ISSN 2477-1686

Vol.5 No. 17 September 2019  

Gemar Update Status:

(Melihat Eksistensi Diri Pengguna Media Sosial)

Oleh

Putri Cahya Anggita dan Selviana

Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia YAI

Fenomena Eksistensi Diri di Media Sosial

Di era digital saat ini, perkembangan teknologi maju dengan pesat terutama di bidang komunikasi. Komunikasi dan manusia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, individu melakukan komunikasi setiap harinya dengan berbagai cara dan juga berbagai media, salah satunya media sosial. Media sosial merupakan media online yang menggunakan internet berbasis teknologi yang bersifat fleksibel, interaktif, serta dapat berfungsi pribadi maupun publik, sehingga para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi dalam akun media sosial yang dimilikinya. Media sosial terbukti dapat menjangkau khalayak luas yang tidak dibatasi oleh faktor geografis, sehingga tidak adanya batasan ruang dan waktu, serta dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun berada. Kehadiran media sosial ini di tunjang dengan semakin berkembangnya jumlah pengguna dari hari ke hari yang memberikan fakta menarik betapa besarnya kekuatan internet bagi kehidupan. Media sosial yang berkembang, kemudian mendorong munculnya aplikasi-aplikasi untuk berinteraksi dengan sesama penggunanya seperti Instagram, Facebook, Whatsapp, Twitter, hingga Youtube yang merupakan beberapa ragam platform media sosial yang diminati oleh khalayak luas.

Saat ini, pengguna media sosial semakin bertambah seiring berjalannya tren penggunaan ponsel pintar (smartphone). Hal ini, didukung oleh rangkuman data tren internet dan media sosial tahun 2019 di Indonesia yang dilansir melalui Hootsuite (2019), menunjukan pengguna media sosial aktif sebanyak 150 juta orang (naik 15% atau sekitar 20 juta populasi dari tahun 2018) dan untuk persentase pengguna internet yang menggunakan 4 platform media sosial terbesar antara lain;  Youtube: 88%,  Whatsapp: 83%, Facebook: 81%, serta Instagram: 80%.

Maraknya penggunaan media sosial ini tidak hanya menimbulkan dampak positif  bagi penggunanya, namun juga menimbulkan dampak negatif dari penggunaan yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab. Dilansir dari PakarKomunikasi.com (2019), ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial yaitu, dapat menurunkan tingkat kesehatan, bersikap acuh terhadap orang lain, terjadinya cyber bullying, timbulnya berbagai macam bentuk kejahatan di media sosial, menurunkan produktivitas, tersebar luasnya informasi hoax, menurunnya interaksi tatap muka, serta update status secara berlebihan di media sosial. Lebih lanjut, fitur update status di media sosial dapat menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif bagi penggunanya. Terkadang, kegemaran warganet melakukan update status ini dilakukan sebagai ajang menunjukkan eksistensi diri di media sosial yang terkadang tidak sesuai dengan realita sebenarnya. Selain itu, individu juga dapat melupakan tanggung jawab dan pekerjaannya karena terlalu asik bermain media sosial. Eksistensi diri di akun media sosial ini menunjukan keberadaan seseorang dimana individu menganggap keberadaannya dengan ditandai komentar atau like yang di berikan oleh pengguna lain yang melihat atau membaca  statusnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019), eksistensi diri memiliki arti ‘keberadaan’, sedangkan secara umum eksistensi diri lebih dikenal dengan pengakuan atau merasa keberadaannya diakui.  Kondisi atau adanya perasaan ingin diakui inilah yang mendorong individu untuk mewujudkan eksistensi dirinya dengan merealisasikan keberadaannya untuk mencapai kehidupan yang lebih bermakna. Keberadaan manusia mengandung makna keterbukaan dan memahami keadaan “ada di dunia”, sehingga eksistensi yang ada pada diri individu harus dapat muncul dan hadir .

Perasaan ingin diakui keberadaannya, membuat setiap individu berlomba-lomba untuk menunjukkan dirinya kepada dunia luar. Salah satu caranya adalah menggunakan media sosial yang dimiliki. Individu membuat branding tentang dirinya, melalui posting-an yang di bagikan, yaitu berupa foto, video, maupun pernyataan yang dibuat semenarik mungkin, kemudian dibagikan melalui media sosial. Individu berusaha untuk menampilkan diri agar mendapatkan tanggapan positif sebanyak mungkin dari orang lain. Goffman (dalam Benedictus, 2010) mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya ini disebut sebagai pengelolaan kesan (impression management), yaitu teknik yang digunakan seseorang untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Hayumi (2014) menunjukkan  bahwa media sosial instagram digunakan sebagai salah satu alat untuk menunjukkan eksistensi diri. Hal tersebut mengarahkan pula pada bagaimana instagram dapat diartikan sebagai dampak yang ditimbulkan dari perkembangan media online yang dipergunakan sebagai ajang eksistensi diri.

Mari Bereksistensi

Pada dasaranya setiap orang perlu bereksisntensi agar dapat memperoleh kehidupan yang lebih memuaskan. Namun kemajuan teknologi yang semakin berkembang, membuat  eksistensi diri yang ditunjukkan terkadang tidak berimbang antara dunia maya dengan dunia nyata, sehingga perlu adanya ruang yang dapat menyeimbangkan eksistensi diri tersebut di lingkungan sosial maupun masyarakat serta menggunakan media sosial sebagai penunjang pertukaran informasi secara cepat dan efisien, sehingga tidak hanya menggunakan media sosial sebagai ajang eksistensi diri, namun juga sebagai alat pertukaran informasi, bisnis, kerjasama, dan komunikasi yang lebih baik lagi.

Referensi:

Benedictus, A. S. (2010). Konstruksi diri dan pengelolaan kesan pada ruang riil dan ruang Virtual. Jurnal ASPIKOM,1(1), 26-40.

Hootsuite. (2019, September 12). Data tren internet dan media sosial 2019 di Indonesia. Diakses dari https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2019/.

 

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2019, Juni 13). Pengertian eksistensi diri. diakses dari https://kbbi.web.id/.

 

Hayumi, N. Z. (2014). Penggunaan instagram sebagai bentuk eksistensi diri Makalah Non Seminar.

 

PakarKomunikasi.com (2019, Juli 15). Dampak negatif media sosial. Diakses dari https://pakarkomunikasi.com/dampak-negatif-dari-media-sosial/