ISSN 2477-1686
Vol.6 No. 06 Maret 2020
Di Rumah Aja
Oleh
Selviana
Fakultas Psikologi, Univesitas Persada Indonesia YAI
Hastag atau tagar dirumahaja (#dirumahaja) ramai di media sosial (medsos). Tagar ini muncul sebagai kampanye agar orang menghindari kerumunan. Sejumlah artis, selebgram, selebtwit, influencer, dan figur publik menyerukan agar masyarakat berada di rumah. Melalui beragam laman medsos, para pesohor mengajak semua orang agar tak mendatangi kerumunan. Tindakan ini penting dilakukan untuk memutus rantai persebaran virus Covid-19 agar tak semakin meluas (Malang pos, 2020). Hastag #dirumahaja medadak viral sejak imbauan pemerintah untuk melakukan physical distancing kepada semua masyarakat Indonesia. Physical distancing sendiri berarti menjaga jarak secara fisik dengan orang lain untuk melindungi diri dari potensi penularan covid-19. Apalagi semenjak diberlakukannya kerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah dari rumah yang membuat banyak orang berkerumun di suatu tempat menjadi sangat terbatas. Bahkan linimasa warganet mulai ramai dengan meme-meme seperti: “Pertama kali dalam sejarah, bersatu kita sakit-berpisah kita sehat” atau “dari pada di rumah sakit, apalagi di rumah duka, mendingan di rumah aja”, ada lagi meme-meme tenaga medis yang ramai di medsos dengan kalimat “kami tetap di rumah sakit demi anda, tolong anda tetap di rumah demi kami” dan “tetap di rumah atau kita bertemu di rumah sakit”. Meme-meme tersebut selain menjadi peringatan juga menjadi hiburan dikala merebaknya pandemi covid-19 ini. Oleh karena itu, keputusan di rumah aja menjadi hal terbaik untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Namun dibalik viralnya hastag #dirumahaja, banyak juga masyarakat yang mulai mengeluhkan keterbatasannya dalam beraktivitas, seperti mulai merasa bosan karena sehari-hari berada di rumah atau merasa rindu karena kehilangan waktu untuk bertemu teman serta kerabatnya. Ditambah lagi imbauan physical distancing ini masih belum jelas batas waktunya mengingat penderita covid-19 di Indonesia jumlahnya masih terus bertambah. Keadaan ini membuat masyarakat Indonesia mulai mencari cara untuk tetap dapat berinteraksi satu-sama lain dengan menggunakan aplikasi-aplikasi online seperti zoom, whatsapp, meet google, skype, facebook, dan aplikasi-aplikasi lainnya. Hal ini dilakukan agar dapat tetap berinteraksi satu sama lain dan meningkatkan intensitas perilaku oleh kehadiran orang lain. Sarwono (2005) menjelaskan bahwa peningkatan intensitas perilaku oleh kehadiran orang lain dalam psikologi sosial dinamakan fasilitasi sosial (social facilitation). Berkaitan dengan hal ini, Zajonc (dalam Sarwono, 2005) turut menambahkan bahwa kehadiran orang lain saja sudah menimbulkan arousal (pembangkitan), terlepas dari ada atau tidak adanya penilaian. Dalam kasus physical distancing, seseorang yang dapat tetap terhubung dengan orang lain secara online dapat membuat orang tersebut lebih bersemangat, lebih positif dan tetap produktif saat menghadapi badai pandemi covid-19 yang terjadi karena semua orang mengalami hal yang sama dan hadirnya orang lain melalui interaksi secara online, membuatnya dapat saling berbagi, bekerjasama, berkordinasi dalam menyelesaikan tugas-tugas, bahkan menggalang solidaritas untuk lebih peduli terhadap sesama.
Lebih lanjut, pada dasarnya manusia memiliki dorongan untuk berteman. Dorongan berteman itu sendiri sebagian disebabkan oleh faktor biologis, yaitu bahwa manusia memang tergolong jenis yang membutuhkan kawan (Wright dalam Sarwono, 2002). Kecenderungan manusia yang selalu ingin berinteraksi satu-sama lain tentu saja membuatnya bisa mengalami berbagai reaksi emosi saat terpisah oleh jarak dan waktu seperti yang dialami pada masa-masa physical distancing. Sarwono (2002) menyatakan bahwa interaksi antar pribadi dapat mempengaruhi afek (perasaan atau emosi). Sama halnya saat seseorang terbiasa beraktivitas di luar rumah, melakukan banyak kesibukan, berinteraksi dengan banyak orang dan tiba-tiba harus menjalani physical distancing dengan lebih banyak berdiam diri di rumah atau menjaga jarak saat bertemu dengan orang lain, sehingga hal itu mempengaruhi afeknya dan timbullah rasa bosan, rasa rindu, rasa bingung atau rasa cemas. Hal ini merupakan reaksi-reaksi yang bisa terjadi saat terbatasnya interaksi antar pribadi yang tak lain karena sebagian besar dari kehidupan manusia dihabiskan bersama sanak saudara dan kerabatnya (Sarwono, 2002).
Namun demikian, ada beberapa hal yang dapat dilakukan di rumah agar dapat membuat reaksi emosi menjadi lebih positif selama masa physical distancing, antara lain:
1. Beribadah
2. Mengerjakan tugas-tugas kantor/sekolah
3. Meditasi/Yoga
4. Sharing dengan anggota keluarga
5. Membaca buku
6. Berolah raga
7. Mendengarkan musik atau berkaraoke
8. Bermain musik
9. Belajar online
10. Games online
11. Chatting atau video call
12. Menonton tayangan-tayangan yang positif dan menghibur
13. Membersihkan rumah
14. Membuat tulisan/artikel ringan
15. Memasak
16. Tidur/Istirahat cukup
17. Merawat tanaman
18. Merawat hewan perliharaan
19. Dan lain-lain
Daftar aktivitas di atas masih bisa ditambahkan sesuai hal-hal yang biasa dilakukan saat berada di rumah. Yang pasti kita harus terus melanjutkan hidup, mendorong diri untuk tetap sehat dan produktif di masa-masa seperti ini.
Penutup
Dunia sedang berduka karena covid-19. Sampai saat ini, para ilmuwan kesehatan masih terus meneliti dan berusaha menemukan vaksin untuk mengatasi pandemi covid-19. Virus ini tergolong baru dan berbahaya bagi kesehatan manusia tanpa pandang bulu. Beberapa pejabat daerah di Indonesia positif terinfeksi covid-19, beberapa dokter meninggal dunia, banyak pedagang yang mengalami penurunan omset karena usahanya ditutup sementara dan banyak pekerja harian yang penghasilannya terancam. Begitu besar dampak yang terjadi akibat covid-19 bagi kelangsungan hidup manusia khususnya bagi kesehatan, ekonomi dan sosial. Jangan sampai kasus ini semakin besar, putuskan mata rantainya agar kita semua bisa kembali hidup normal. Sisipkan kejadian ini setiap hari dalam doa-doa kita. Dukung pemerintah, tenaga medis, aparat dan stakeholder lainnya untuk segera memulihkan kondisi ini. Adalah baik bila kita dapat berkontribusi lebih dengan berdonasi atau menjadi relawan, tapi ada hal paling sederhana yang kita semua bisa lakukan: #dirumahaja.
Referensi:
Malang Pos. (2020, Maret 28). Hastag Dirumahaja. Diakses dari https://malang-post.com/berita/detail/hastag-dirumahaja
Sarwono, S.W (2005). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Sarwono, S. W. (2002). Psikologi sosial: Individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka.