ISSN 2477-1686
Vol.6 No. 05 Maret 2020
Memberikan Edukasi Mengenai Coronavirus Disease 19 (Covid 19) Kepada Anak-Anak Melalui Pesan Positif Dan Edukatif
Oleh:
Sarita Candra Merida
Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Fenomena Coronavirus Disease 19
Saat ini World Health Organization (WHO) dan pemerintah Indonesia ini sendiri dalam sepekan menetapkan status Pandemi untuk Coronavirus Disease 19 (Covid 19) sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi persebaran virus tersebut (Sofyanti, 2020). Pemerintah Indonesia sendiri sudah menetapkan status Covid 19 menjadi kategori sebagai bencana nasional. Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah adalah melakukan social distancing kepada masyarakat. Disampaikan oleh Presiden Jokowi bahwa masyarakat dihimbau untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah untuk meminimalkan aktivitas di luar rumah. (Fauzie, 2020). Menanggapi hal tersebut banyak sekolah meliburkan siswanya dan karyawan pun mulai bekerja dari rumah. Bagi orang dewasa dapat memahami mengenai lock down dan alasan melakukan aktivitas di rumah. Lalu bagaimana dengan anak-anak terutama usia sekolah yang selama ini banyak melakukan aktivitas di luar rumah ? Terbiasa dengan aktivitas rutin yang terjadwal di sekolah kemudian tiba-tiba harus di rumah ? Atau menjelaskan alasan mengapa harus mencuci tangan baik dengan sabun atau hand sanitizer ?
Edukasi Coronavirus Disease 19 Pada Anak-Anak
Saat menjelaskan dengan anak-anak kita dapat menggunakan media audiovisual yang edukatif pentingnya untuk mencuci tangan. Di samping itu penting juga menunjukkan kepada anak-anak alasan mengenai alasan kita tidak memperbolehkan bermain di luar rumah. Selain menggunakan media audiovisual kita juga bisa menggunakan gambar yang berwarna mengenai virus covid 19 ini dan media penyebarannya melaui gambar yang menarik dan warna warni. Melalui informasi yang disampaikan melalui audiovisual, gambar maupun media lain yang penuh warna, anak-anak dapat belajar dan menangkap informasi tanpa harus melakukan perilakunya terlebih dahulu. Setelah diberikan tayangan video mereka di dorong untuk melakukan perilaku seperti yang ada dalam tayangan tersebut dengan memberikan penjelasan dampak negatif atau positif jika kita melakukan perilaku tersebut.
Penyampaian Pesan Melalui Tahap Pembelajaran
Untuk menyampaikan pesan mengenai covid 19 ini kita dapat menggunakan tahap pembelajaran yang dikemukakan oleh Albert Bandura dalam Feist and Feist (2013) yaitu tahap pembelajaran observasi melalui empat proses yaitu :
1. Perhatian. Kita dapat memberikan tayangan audio visual bisa berupa video, gambar, alat peraga yang menarik sesuai dengan tahap perkembangan usia anak-anak sehingga mereka tertarik untuk melihat tayangan atau media tersebut sampai dengan tuntas.
2. Representasi. Kita sebagai pendamping baik orangtua, pengasuh maupun pendidik dapat mengajak anak untuk mengulang atau mereview tentang tayangan yang mereka lihat sehingga mereka pun juga berusaha mengigat tayangan tersebut.
3. Produksi Perilaku. Setelah itu mendorong anak untuk melakukan atau mempraktekkan apa yang mereka lihat dari tayangan tersebut.
4. Motivasi. Setelah anak-anak melakukan dan mempraktekkan tayangan tersebut, sebagai orangtua, pendamping atau pengasuh dapat memberikan reward berupa pujian. Misalnya “Good Job”, “Good Girl”, “Nice Boy” semacam tersebut. Jika mereka tidak melakukan atau mempraktekkan apa yang ada di tayangan dapat memberikan konsekuensi berupa melakukan sesuatu yang tidak disenangi terkait memberikan tugas mengenai Covid 19 untuk meningkatkan kesadaran anak-anak mengenai virus tersebut.
Baby Albert Experiments
Selain menyampaikan pesan atau informasi mengenai virus Covid 19 dengan menggunakan media audio visual, tayangan atau gambar. Cara menyampaikan pesan pun perlu diperhatikan. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Watson terhadap bayi yang bernama Albert seperti tayangan pada media Youtube tentang Baby Albert Experiments, bahwa sebenarnya stimulus itu netral. Pada penelitian tersebut, ketakutan itu diciptakan melalui suatu kondisi. Misalnya, suara yang keras dan mengagetkan. Awalnya seorang anak kecil tidak takut apapun menjadi takut terhadap tikus, kelinci, anjing karena suara keras yang diberikan oleh orang dewasa. Sama halnya saat kita menyampaikan covid 19, tidak perlu dengan suara yang keras menunjukkan jika kita marah kalau anak tidak melakukan seperti yang ada di video atau memberikan penekanan yang memberikan kesan menakutkan terhadap virus tersebut. Saat menyampaikan informasi mengenai covid 19 tetap tenang dalam memberikan penjelasan dan mendampingi anak menonton sampai selesai tayangan yang kita sajikan. Dalam memberikan penjelasan, kita dapat memberikan penjelasan yang logis sesuai dengan yang ada dalam tayangan tersebut.
Referensi
Fauzie, Y. (2020). Mengukur ancaman ekonomi dari lockdown virus corona. CnnIndonesia.Com. Diunduh dari ttps://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200316074515-532-483710/mengukur-ancaman-ekonomi-dari-lockdown-virus-corona
Feist, J, Feist, G. (2013). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba.
Steen, Jap Vander . (n.d.). Baby albert experiments Diunduh dari https://www.youtube.com/watch?v=FMnhyGozLyE
Sofyanti, A. (2020). Pemerintah tetapkan status wabah covid-19 di Indonesia sebagai bencana nasional. Trubus News. Diunduh dari https://news.trubus.id/baca/35828/pemerintah-tetapkan-status-wabah-covid-19-di-indonesia-sebagai-bencana-nasional