ISSN 2477-1686 

   Vol.5 No. 9 Mei 2019

 

Pentingnya Taman Baca Masyarakat dalam Mengatasi Masalah Belajar

 

Oleh

Erni Kurniati

Division for Applied Social Psychology Research (DASPR)

 

Taman baca masyarakat (TBM) adalah pendidikan nonformal yang ada di tengah-tengah masyarakat yang bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang no. 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 1 menyatakan bawha pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Berdirinya TBM bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan budaya baca masyarakat. Namun, saat ini TBM berkembang pesat menjadi komunitas yang dikembangkan secara luas diberbagai sektor. TBM tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, dan juga tingkat pendidikan. TBM dianggap sebagai solusi atas kejenuhan para pelajar di sekolah dan juga solusi nyata bagi orang tua yang hampir kehilangan motivasi untuk mendukung anak-anak mereka untuk memiliki pendidikan tinggi. Sesuai dengan pengertian dalam KBBI, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Oleh karena itu, TBM hadir sebagai pendidikan nonformal yang mendukung cita-cita dan meningkatkan kesejahteraan secara intelektual di masyarakat.

 

Jenuhnya Belajar

 

Siswa dan masyarakat umum bisa bergabung dalam komunitas Taman Baca Masyarakat untuk mengurangi kejenuhan belajar yang mereka rasakan di sekolah formal. Para siswa yang bersekolah di sekolah negeri dan dari kalangan masyarakat menengah ke bawah terkadang merasa jenuh dengan sistem pendidikan formal yang ada di sekolah. Penyakit jenuh ini membuat siswa merasakan bahwa mereka tidak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari masa belajar di kelas, bahkan tidak merasakan kemajuan apa-apa setelah belajar (Amin, 2005). Oleh karen itu, agar tidak terjadi kejenuhan dalam belajar secara berulang-ulang, siswa harus terus mendapatkan motivasi belajar dan juga dukungan agar bersemangat dan lebih kritis lagi ketika mereka belajar di kelas.

 

Terdapat berbagai alasan yang membuat siswa merasa jenuh dalam belajar, Amin (2005) mengungkapkan bahwa faktor yang dapat membuat siswa merasa jenuh bisa dari kondisi psiko-pisik, beragam materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, atau bahkan metode proses belajar mengajar yang disajikan guru terlalu kaku, monoton, dan sebagainya.

 

Kesulitan belajar

 

Fenomena lain yang menjadi masalah para siswa dan juga orang tua adalah kesulitan belajar. Amin (2005) menjelaskan bahwa kesulitan belajar (learning difficulty) adalah hambatan-hambatan yang dialami seseorang dalam suasana belajar. Jika prestasi siswa di bawah potensi intelektualnya, maka bisa dikatakan siswa tersebut mengalami kesulitan belajar karena menurunnya hasil belajar. Namun, kesulitan belajar juga bisa dilihat dari kelainan tingkah laku (misbehavior) siswa, seperti berteriak histeris, menganggu teman, sering tidak masuk sekolah atau berkelahi.

 

Dari realitas yang muncul, siswa mengalami kesulitan karena dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terjadi karena terdapat faktor-faktor yang memicu gangguan belajar dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti kognisi, konasi, afeksi, atau psikomotornya. Namun, faktor eksternal ialah faktor yang memicu kesulitan belajar karena faktor di luar siswa itu sendiri, seperti lingkungan keluarga dan tempat bermainnya (Amin, 2005). Sejalan dengan hal tersebut, Irham dan Wiyani (2014) menyatakan bahwa kesulitan belajar intinya adalah permasalahan yang menimbulkan seseorang tidak bisa belajar dengan baik yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu sehingga terlambat bahkan tidak bisa mencapai tujuan belajar dengan baik. 

 

Untuk mencegah kesulitan belajar terus belanjut, Taman Bacaab Msayarakat bisa menjadi lingkungan positif bagi siswa untuk meningkatkan motivasi belajarnya di sekolah dan membangun konsep diri sebagai manusia yang berkepribadian. Thalib (2010) memaparkan bahwa konsep diri merupakan filter dan mekanisme yang mewarnai pengalaman keseharian dan diri terdiri dari persepsi dan nilai-nilai yang meliputi kesadaran tentang dirinya sendiri. Kemudian ia menambahkan bahwa konsep diri dapat mempengaruhi pandangan seseorang tentang lingkungan sekitarnya dan perilakunya.

 

Penutup

 

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Taman Baca Masyarakat bisa menjadi alternatif bagi orang tua untuk membangun konsep diri anak-anak mereka dan juga sekaligus secara bersamaan bisa membantu anak-anak mereka untuk mengatasi kesulitan belajar di sekolah. Keluarga merupakan salah satu faktor pembentuk konsep diri, maka Taman Bacaan Masyarakat juga memberikan beragam kegiatan untuk membantu para orangtua di lingkungan masyarakat menengah bawah agar mereka terus belajar mengasuh anak-anak mereka lebih baik.

 

Kehadiran Taman Bacaan Masyarakat sekali lagi tidak hanya meningkatkan minat baca di masyarakat, tetapi mencakup seluruh aspek kemasyarakatan yang ada di dalamnya. Pengembangan kegiatan yang bermasyarakat dan edukatif bisa menjadi kegiatan yang mengedukasi para keluarga akan pentingnya membangun pendidikan dan perilaku kepada anak-anak mereka. Seiring berjalannya waktu, masyarakat akan sadar bahwa pendidikan bukan hanya sekedar meraih ijazah sebagai syarat untuk bekerja, tetapi jauh daripada itu untuk meningkatkan kesejahteraan dan derajat mereka sebagai manusia, yaitu membangun konsep diri yang lebih baik.

 

Referensi

 

Amin, S. (2005). Pengantar Psikologi Pendidikan (edisi ke-2). Banda Aceh: Yayasan PeNa.

Irham, M. & Wiyani, N. A. (2014). Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Thalib, S. B. (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana.