ISSN 2477-1686
Vol.5 No. 17 September 2019
Masih Muda Sering Lupa, Apakah Saya Demensia?
Oleh
I Kadek Wahyu Pujhana dan I Gusti Ayu Putu Wulan Budisetyani
Program Studi Psikologi, Universitas Udayana
Masa muda adalah masa-masa pencarian jati diri. Masa muda juga berarti ketika seseorang dengan penuh semangat yang tinggi untuk mengejar indahnya impian di masa depan. Mulai dari mencoba berbagai hal, hadapi berbagai rintangan, bertemu dengan banyak orang yang mungkin akan mengakibatkan anak muda mudah mengalami kondisi lupa. Namun, sebenarnya apakah itu lupa? Lalu apakah wajar lupa di masa muda? Sering lupa di masa muda, Apakah bisa disebut demensia?
Tahukah anda?
Menurut Gulo dan Reber (dalam Arlotas, Rena & Roni, 2019) menyatakan bahwa lupa merupakan suatu kondisi adanya ketidakmampuan seseorang dalam mengenal atau mengingat sesuatu yang sebelumnya sudah pernah dipelajari atau dialami. Lupa (forgetting) juga berarti hilangnya kemampuan untuk mengungkapkan kembali informasi yang telah diterima sebelumnya. Sehingga lupa bukanlah suatu peristiwa hilangnya suatu informasi dan pengetahuan dari akal seseorang, melainkan akibat terjadinya kegagalan pemanggilan informasi atau dalam psikologi disebut sebagai gagalnya retrival. Menurut beberapa teori, terdapat beberapa hal yang menyebabkan seseorang dapat mengalami kondisi lupa yakni:
1. Decay Theory, artinya informasi yang tersedia terlalu lama tersimpan dalam memori dan tidak sering digunakan. Contohnya jika seseorang pernah memelajari ilmu berhitung tetapi kemudian sehari-hari ia bekerja di bidang kesehatan, sehingga informasi mengenai angka dan berhitung tidak selalu ia gunakan.
2. Interference Theory, artinya lupa bukan hanya disebabkan oleh informasi yang tersimpan terlalu lama, akan tetapi terganggu oleh adanya informasi lain, seperti kemiripan informasi antara informasi yang tersedia dan informasi yang akan digunakan. Contohnya saat seseorang pernah mengenal bintang film A yang sangat terkenal lalu beberapa tahun kemudian ia mengenal juga bintang film B yang memiliki kemiripan fisik dan jenis film yang dimainkan. Hal ini dapat mengganggu informasi awal mengenai bintang film A yang telah dikenalnya.
3. Cue - Dependent Forgetting, artinya kegagalan mengambil kembali informasi yang telah disimpan dalam memori akibat tanda-tanda yang kurang tepat. Contohnya, ketika lupa nama guru mata pelajaran kimia pada saat SMA, lalu teman kita memberikan kita gambaran tentang guru kimia yang berbeda, sehingga kita pun menyebutkan nama guru yang berbeda.
4. Motivated Forgetting, artinya bahwa informasi tersebut memang sengaja untuk dihilangkan dan dilupakan. Contohnya saat kita merasa patah hati pada seseorang maka kita akan cenderung tidak mengingat-ingat lagi informasi apapun mengenai orang tersebut.
Lalu, apa itu demensia?
Demensia berkaitan dengan proses berpikir, mengingat, bertingkah laku dan kemampuan akan melakukan aktivitas tertentu dalam keseharian. Demensia merupakan suatu keadaan timbulnya sindrom neurodegenerative dikarenakan adanya kelainan kronis dan progresivitas yang disertai dengan adanya gangguan dalam kalkulasi, bahasa hingga proses mengambil keputusan (WHO, 2012). Adapun lima gejala umum demensia (Kemenkes, 2013) yaitu :
1. Gangguan daya ingat, dimana gangguan ini diakibatkan karena seringnya mengalami keadaan lupa akan kejadian yang baru saja terjadi.
2. Sulit fokus, yakni sulit melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari seperti lupa cara memasak, mengoperasikan telepon dll.
3. Sulit melakukan kegiatan yang familiar, seperti sulit merencanakan atau menyelesaikan tugas sehari-hari yang biasa dilakukan.
4. Disorientasi, yakni bingung akan waktu (tanggal, hari-hari penting).
5. Kesulitan memahami visuospasial, seperti membaca, mengukur jarak, membedakan warna hingga membedakan sendok/garpu.
Sering lupa dimasa muda, apakah bisa disebut demensia?
Setelah memahami pengertian lupa dan demensia sangat jelas bahwa keduanya memiliki kesamaan hubungan pada penurunan daya ingat, akan tetapi juga memiliki perbedaan disisi lainnya. Kondisi lupa dapat terjadi ketika kita benar-benar tidak mampu untuk memanggil informasi sebelumnya yang sudah pernah kita alami. Hal ini murni memang karena ketidakberdayaan dalam memanggil informasi. Berbeda dengan demensia itu sendiri, dimana seseorang dapat dikatakan mengalami demensia ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat yang disertai dengan penurunan kemampuan mental secara progresif. Gangguan demensia umumnya terjadi pada usia dewasa akhir dalam waktu relatif cepat. Tidak mengherankan jika keluarga pendamping seringkali merasa terkejut dan kebingungan dengan penurunan kemampuan mental seseorang yang mengalami demensia. Contohnya seseorang yang mengalami demensia tiba-tiba tidak tahu bagaimana cara makan dengan menggunakan sendok, atau tidak mengenali lagi kamar mandi sebagai tempat untuk buang air kecil atau mandi, namun pada masa muda, demensia juga dapat terjadi apabila mengalami cidera yang hebat pada otak, efek penyakit atau zat beracun seperti karbon monoksida yang menyebabkan hancurnya sel pada otak. Sehingga menjaga kesehatan dan mengatur kegiatan yang bermanfaat sangat penting untuk terhindar dari gangguan demensia.
Ingat bedanya Lupa & Demensia ya!
Referensi:
Arlotas, Rena, K., & Robi, M. (2019). Lupa, dalam perspektif psikologi belajar dan Islam. Jurnal Psikologi Indonesia, 1(1).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2013. Kenali gejala umum Demensia Alzheimer dari sekarang. Jakarta : Depkes.go.id
World Health Organization (WHO). (2012). Dementia : A Public Health Priority. Diakses pada 3 Februari 2019 dihalaman web https://extranet.who.int/ agefriendlyworld/wp-content/uploads/2014/06/WHO-Dementia-English.pdf