ISSN 2477-1686

Vol.5 No. 23 Desember 2019

Analisis Film The Greatest Showman dari Perspektif Kreativitas dan Keberbakatan

Oleh

Noverlinias Dikta Putri dan Selviana

Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia YAI

Sinopsis Film

Phineas, anak tukang penjahit dengan perekonomian rendah dan tinggal dilingkungan yang saling menjatuhkan. Suatu saat ia bertemu dengan seorang anak sebaya yang menginspirasinya untuk terus berjuang dan menggapai mimpinya. Tetapi kenyataan tidak mudah. Ayah yang menopang kehidupannya meninggal dunia, Phineas harus berjuang untuk hidupnya. Lalu adakah yang membantunya? Tidak, semua orang justru mencacinya dan menganggapnya pengganggu sehingga suatu saat ada seorang wanita penyandang disabilitas yang memberikannya apel untuk ia makan. Phineas menjadi semangat dan berjuang untuk hidupnya. Mulai dari berjualan Koran bekas hingga mengikuti sebuah perusahaan pelayaran.

Phineas kembali bertemu dengan Charity, teman sebaya yang dulu pernah ia temui. Kemudian mereka menikah, hidup sederhana dan bahagia. Tetapi kenyataan tidak mendukung perekonomian keluarganya. Perusahaannya bangkrut dan ia di pecat. Dengan niatnya membangun mimpi dan menopang keluarga, ia berusaha meminjam modal kepada bank untuk membuat usaha pertamanya, Museum Barnum yang menampilkan patung lilin. Museum tersebut bangkrut. Dukungan keluarga membuat dirinya terus termotivasi untuk mengembangkan bakat dan kemampuanna, lalu ia terinspirasi kepada orang yang dulu menolongnya. Kemudian ia mencari bakat setiap orang yang dipandang sebelah mata oleh orang lain dan mereka bekerjasama membangun sebuah pertunjukan Sirkus. Ternyata pertunjukannya berjalan lancar dan mulai membawanya kepada kesuksesan yang mampu mengangkat derajat keluarganya. Suatu hari ia bertemu dengan penyanyi berbakat dan mereka bekerjasama dalam sebuah konser musik/okestra. Karirnya semakin melesat dan mendunia, tetapi Phineas mulai goyah dan melupakan orang-orang yang mendukungnya di Sirkus. Hingga ia menyadari kesalahannya karena melupakan orang-orang yang mendukungnya, tetapi terlambat. Sirkus hancur, terbakar dan porak-poranda. Ia bangkrut dan istrinya melihat skandal yang ia ciptakan bersama penyanyi okestranya.

Namun teman-teman yang pernah ia lupakan tidak meninggalkan dirinya. Mereka justru mendukung dan merangkulnya. Phineas memperbaiki semuanya dan berjanji untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya lebih maksimal lagi dengan menjadi dirinya sendiri dan bukan menjadi orang lain atau bahkan menjatuhkan orang-orang yang pernah menghinanya.

THE GREATEST SHOWMAN begitulah julukannya. Sirkusnya kembali beroperasi dan keluarganyapun pulih kembali. Pentas sirkus yang ditampilkan membuat semua orang berbahagia dan menikmati pertunjukan karena ketulusan saat mementaskannya, merasakan bakat dan kemampuan setiap pemain peran di dalam sirkus tersebut. Semua orang tidak lagi menghina kekurangan mereka, tetapi mendukung dan takjub dengan kemampuan yang dimiliki para pemain.

Analisis Kreativitas dan Keberbakatan

Setiap orang pasti memiliki potensi di dalam dirinya yang dapat dikembangkan. Bahkan ada juga anak-anak tertentu yang memiliki keberbakatan di atas rata-rata teman-teman seusianya. Seperti film The Greatest Showman pada seorang bernama Phineas. Tuhan menganugrahkannya sebuah bakat di atas rata-rata, tetapi saat itu ia belum dapat melihatnya karena lingkungan yang tidak mendukungnya tetapi bakatnya sudah mulai terlihat dengan banyaknya imajinasi yang kuat, mau mencoba hal-hal baru, tidak cepat puas dengan prestasinya, terlihat dari caranya bertahan hidup dengan menjual Koran dan bekerja pada perusahaan Kapal.

 

Bakatnya semakin terlihat ketika ia tidak lagi bekerja dan membangun Sirkus America Barnum, dimana ia mengajak orang-orang yang mungkin dipandang sebelah mata namun berbakat dalam berbagai bidang seperti musik, kinestetik dan interpersonal sosial. Seiringnya waktu, melalui pembentukan lingkungan dari orang-orang yang mengasihi dan tulus menyayanginya Phineas mampu menemukan jati dirinya untuk mengembangkan dirinya. Bila hal ini dilihat dari konsep kreativitas dan keberbakatan, Mundandar (2005) menyatakan bahwa konsep kreativitas dengan pendekatan 4P antara lain:

1.    Pencetus : Phineas terfikir untuk membuat sirkus dengan mencari bakat-bakat yang dimiliki oleh teman-teman yang dipandang sebelah mata oleh orang lain, disaat ia sudah tidak bekerja dan berusaha membangun usahanya dari awal

2.    Pribadi : Phineas dapat digambarkan sebagai pribadi yang terbuka pada pengalaman baru, berani mengambil resiko, peka terhadap situasi dan menjawab kebutuhan banyak orang khususnya orang-orang yang merasa dirinya berbeda dari orang lain.

3.    Proses : Walaupun proses yang harus dilewati sulit, jatuh bangun, kebakaran, sempat mengikuti arus dan melupakan teman-teman dan keluarganya, tetapi Phineas mampu berjuang, bangkit dan kembali berkomitmen untuk membangun usahanya.

4.    Produk : Ide dan mimpinya tersebut menyadi kenyataan menjadi Sirkus American Barnum yang menjadi sebuah produk hiburan yang dapat membuat semua orang tersenyum, bahagia dan terhibur, serta mengajarkan bahwa semua orang adalah istimewa dan tidak ada manusia yang diciptakan tanpa kelebihan. Semua orang memiliki kelebihan yang orang lain belum tentu mampu, walaupun ada kekurangannya.

 

Maka jangan takut untuk bermimpi setinggi-tingginya, dengan mata terbuka untuk meraih dan menggapainya. Jika kita sudah menggapainya dan mencapai titik teratas, teruslah menjadi versi terbaik dari diri sendiri, ajak dan bangunlah orang lain untuk mengalami sukses bersama.

Referensi:

https://idxx1.cam/movie/the-greatest-showman-2017-subtitle-indonesia-6rul

Munandar, S. U. (2002). Kreativitas & keberbakatan: Strategi mewujudkan potensi kreatif & bakat. Edisi kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.