ISSN 2477-1686  

   Vol.5 No. 11 Juni 2019

 

Memaknai Keberagaman di Konteks Urban

Oleh

Gita Soerjoatmodjo, Clara Moningka dan Selviana

Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya dan Fakultas Psikologi Universitas Persada YAI

Rabu 10 April 2019 di Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) R. 712-713 diselenggarakan Diskusi Bedah Buku. Buku yang dikaji adalah Psikologi Sosial: Pengantar dalam Teori dan Penelitian dengan tema Memaknai Keberagaman di Konteks Urban dari Perspektif Multikulturalisme. Narasumber kegiatan ini adalah Clara Moningka dosen Program Studi Psikologi UPJ (PSI UPJ) selaku penulis bab dalam buku tersebut. Dr. Zainal Abidin, M.Si. dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, menjadi Pembahas mewakili Ikatan Psikologi Sosial (IPS). Moderator diskusi ini adalah Dr. Selviana dari Fakultas Psikologi YAI mewakili Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN).

Isu diskusi buku ini adalah multikulturalisme, yaitu pandangan menghargai keberagaman manusia – melampaui ras, etnisitas, gender dan lain sebagainya. Hal ini penting dalam kajian urban, sebagaimana digarisbawahi Ir. Resdiansyah Mansyur, S.T., M.T., Ph.D selaku Direktur Center for Urban Studies (CUS) sebagai pusat unggulan Universitas Pembangunan Jaya. Memahami kota tak dapat dilepaskan dari memahami manusia yang hidup di dalamnya termasuk dari segi perilaku – oleh karena itulah diskusi ini tersebut relevan untuk konteks urban.

Clara Moningka membuka pembahasan dengan mengupas prasangka, dimana emosi manusia muncul kuat dan negatif apabila terkait kelompok “yang lain.” Dirinya menawarkan multikulturalisme sebagai sudut pandang yang dapat merangkul atribut yang sama antar manusia dan tidak hanya fokus pada perbedaan antar manusia. Zainal Abidin menyoroti kondisi politik saat ini membahas multikulturalisme. Dirinya menyoroti kekakuan kognitif (cognitive rigidity) kelompok ormas yang mengusung politik identitas: jika tidak A, sudah pasti B dan otomatis buruk karena berbeda. Di akhir paparan, para pembicara memberikan tips memaknai keberagaman menggunakan perspektif multikulturalisme, utamanya di konteks urban. Salah satu tips adalah hipotesis kontak (contact hypothesis) dimana toleransi tumbuh melalui interaksi individu dari kelompok berbeda yang bekerjasama secara setara guna mencapai tujuan yang sama.

Tanya jawab memunculkan isu menarik. Gita Soerjoatmodjo dari Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya menjelaskan bagaimana contact hypothesis diterapkan di Kelas Open To All (KOTA) di UPJ yang secara sadar dirancang menumbuhkan toleransi dalam keseharian dengan contoh mata kuliah Agama. Agustine Dwianika dari Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Jaya mengupas multikulturalisme dalam profesi dan kode etik - utamanya dalam relasi dengan klien. Lerbin Aritonang dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) wilayah Banten mengupas pentingnya mengkaji multikulturalisme termasuk fenomena hoax media sosial. Resdiansyah Mansyur dari Center for Urban Studies berbagi pengalaman tinggal di berbagai kota multikultural di dunia dan menyoroti bagaimana keberagaman tersebut ditumbuhkan di kota.

Mahasiswa juga mengajukan berbagai pertanyaan dalam kesempatan ini. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menerapkan multikulturalisme dalam kehidupan kaum muda agar dapat melawan intoleransi termasuk di berbagai konteks seperti sekolah.  Hal ini menunjukkan besarnya dorongan generasi milenial memaknai keberagaman sebagai identitas Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. M. Syafiq Kumala P dari Perpustakaan Universitas Pembangunan Jaya memberikan buah tangan pada tiga penanya terbaik yaitu souvenir buku Penerbit Salemba sebagai penyemangat menumbuhkan budaya literasi. 

Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi kemitraan antara Center for Urban Studies, Program Studi Psikologi dan Bagian Perpustakaan dari Universitas Pembangunan Jaya, serta Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN) dan Ikatan Psikologi Sosial (IPS) serta Penerbit Salemba. Hadir juga dalam kegiatan ini Himpunan Psikologi Ilmiah (HIMPSI) wilayah Banten dan Info Bintaro yang juga menjadi mitra strategis PSI UPJ.