ISSN 2477-1686
Vol.5 No. 23 Desember 2019
Mari Berlatih Mindfulness untuk Mencerdaskan Emosi Kita: Bekal untuk Menghadapi Masa Depan
Oleh
Garvin
Program Studi Psikologi, Universitas Bunda Mulia
Dalam sebuah talkshow di tahun 2019, seorang profesor sejarah dari Hebrew University of Jerusalem dan penulis buku Sapiens, Harari (2018) menyampaikan bahwa kecerdasan emosi merupakan kunci dari pendidikan di masa depan. Pertanyaan pertama, valid-kah sebuah prediksi tentang masa depan dinyatakan oleh seorang profesor sejarah? Jika menggunakan asumsi “history repeats itself” dari konsep historic reccurence yang pernah dinyatakan oleh Polybius, maka mendengarkan saran untuk menghadapi masa depan dari seorang profesor sejarah bukanlah ide yang buruk.
Jika manusia di masa lalu sulit mengakses informasi dan menjadi bingung, maka manusia di masa depan akan terpapar terlalu banyak informasi sehingga menjadi bingung. Agar manusia bisa memilah informasi tersebut dengan benar dan relevan, maka kecerdasan emosi akan sangat dibutuhkan. Jika tidak, manusia akan sangat mudah termanipulasi oleh artificial intelligence yang akan memasuki berbagai sendi kehidupan di masa depan. Hal ini bukanlah sebuah ketakutan yang berlebihan, sebab dengan kemajuan data science dan big data saat ini, nampak jelas bahwa perlahan-lahan informasi yang kita peroleh sudah dimanipulasi sedemikian rupa oleh artificial intelligence agar menguntungkan pihak tertentu. Siapa pihak tersebut? Kemungkinan besar adalah industri, yang memang memiliki modal banyak untuk memeroleh (baca: membeli) data-data tersebut.
Coba kita sedikit melihat kembali ke dalam hidup kita. Iklan apa yang sering muncul dalam situs-situs yang anda buka? Kemungkinan besar, iklan-iklan tersebut adalah iklan-iklan dari produk yang pernah anda cari di masa lalu. Misalnya, setelah saya mencari tiket pesawat untuk ke Kota Surabaya di bulan Maret 2020, setiap saya membuka situs-situs di ponsel saya tiba-tiba sering muncul iklan tiket pesawat murah untuk berangkat ke Surabaya. Atau setelah saya mencari suatu buku di situs jual beli online, tiba-tiba setelah itu sering muncul iklan mengenai buku tersebut atau buku-buku sejenis setiap saya membuka situs. Apakah hal ini kebetulan? Tentu tidak, artificial intelligence merekam jejak data yang kita cari melalui search engine, kemudian dari data tersebut mereka memprediksi hal-hal yang kemungkinan besar kita sukai dan akan kita beli, sehingga iklan-iklan yang muncul di gawai kita akan sesuai dengan minat kita. Ini baru tahap awal, jika suatu hari artificial intelligence tersebut bisa mengumpulkan data puluhan juta orang dan melakukan berbagai analisis statistik, bisa jadi mereka dapat memprediksi kepribadian kita hanya melalui rekam jejak situs-situs yang bisa kita buka.
Lebih lanjut, Harari (2018), memprediksi bahwa di masa depan besar kemungkinannya bahwa artificial intelligence yang justru akan lebih mengenal manusia daripada manusia itu sendiri. Di sinilah kunci dibutuhkannya kecerdasan emosi. Tanpa kecerdasan emosi, manusia akan mudah terbawa oleh arus informasi, secara tanpa sadar. Alih-alih manusia yang mengendalikan informasi, informasilah yang akan mengendalikan manusia.
Lalu, bagaimana cara kita melatih kecerdasan emosi kita?
Penulis telah melakukan banyak studi literatur mengenai cara terpraktis untuk melatih kecerdasan emosi. Ada banyak cara, namun di antara cara-cara tersebut ada sebuah cara yang direkomendasikan oleh beberapa tokoh, yakni: berlatih mindfulness.
Charoensukmongkol (2014) dalam risetnya menemukan bahwa latihan meditasi mindfulness dapat meningkatkan kecerdasan emosi seseorang. Hal ini terjadi karena tiga hal:
1. mindfulness membantu kita memahami emosi kita sendiri,
2. mindfulness membantu kita mengenali emosi orang-orang di sekitar kita, dan
3. mindfulness meningkatkan kemampuan kita untuk mengatur dan mengelola emosi kita.
Hal ini juga disepakati oleh Goleman (2011), yang mengajarkan bahwa untuk meningkatkan kecerdasan emosi, kita perlu mengamati momen-momen terjadinya sesuatu. Praktik mengamati momen-momen ini merupakan salah satu bentuk dari latlihan mindfulness. Mindfulness adalah sebuah metode untuk mengarahkan atensi kita ke dalam diri, dengan mengobservasi pikiran, perasaan, dan tindakan tanpa interpretasi maupun penilaian - cara termudah adalah dengan berfokus pada napas, mengamati arah pikiran mengembara, dan membawa kembali pikiran untuk berfokus pada napas (Goleman & Lippincott, 2017).
Menariknya, Harari juga memiliki pendapat yang sama mengenai mindfulness dan kecerdasan emosi. Harari (2018) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosi adalah melalui latihan mindfulness, dan ini dilakukan oleh Harari sendiri. Dengan demikian, sudah nampak jelas bahwa latihan mindfulness adalah cara yang ilmiah dan sering digunakan oleh para pakar.
Latihan mindfulness dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Carilah tempat yang tenang dan nyaman, lalu ambil posisi duduk yang paling nyaman. Anda dapat duduk bersila di lantai ataupun duduk di atas kursi. Pastikan tidak bersandar pada dinding atau sandaran kursi agar tidak mengantuk.
2. Pejamkan mata, dan mulai berfokus pada keluar dan masuknya napas. Sadari proses keluar-masuk napas tanpa memberikan penilaian apapun.
3. Selama proses bermeditasi mindfulness, panca indra kita akan menerima berbagai rangsangan, misalnya suara kendaraan yang lewat di depan rumah atau aroma pewangi ruangan yang disemprotkan secara otomatis. Rangsangan ini tidak perlu direspon. Cukup sadari tanpa memberi penilaian apapun.
4. Kadangkala pikiran mulai mengembara. Mulai muncul pikiran-pikiran tertentu yang membuat anda seperti sedang melamun. Segera sadari hal ini bila terjadi, dan “tarik” pikiran kita untuk kembali pada keluar dan masuknya napas.
5. Latihan ini dapat dilakukan setiap hari dengan durasi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Namun untuk memulai, idealnya adalah 30 menit.
Berlatih mindfulness secara rutin akan meningkatkan kesadaran kita akan dinamika emosi yang muncul dari dalam diri, dan dengan kemudian juga membuat kita lebih peka terhadap dinamika emosi orang lain. Jika dilakukan secara rutin, maka kecerdasan emosi kita akan terlatih semakin baik.
Well, kecerdasan emosi adalah kebutuhan untuk menghadapi tantangan di masa depan. Ada banyak cara untuk melakukannya, namun salah satu yang paling direkomendasikan adalah berlatih mindfulness. Ingin coba dipraktikan sebagai resolusi tahun baru?
Referensi:
Charoensukmongkol, P. (2014). Benefits of Mindfulness Meditation on Emotional Intelligence, General Self-Efficacy, and Perceived Stress: Evidence from Thailand. Journal of Spirituality in Mental Health, 16(3), h.171-192
Goleman, D., & Lippincott, M. (2017, 8 September). Without emotional intelligence, mindfulness doesn't work. Harvard Business Review. Diperoleh dari https://hbr.org/2017/09/sgc-what-really-makes-mindfulness-work
Goleman, D. (2011). Leadership: the power of emotional intelligence. MA: KeyStep Media.
Harari, Y.N. (2018, 8 Oktober). The future of education [video]. Diperoleh dari https://www.youtube.com/watch?v=j0uw7Xc0fLk&t=566s.