ISSN 2477-1686  

   Vol.5 No. 14 Juli 2019

 

 

Liputan Acara Pre-Launching dan Diskusi Film: Keluargaku, Jihadku

Oleh

Selviana

Fakultas Psikologi, Universitas Persada YAI

Husna Mitsali

Division for Applied Social Psychology Research, Universitas Persada Indonesia YAI

Rabu 31 Juli 2019 diadakan Pre-launching dan Diskusi Film Keluargaku, Jihadku oleh DASPR (Division for Applied Social Psychology Research) di Gedung PKBI Jakarta Selatan. Acara diawali dengan pembukaan oleh tim DASPR yang menjelaskan tentang tujuan dan proses pembuatan film yang bercerita mengenai keluh kesah 4 istri Narapidana (Napi) Teroris di Indonesia yang disoroti dari perspektif psikologi sosial. Dari film tersebut, para penonton diajak untuk melihat lebih dekat kesaksian-kesaksian hidup serta berbagai permasalahan yang dialami para istri Napi teroris mulai dari awal bertemu, menikah (rata-rata dengan proses ta’aruf) dan membangun kehidupan rumah tangga dengan suaminya yang terlibat dalam jaringan Teroris di Indonesia.

Acara semakin menarik karena setelah menonton film dilakukan diskusi dengan  para narasumber yaitu seorang tokoh istri Napi teroris, Vici S Putra selaku salah satu tim proyek film DASPR dan Any Rufaedah sebagai moderator diskusi serta selaku peneliti dinamika psikologis para istri Napi teroris. Diskusi diawali dengan narasumber Vici S Putra yang menyampaikan proses dibalik layar pembuatan film keluargaku, jihadku sebagai proyek film pertama yang dibuat oleh DASPR. Dirinya menyampaikan keterlibatannya dalam menyaring bagian-bagian dalam pembuatan film yang diharapkan dapat menyampaikan pesan-pesan dan cerita yang lebih lebih mengena kepada para penonton. Selain itu, muatan dalam cerita film tersebut juga disesuaikan berdasarkan temuan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim DASPR. Dilanjutkan dengan tokoh Istri Napi teroris yang mengungkapkan kesan-kesannya yang sungguh mengharukan atas hadirnya film keluargaku, jihadku. Dirinya menyampaikan film tersebut mengingatkan kisah masa lalu saat harus menjadi seorang single parents karena suaminya meninggal dunia setelah tiga bulan keluar dari tahanan, belum lagi tekanan saat menghadapi keluarga dan cibiran dari para tetangga, sehingga hal itu membuatnya merasa harus kuat, harus lebih baik dan tetap semangat dalam menjalani hidup, khususnya demi menghidupi anak-anaknya. Selajutnya, Any Rufaedah turut berbagi pengalamannya yang pernah meneliti para Napi teroris. Dirinya menyampaikan bahwa para Napi teroris tersebut memposisikan istri-istrinya sebagai nomor dua setelah kesyahidannya. Salah satu prinsip yang dipegangnya saat lanjang adalah bahwa mendapatkan syahid itu lebih diidamkan daripada meraihmu (istri). Hal ini terbawa secara ideologi saat memasuki biduk rumah tangga karena dianggap bila suaminya syahid, maka akan mendapatkan surga dan istrinyapun akan ikut, akibatnya membuat para istri tidak banyak mengetahui tentang kegiatan-kegiatan suaminya di luar yang terlibat dalam jaringan teroris.

Diskusi ini memicu banyaknya tanya jawab dari para peserta yang rasa ingin tahu besar tentang keberadaan teorisme dan radikalisme yang diangkat menjadi tema utama dalam film ini. Beberapa pertanyaan menarik seperti bagaimana mengobati tidak hanya yang sudah terpatah namun yang sedang dalam proses terpatah sebagai keluarga teroris, sehingga kedepan pencegahan dan penanganannya dapat lebih tersosialisasi di tengah masyarakat? Ada pula pertanyaan tentang apa yang membedakan islamisasi dengan arabisasi kaitannya dengan isu terorisme dan radikalisme? serta bagaimana DASPR menanggapi isu kepulangan WNI dari suriah? Selain pertanyaan, ada juga saran agar acara-acara seperti ini dapat diadakan lagi guna mengedukasi masyarakat terkait permasalahan terorisme dan redikalisme, serta pada film berikutnya agar juga menghadirkan istri-istri yang tahu tentang keterlibatan suaminya, sehingga dapat memberi informasi kepada masyarakat agar dapat melakukan pencegahan.    

Pada akhirnya, kegiatan ini dapat terselenggara atas inisiatif DASPR (Division for Applied Social Psychology Research) bekerjasama dengan Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN). Turut hadir dalam acara tersebut para undangan akademisi dari berbagai universitas yang salah satunya adalah Prof. Dr. Suprapti S Markam sebagai perwakilan undangan dari Universitas Persada Indonesia YAI, beliau turut mengapresiasi acara ini, sehingga film ini tergolong layak untuk diputar di kampus-kampus yang ingin mengadakan acara serupa, yaitu nonton bareng dan diskusi lebih lanjut.