ISSN 2477-1686 

   Vol.5 No. 9 Mei 2019

 

Work Life Balance Crafting

Oleh

Amy Mardhatillah

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 

Memiliki berbagai peran dalam kehidupan, bukanlah hal yang mudah untuk dijalani terutama bagi wanita bekerja. Seorang karyawan, yang juga seorang istri, seorang ibu serta seorang anggota masyarakat, harus membagi waktunya untuk meniti karir profesionalnya maupun kehidupan diluar pekerjaanya. Pegawai yang tidak memiliki keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan sehari-hari, akan lebih mudah mengalami depresi dan ganguan kesehatan mental. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan baik pada level individu maupun pada level organisasi untuk menjaga keseimbangan kerja dan kehidupan di luar pekerjaan.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai keseimbangan ini dikenal dengan istilah work life balance (WLB) crafting. Callela dan Gravador (2018) menjelaskan bahwa, work life balance crafting dituangkan berdasarkan teori self concordance (Sheldon dan Elliot (1999). Menurut teori ini, individu tidak hanya merespon terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya, tetapi individu juga secara aktif terus berjuang untuk meningkatkan kualitas kehidupannya dan termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam hidupnya.  Teori ini mendukung upaya yang dilakukan oleh individu sepanjang masa yang akan meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dalam hidupnya dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Dalam upaya mencapai keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan sehari-hari, individu dapat melakukan work life balance crafting yang sejalan dengan tipe job crafting yaitu secara kognitif, relasi dan fisik ( Wrzesniewski & Dutton, 2001). Adapun pendekatan work life balance crafting berdasarkan physical crafting adalah meningkatkan strategi dalam hal waktu tempuh yang diperlukan karyawan untuk hadir ke kantor dan juga terkait dengan lokasi kantor dan rumah. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan perumahaan untuk karyawan yang dekat dari kantor, ataupun memilih untuk kost di kawasan dekat dengan kantor. Terkait dengan cognitive crafting, strategi yang digunakan adalah dengan  meminta karyawan mendeskripsikan apa itu WLB bagi mereka dan mengapa mereka harus berkorban untuk mencapai keseimbangan dalam mencapai tujuan akhir yang bermanfaat bagi dirinya sendiri.  Sedangkan relational crafting yang dapat dilakukan oleh karyawan adalah dengan menjaga hubungan yang baik dan saling mendukung dilingkungan pekerjaaan maupun di luar pekerjaan.

Callela dan Gravador (2018)  menjelaskan setidakanya terdapat sembilan perilaku yang dapat digunakan untuk meningkatkan WLB yaitu:

1.    Membina hubungan yang baik dengan orang lain. Terhubung dengan teman melalui komunikasi yang baik, jalan-jalan bersama, menghadiri acara sosial bersama dan kegiatan lainnya yang dapat mengurangi stress.

2.    Menjaga waktu untuk diri sendiri: mengelola waktu dengan baik, dan memisahkan waktu bekerja dan waktu untuk melakukan hal lain di luar pekerjaan. Dalah hal ini meninggalkan pekerjaan di kantor dan fokus untuk melakukan hal lain ketika tidak berada di kantor.

3.    Mengambil cuti kerja: memanfaatkan jatah cuti adalah hal yang harus dilakukan, agar kita memiliki kegiatan yang lain, selain dari urusan pekerjaan.

4.    Bekerja secara efektif: merencanakan pekerjaan dengan efektif, membangun sistem pendukung dan strategi yang baik untuk hasil kerja yang maksimal.

5.    Membatasi pekerjaan: mengurangi jadwal rapat dan beban kerja yang memang tidak seharusnya ditanggung.

6.    Memanfaatkan teknologi: memanfaatkan teknologi untuk memudahkan pekerjaan dan memudahkan komunikasi dengan orang-orang diluar pekerjaan.

7.    Bekerja dari jauh: bekerja dari rumah ataupun di luar kantor merupakan opsi yang baik dalam membangun keseimbangan kehidupan dan pekerjaan.

Dalam penelitiannya, Callela dan Gravador (2018) menemukan bahwa untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan, ternyata lebih dibutuhkan dukungan pada level organisasi dan lingkungan di luar individu dalam mencapai keseimbangan ini. Dua faktor yang paling berhubungan erat dengan  work life balance crafting adalah menjaga waktu untuk diri sendiri dan bekerja secara efktif.

Oleh karena itu, walaupun banyak peran yang anda jalani, jangan khawatir untuk menjadi stress dan tidak bahagia, asalkan terus berupaya untuk mencapai keseimbangan anatara pekerjaan dan kehidupan selain dari pekerjaan dan senantiasa melakukan work life balance crafting baik secara fisik, relasi maupun secara kognitif.

Selamat mempraktekkan work life balance crafting, semoga karir anda semakin sukses dan bahagia dalam menjalaninya.

Referensi

Gravador, L.N; Calleja, M.T (2018). Work life balance crafting behaviors: an empirical study. Personnel Revie, 47 (4), 786-804.

Sheldon, K; Elliot, A. (1999). Not all personal goals are personal: comparing autonomous and controlling goals on effort and attainment. Personality and social psychology Bulletin, 24 (5), 546-557.

Wrzesniewski, A; Dutton, J. (2001). Crafting a job: revisioning employees as active crafters of their work. Academy of Management Review, 26 (2), 179-201.