencegah semakin menyebarnya virus dan bertambahnya masyarakat yang positif terinfeksi virus ini adalah dengan mengeluarkan peraturan yang mendesak masyarakat untuk berdiam diri di rumah. Kegiatan seperti sekolah, perkuliahan hingga para pekerja dihimbau untuk dilaksanakan di rumah. Saya sendiri sebagai seorang mahasiswa saat ini melaksanakan kegiatan perkuliahan secara daring baik melalui website resmi maupun melalui Video Conference.
Setelah semua peraturan dan sistem online ini diberlakukan, ternyata banyak para pekerja maupun mahasiswa yang merantau memilih untuk pulang ke kampung halamannya masing-masing. Namun saya sendiri memilih untuk tetap berdiam diri di kosan dan melalukan Self Quarantine mandiri. Ada banyak hal yang baru saya sadari setelah merasakan Self Quarantine atau mungkin istilah kerennya Physical Distancing.
Aktifitas Saat di Kost
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bergantung satu sama lainnya atau membutuhkan yang namanya interaksi sosial. Saat ini saya sendirian di kamar kosan saat teman – teman saya yang lainnya pulang ke rumahnya masing – masing. Pada awalnya hal ini menyenangkan, perkuliahan dilakukan secara daring, interaksi dengan teman cukup melalui handphone, dan juga memiliki lebih banyak waktu luang untuk melakukan hal – hal yang biasanya tidak sempat dilakukan karena kesibukan yang padat.
Banyak hal yang saya temukan atau baru sadari juga syukuri saat melakukan Self Quarantine. Salah satu kegiatan yang saya lakukan adalah menerapkan teori The Looking Glass yang sangat umum untuk digunakan dalam proses melakukan Refleksi diri. The looking-glass sendiri adalah sebuah konsep Psikologi yang dicetuskan oeh Charles Horton Cooley (1902). Charles mengatakan bahwa diri seseorang tumbuh melalui interaksi interpersonal dengan masyarakat dan persepsi orang lain. Ada 3 komponen penting dalam teori the looking-glass.
1. Kita membayangkan bagaimana kita terlihat oleh orang lain
2. Kita membayangkan bagaimana pendapat orang lain mengenai diri kita
3. Kita mengembangkan diri kita berdasarkan penilaian orang lain.
Dari ketiga poin diatas, refleksi diri yang saya lakukan adalah dengan mencoba untuk mengembangkan diri berdasarkan penilaian orang lain yang telah saya terima. Hal - hal seperti kritik dan saran melalui candaan maupun secara langsung saya saring dan lihat kembali. Kegiatan seperti ini dilakukan untuk melihat bagaimana saya dipandang oleh orang lain dan menentukan apa yang baik dan buruk dalam diri saya sehingga saya dapat melakukan perubahan diri dengan tepat. Disisi lainnya kegiatan refleksi diri in juga dapat dilakukan guna menyusun strategi atau langkah kedepannya yang akan diambil. Seringkali kita sadari dalam kehidupan kita mengambil langkah yang tergesa – gesa bahkan hanya secara asal – asalan disebabkan oleh dorongan impulsive.
Penutup
Selain menentukan bagaimana membuat perubahan melalui refleksi diri, ada banyak lagi kegiatan yang bisa dilakukan guna mengisi waktu luang secara berguna, salah satunya adalah Self-healing. Sering kali kita kesulitan untuk mengontrol diri dan juga mengontrol emosi ataupun mood. Salah satu cara self-healing adalah dengan melakukan kegiatan yang disukai atau bahkan meditasi. Meditasi sederhana yang saya lakukan adalah dengan mendengarkan lantunan music yang disukai juga memiliki nada – nada yang menenangkan atau menyegarkan. Lalu mulailah untuk melakukan teknik pengaturan pernafasan, kemudia mencoba untuk merelaksasi tubuh anda dalam posisi duduk tersebut. Hal ini biasa saya lakukan dengan jangka waktu 10 – 15 menit sebanyak 2 kali dalam seharinya. Perubahan yang muncul memang tidak secara langsung namun jika konstan dilakukan selain baik untuk kesehatan, inipun akan sangat berguna bagi diri sendiri dalam mempermudah mengotrol diri.
Referensi
Cooley, Charles H. (1922). In Human Nature and the Social Order. O’Brien, Jodi. (Ed). The production of reality: essays and reading on social interaction. (pp. 126-128). Thousand Oaks: Pines Forge Press.