ISSN 2477-1686

 

Vol.5 No. 23 Desember 2019

 

Menuju Lansia Smart: Sehat, Mandiri, Aktif dan Produktif

 

Oleh

Budi Sarasati

Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

 

Apa yang pasti dalam hidup ini ? jawabannya adalah “menjadi tua”. Kemudian timbul pertanyaan susulan “Apakah menjadi tua itu selalu menyakitkan? dan jawabannya adalah tidak selalu. Dr. Bob Delmonteque, seorang fitness pioner, author, photographer, trainer to the stars, punya semboyan “Grow younger as you grow older, it’s all in your mind“.  

Data dari Badan Pusat Statistik memprediksikan persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2010 dan menjadi 11,34% pada tahun 2020. Sedangkan persentase penduduk lanjut usia di Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah 7,5% dan diproyeksikan menjadi 11,3% pada tahun 2025. Angka ini diperkarakan akan terus meningkat setiap tahunnya.

Lanjut usia sangat berkaitan dengan berbagai perubahan seperti perubahan anatomi/fisiologi, berbagai penyakit atau keadaan patologik sebagai akibat penuaan, serta pengaruh psikososial pada fungsi organ. Penurunan kondisi fisik dan psikis akan menimbulkan masalah bagi lansia. Hurlock (2002) menyebutkan ada beberapa masalah yang dapat menyertai lansia yaitu: 1) ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain; 2) ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya; 3) membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah; 4) mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak, dan; 5) belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.

Kenyataan saat ini, setiap kali menyebut kata Lansia yang terbersit di benak kita adalah seseorang yang tidak berdaya, dan memiliki banyak keluhan kesehatan, seperti Hipertensi,  osteoarthritis, masalah gigi dan mulut, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan diabetes mellitus (DM). Padahal, Lansia sebenarnya dapat berdaya sebagai subyek dalam pembangunan kesehatan. Pengalaman hidup, menempatkan Lansia bukan hanya sebagai orang yang dituakan dan dihormati di lingkungannya, tetapi juga dapat berperan sebagai agen perubahan (agent of change) di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya dalam mewujudkan keluarga sehat, dengan memanfaatkan pengalaman yang sudah dimiliki dan diperkaya dengan pemberian pengetahuan kesehatan yang sesuai.

Pada peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN), dicanangkan oleh Dirjen kesmas dr. Kirana Pritasari, MQI, beberapa tips buat pra lansia dan lansia, yang disebut sebagai  "BAHAGIA" yaitu Berat badan berlebihan dihindari, Aturlah makan dengan gizi seimbang, Hindari faktor-faktor risiko penyakit tidak menular, Agar terus berguna, lakukan kegiatan/hobi yang bermanfaat sesuai kemampuan, Gerak badan teratur wajib terus dilakukan, Iman dan takwa ditingkatkan dan kelola stres serta Awasi kesehatan dengan melakukan pemeriksaan secara teratur.

Hasil survei Penulis di kota Bekasi, bertujuan mendapatkan gambaran awal pandangan lansia tentang hal-hal yang paling mempengaruhi kesehatan mereka. Peserta survei 131 lansia. Pertanyaan survei adalah urutan pola hidup sehat pada lansia. Pilihan yang diminta dalam survei terdiri dari : 1) Jaga pola makan, 2) Olah raga seimbang sesuai usia dan teratur, 3) Istirahat yang cukup, 4) Kelola stres anda, 5) Jaga kemesraan dengan pasangan anda. Jawaban peserta survei sesuai urutan paling banyak yang dipilih adalah : 1) Jaga pola makan (47%), 2) Olah raga seimbang sesuai usia dan teratur (20%), 3) Istirahat yang cukup (18%), 4) Kelola stres anda (11%), 6) Jaga kemesraan dengan pasangan (4%). Hasil mengindikasikan (walaupun masih perlu diteliti lebih lanjut) bahwa faktor intimacy pasangan lansia bukan menjadi perhatian utama para lansia. Faktor yang menjadi perhatian utama lansia di Bekasi masih seputar fisik dengan menjaga pola makan. Hasil survei ini mungkin terasa sangat superfisial, tetapi tidak menutup kemungkinan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang “Intimacy” hubungannya dengan kesehatan mental lansia.

 

Lansia yang sehat harus diberdayakan agar dapat tetap sehat dan mandiri selama mungkin. Pemberdayakan Lansia di masyarakat antara lain melalui pembentukan dan pembinaan Kelompok Lansia yang di beberapa daerah disebut dengan Posyandu Lansia atau Posbindu Lansia. Melalui Kelompok ini, Lansia dapat melakukan kegiatan yang dapat membuatnya tetap aktif, antara lain: berperan sebagai kader di Kelompok Lansia, melakukan senam Lansia, memasak bersama, termasuk membuat kerajinan tangan yang selain berperan sebagai penyaluran hobi juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Strategi pembangunan bidang kesehatan lebih mengutamakan promotif dan preventif dengan dukungan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, termasuk dalam hal kesehatan Lansia. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) serta Program Keluarga Sehat adalah beberapa strategi unggulan yang sedang dijalankan Kemenkes.

 

Referensi:

Badan Pusat Statistik. (2019). Tabel 3.5 Estimasi proporsi penduduk umur 65+ menurut provinsi tahun 2000-2025 (dalam %). c2011 [cited 2019 Nov 19]. Available from http://www.datastatistikindonesia.com/content/view/920/936/1/3/

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi perkembangan; Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Penduduk lanjut usia. [homepage on the internet]. [cited 2019 Nov 19]. Available from http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&Itemid=114

https://www.muscleandfitness.com/athletes-celebrities/news/rip-fitness-legend-bob-delmonteque

Lansia Sehat, Lansia Bahagia. (2019). Dipublikasikan pada Kamis 04 Juli 2019 dari http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/070413-lansia-sehat_-lansia-bahagia