ISSN 2477-1686
Vol.5 No. 10 Mei 2019
Mari Berpikir Positif untuk Mengatasi Stres pada Mahasiswa
Oleh
Angel Christine & Yuli Sundari R
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Fungsi Pikiran
Menurut Victor Hugo seorang penulis terkenal, mengatakan bahwa pikiran adalah kekuatan yang sangat efektif, tanpanya setiap kekuatan hanya besar saja. Oleh karena itu,kemuliaan manusia yang diberi oleh sang Pencipta terletak pada pikiran atau akal budi manusia yang sering disebut kekuatan pikiran. Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang (Bochenski, dalam Suriasumantri, 2018). Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Dengan berpikir, manusia dapat memilih keputusannya dan membedakan hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi hidupnya di masa sekarang dan masa depan serta bertanggung jawab akan keputusannya. Sehingga kekuatan pikiran sangat diperlukan untuk mempengaruhi tindakan, perasaan , sikap bahkan fisik manusia.
Menurut penelitian (Widuri, 1995) mengungkapkan bahwa sumber stres yang dihadapi oleh mahasiswa, antara lain penyesuaian dalam pergaulan mencari teman-teman baru dalam lingkungan kampus, penyesuian dengan jurusan yang dipilih dimana terkadang tidak sesuai dengan keinginan mahasiswa karena keterbatasan usia dan informasi mengenai pemilihan jurusan-jurusan di universitas sesuai dengan keterampilan atau minat, serta penyesuaian dengan tugas-tugas kuliah yang banyak dengan tingkat kesulitan yang tinggi pula dibandingkan dengan tugas di masa sekolah dahulu, dan penyesuaian waktu antara berkuliah dengan bekerja bagi yang tidak mampu menanggung uang perkuliahan. Sehingga pola pikiran negatif dapat mempengaruhi perasaan dan sikap yang berdampak negatif bagi fisik manusia.
Pengelolaan Stres
Disamping sumber masalah di atas yang membuat mahasiswa menjadi stres, juga disebabkan oleh pola pikir yang negatif terhadap dirinya, lingkungan dan masalah yang dihadapinya. Pikiran-pikiran negatif yang sering kali muncul dapat menyebabkan stres,cemas maupun depresi obsesif. Sumber permasalahan berupa pola pikir yang negatif terhadap diri, lingkungan dan masalah yang dihadapi pada hakekatnya merupakan suatu ancaman bagi keberlangsungan hidup sehingga individu perlu mengantisipasinya (Stallard, 2005). Wicaksana (2005) menambahkan bahwa kondisi stres dapat berlanjut menjadi gangguan mental dan perilaku, namun dapat pula tidak karena tergantung pada kuat lemahnya status mental atau kepribadian seseorang. Stres adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari di lingkungan kampus. Sehingga stres harus dikelola agar tidak menjadi gangguan yang serius.
Pengelolaan stres biasanya berhubungan dengan strategi koping. Koping membantu individu menghilangkan, mengurangi, mengatur atau mengelola stres yang dialaminya. Koping dipandang sebagai faktor penyeimbang usaha individu untuk mempertahankan penyesuaian dirinya selama menghadapi situasi yang dapat menimbulkan stres. Menurut Elfiky (2011)berpikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan, disebut sumber kekuatan karena berpikir positif dapat membantu kita memikirkan solusi sampai mendapatkannya. Dengan begitu kita bertambah mahir, percaya diri dan kuat. Disebut sumber kebebasan karena dengan berpikir positif akan terbebas dari penderitaan dan pikiran negatif. Dengan berpikir positif yang dilakukan oleh mahasiswa dapat mengatasi dan menurunkan tingkat stres dalam masalah perkuliahan yang dijalaninya (Kholifah & Alisa, 2012; Pedrotti & Synder,2015; Starllard, 2005; Wicaksana,2005; Widuri, 1995).
Manfaat Berpikir Positif
Dengan demikian, berpikir positif sangat bermanfaat untuk mengatasi stres mahasiswa adapun beberapa kegiatan atau upaya yang bisa dilakukan untuk berpikir postif. Seperti di dalam lingkungan pertemanan lebih baik kita bergaul dengan orang yang selalu berpikir positif karena dapat mempengaruhi pola pikir kita, serta memperbanyak membaca buku yang berisi motivasi yang dapat memperkaya nilai-nilai positif kita seperti buku tentang biografi inspirasional, tokoh-tokoh pejuang yang telah membawa pengaruh positif bagi lingkungan sekitarnya dan kehadiran mereka di dunia mampu menginspirasi orang untuk berbuat baik.
Upaya lainnya dengan memberi pujian kepada orang lain, ini akan membantu mempermudah kita melihat sisi baik dalam diri seseorang sehingga membuat kita selalu berpikir positif dan jauh dari prasangka negatif. Dengan selalu bersyukur kepada Allah akan semakin menumbuhkan sifat dan pikiran positif dalam diri kita dan membuat hidup menjadi lebih mudah tidak seberat seperti yang dipikirkan sebelumnya. Melatih diri dengan hal-hal positif seperti cara hidup sehat untuk meningkatkan kualitas dalam diri kita. Istirahatlah yang cukup (7-8 jam sehari), dan berolahraga, akan sangat membantu dalam mengelola stres dengan baik. Menjaga kesehatan fisik dan mental akan memberi kita lebih banyak energi untuk fokus pada pemikiran positif dan mengabaikan pikiran negatif yang tidak mendatangkan manfaat apa-apa.
Apabila beberapa kegiatan dan upaya di atas telah dilakukan namun tingkat stres mahasiwa tetap tinggi serta terjadi perubahan perilaku yang negatif seperti agresi, depresi,menurunnya konsentrasi mahasiswa, gelisah, mudah tersinggung dan menyendiri (antisosial) maka segeralah bawa mahasiswa tersebut kepada para ahli seperti psikolog, psikiater dan dokter. Dalam segi psikologi, hal yang dapat dilakukan adalah psikologi positif yaitu lebih berfokus pada pembentukan emosi positif, seperti rasa gembira, tenang, dan sebagainya. Emosi adalah cara kita mengekspersikan diri terhadap pengalaman hidup. Namun, sering ada kecenderungan untuk terlalu fokus pada hal-hal negatif dalam hidup seperti rasa marah, cemburu dan impulsif.
Dalam psikologi positif para terapi akan memotivasi mahasiswa dengan membimbing kliennya untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan karakter mereka, seperti kreativitas, rasa ingin tahu, kepemimpinan, kebaikan dan kecerdasan sosial yang merupakan karakteristik positif yang dimiliki oleh orang sukses. Selama terapi psikologi positif, peran klien yang aktif juga mendukung pemulihan mental klien lebih cepat, seperti klien bisa secara aktif menumbuhkan kemampuan untuk lebih konsisten, mengubah fokus dan perspektif mereka ke arah yang positif. Misalnya, setiap hari mahasiswa mencatat beberapa hal yang berjalan baik di siang hari , menciptakan kebiasaan untuk memperhatikan dan menghargai hal-hal baik yang terjadi. Dengan berlatih secara teratur mahasiswa dapat melawan bias alami untuk merenungkan apa yang salah, atau kekhawatiran tentang hari esok yang berkaitan dengan hal perkuliahan mahasiswa.
Manfaat Psikologi positif yang lebih berfokus pada pembangunan kekuatan internal mahasiswa dan membantu mengenali dan terhubung dengan sumber daya di sekitar mahasiswa, seperti teman dan keluarga, mereka lebih mampu menghadapi tantangan dan menikmati kehidupan secara keseluruhan. Salah satu cara model pencegahan ini diterapkan dengan mengajarkan mahasiswa tentang kesejahteraan, ketahanan, kekuatan karakter, emosi, dan hubungan sosial. Demikian pula, dengan rutin melakukan kegiatan positif, mahasiswa dapat membangun kebugaran dan menjaga kesehatan mental mereka serta terhindari dari tingkat stres yang berat selama kuliah.
Menurut Elfiky (2007) dalam bukunya yang berjudul “Terapi berpikir positif” dengan berpikir positif dapat mengatasi stres yang dialami oleh mahasiswa serta membentuk kepribadian yang positif. Berpikir positif juga membentuk sifat yang tekun dan ulet merupakan orang yang menyelesaikan semua hal yang telah dimulainya sehingga tidak ada kata mundur atau menyerah dalam menghadapi masalah. Jika mahasiswa telah dapat berpikir positif dan memiliki kepribadian positif maka ia mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu, keinginan, amarah dan tekanan hidup yang besar. Sehingga dalam kondisi apapun mahasiswa mampu mengendalikan diri agar lebih baik tanpa stres selama menjalani perkuliahan.
Referensi
Suriasumantri, (2018). Psikologi pendidikan. Diakses dari http://www.psikologi_pendidikan.com//html.
Elfiky, I. (2011). Terapi berpikir positif (7th ed). Jakarta: Zaman.
Kholidah, E. Nur., & Alsa, A. (2012). Berpikir positif untuk menurunkan stres psikologis, Jurnal Psikologi, 39(1), 67 – 75.
Lopez, S. J., Pedrotti, J. T., & Snyder, C.R. (2015). Positive psychology: The Scientific and practical explorations of human strengths (3rd ed). London : SAGE Publications.
Stallard, P. (2005). A clinician’s guide to think good-feel good:Using CBT with children and young people. West sussex: John Wiley & Sons.
Wicaksana. (2005). Depresi dan solusinya. Diunduh dari http:// www.psychology.yahoo.com.
Widuri, E.L. (1995). Hubungan religiusitas dan stres pada mahasiswa universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi. (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.