ISSN 2477-1686

  Vol.5 No. 8 April 2019

Psikologi Positif: Mengeksplorasi Manusia Melalui Sisi Positif

 

Oleh

Garvin

Program Studi Psikologi, Universitas Bunda Mulia

 

Nama “Psikologi Positif” berkembang pada beberapa dekade ini, menjadi sebuah gerakan baru dalam psikologi yang memelajari perilaku dan proses mental pada manusia. Di Indonesia, selama satu dekade belakangan ini muncul berbagai buku teks, metode intervensi, pelatihan, dan konferensi ilmiah yang membahas psikologi positif. Sebut saja buku Psikologi Positif yang ditulis oleh Arif (2016), salah seorang akademisi psikologi Indonesia; atau berdirinya Asosiasi Psikologi Positif Indonesia pada tahun 2014; juga diadakannya Seminar Nasional Psikologi Positif II pada tahun 2016 di Surabaya. Ini menandakan minat para praktisi, akademisi, dan masyarakat terhadap psikologi positif semakin meningkat.

 

Psikologi positif dipelopori pertama kali oleh Martin Seligman, seorang profesor psikologi dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat, pada tahun 1998. Kala itu beliau menjabat sebagai presiden dari American Psychological Association (APA), sebuah organisasi psikologi yang diakui secara global dan menjadi acuan bagi berbagai lembaga psikologi lainnya di dunia. Seligman mengklaim dalam salah satu bukunya (2002), "selama setengah abad terakhir psikologi telah dikonsumsi dengan satu topik saja - gangguan mental”. Melalui psikologi positif, Seligman mengkritisi psikologi yang selama ini memandang manusia secara negatif, dan menawarkan pendekatan baru dalam psikologi, yakni melalui sisi positif manusia.

 

Sebenarnya, apa itu psikologi positif? Gable dan Haidt (2005) menyebut psikologi positif sebagai studi tentang kondisi dan proses yang berkontribusi pada pertumbuhan atau fungsi optimal orang, kelompok, dan institusi. Sementara itu, Peterson (2006) salah satu co-initiator dari psikologi positif, mendefinisikan psikologi positif sebagai studi ilmiah mengenai hal-hal baik yang terjadi dalam hidup manusia. Psikologi positif memelajari pengalaman subjektif manusia seperti: kesejahteraan, kecukupan hati, dan kepuasan (di masa lalu); harapan dan optimisme (untuk masa depan); dan flow maupun kebahagiaan (di masa sekarang) (Seligman & Csikszentmihalyi, 2000). Psikologi tidak hanya lagi berfokus pada upaya untuk memperbaiki hal-hal buruk pada manusia, tetapi juga untuk membangun kualitas-kualitas positif pada hidup seseorang (Seligman & Csikszentmihalyi, 2000). Artinya, psikologi positif merupakan sebuah gerakan psikologi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan mengoptimalkan fungsi manusia melalui pengembangan hal-hal positif yang dimiliki oleh orang tersebut.

 

Ada sebuah cerita klasik yang sering diceritakan oleh Martin Seligman dalam kelas-kelasnya maupun tulisan yang beliau publikasikan. Suatu hari, beliau sedang bersama dengan anaknya, Nikki, yang masih berusia 5 tahun pada saat itu di sebuah taman miliknya. Martin Seligman, mengakui bahwa beliau adalah orang yang berorientasi pada tujuan dan merasa terdesak oleh waktu, berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan membersihkan rumput liar secepat mungkin. Di satu sisi, anaknya sedang melemparkan rumput-rumput liar tersebut ke udara sambil bernyanyi dan menari. Seligman pun meneriaki Nikki. Nikki pun mendekat dan berkata, "Ayah, saya ingin berbicara". Setelah mendapatkan persetujuan, Nikki melanjutkan, "Ayah, apakah ayah ingat sebelum ulang tahun kelima saya? Dari saat saya berusia tiga hingga lima tahun, saya adalah seorang pengeluh. Saya merengek setiap hari. Ketika saya berusia lima tahun, saya memutuskan untuk tidak merengek lagi. Itu adalah hal tersulit yang pernah saya lakukan. Dan jika saya bisa berhenti merengek, ayah bisa berhenti menjadi penggerutu." Dari sini Seligman menyadari bahwa mengasuh anak merupakan hal yang jauh lebih dari memperbaiki apa yang salah dengan mereka. Pengasuhan adalah tentang mengidentifikasi dan memelihara kualitas maupun kekuatan terbaik pada anak, sehingga mereka dapat dengan baik menghidupi kekuatan-kekuatan tersebut (Seligman & Csikszentmihalyi, 2000). Inilah salah satu contoh di mana psikologi positif dapat diterapkan.

 

Bila dibandingkan dengan dua gerakan psikologi terbesar sebelumnya, psikoanalisis dan behaviorisme, psikologi positif menawarkan tiga hal yang menjadi pembeda. Pertama, psikologi tidak hanya berbicara mengenai kesulitan, penderitaan, maupun kesedihan hidup manusia. Psikologi juga bisa berbicara mengenai kesejahteraan, kebahagiaan, dan potensi manusia untuk menjalani hidup secara optimal. Kedua, psikologi positif percaya bahwa hidup tidak semata-mata ditentukan oleh riwayat masa kanak-kanak kita. Manusia bukanlah produk masa lalunya semata, melainkan manusia juga mampu menentukan masa depannya sendiri. Ketiga, psikologi positif menaruh peran penting kesadaran individu. Proses mental dan perilaku pada manusia bukan hanya berdasarkan pada insting (seperti yang diajarkan dalam psikoanalisis) maupun pembentukan dari lingkungan semata (seperti yang ditekankan oleh behaviorisme), tetapi manusia juga memiliki keputusan, pilihan, dan kebebasan untuk berkehendak. Alih-alih menjadikan psikologi sebagai ilmu untuk menyembuhkan manusia dari masalah, psikologi positif justru lebih tertarik untuk memelajari bagaimana mengembangkan kualitas positif manusia agar ia bisa hidup secara optimal dan lebih terlindungi dari ketidakberdayaan.

 

Terakhir, saya ingin mengutip sebuah kalimat anonim yang sering muncul dan beredar di dunia maya: “kebahagiaan tidak berada di luar sana, melainkan berada di dalam diri anda (happiness is not out there, it's in you).” Inilah tujuan yang ditawarkan oleh psikologi positif.

 

Referensi:

 

Arif, I.S. (2016). Psikologi positif: Pendekatan saintifik menuju kebahagiaan. Jakarta: Gramedia.

 

Gable, S.L., & Haidt, J. (2005). What (and why) is positive psychology?. Review of General Psychology, 9(2) 103-110.

 

Peterson, C. (2006). A primer in positive psychology. NY: Oxford University Press.

 

Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfillment. NY: Free Press.

 

Seligman, M., & Csikszentmihalyi, M. (2000). Positive psychology: An introduction. American Psychology, 55(1), 5-14.

 

Psikologi Positif: Mengeksplorasi Manusia Melalui Sisi Positif

 

Oleh

Garvin

Program Studi Psikologi, Universitas Bunda Mulia

 

Nama “Psikologi Positif” berkembang pada beberapa dekade ini, menjadi sebuah gerakan baru dalam psikologi yang memelajari perilaku dan proses mental pada manusia. Di Indonesia, selama satu dekade belakangan ini muncul berbagai buku teks, metode intervensi, pelatihan, dan konferensi ilmiah yang membahas psikologi positif. Sebut saja buku Psikologi Positif yang ditulis oleh Arif (2016), salah seorang akademisi psikologi Indonesia; atau berdirinya Asosiasi Psikologi Positif Indonesia pada tahun 2014; juga diadakannya Seminar Nasional Psikologi Positif II pada tahun 2016 di Surabaya. Ini menandakan minat para praktisi, akademisi, dan masyarakat terhadap psikologi positif semakin meningkat.

 

Psikologi positif dipelopori pertama kali oleh Martin Seligman, seorang profesor psikologi dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat, pada tahun 1998. Kala itu beliau menjabat sebagai presiden dari American Psychological Association (APA), sebuah organisasi psikologi yang diakui secara global dan menjadi acuan bagi berbagai lembaga psikologi lainnya di dunia. Seligman mengklaim dalam salah satu bukunya (2002), "selama setengah abad terakhir psikologi telah dikonsumsi dengan satu topik saja - gangguan mental”. Melalui psikologi positif, Seligman mengkritisi psikologi yang selama ini memandang manusia secara negatif, dan menawarkan pendekatan baru dalam psikologi, yakni melalui sisi positif manusia.

 

Sebenarnya, apa itu psikologi positif? Gable dan Haidt (2005) menyebut psikologi positif sebagai studi tentang kondisi dan proses yang berkontribusi pada pertumbuhan atau fungsi optimal orang, kelompok, dan institusi. Sementara itu, Peterson (2006) salah satu co-initiator dari psikologi positif, mendefinisikan psikologi positif sebagai studi ilmiah mengenai hal-hal baik yang terjadi dalam hidup manusia. Psikologi positif memelajari pengalaman subjektif manusia seperti: kesejahteraan, kecukupan hati, dan kepuasan (di masa lalu); harapan dan optimisme (untuk masa depan); dan flow maupun kebahagiaan (di masa sekarang) (Seligman & Csikszentmihalyi, 2000). Psikologi tidak hanya lagi berfokus pada upaya untuk memperbaiki hal-hal buruk pada manusia, tetapi juga untuk membangun kualitas-kualitas positif pada hidup seseorang (Seligman & Csikszentmihalyi, 2000). Artinya, psikologi positif merupakan sebuah gerakan psikologi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan mengoptimalkan fungsi manusia melalui pengembangan hal-hal positif yang dimiliki oleh orang tersebut.

 

Ada sebuah cerita klasik yang sering diceritakan oleh Martin Seligman dalam kelas-kelasnya maupun tulisan yang beliau publikasikan. Suatu hari, beliau sedang bersama dengan anaknya, Nikki, yang masih berusia 5 tahun pada saat itu di sebuah taman miliknya. Martin Seligman, mengakui bahwa beliau adalah orang yang berorientasi pada tujuan dan merasa terdesak oleh waktu, berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan membersihkan rumput liar secepat mungkin. Di satu sisi, anaknya sedang melemparkan rumput-rumput liar tersebut ke udara sambil bernyanyi dan menari. Seligman pun meneriaki Nikki. Nikki pun mendekat dan berkata, "Ayah, saya ingin berbicara". Setelah mendapatkan persetujuan, Nikki melanjutkan, "Ayah, apakah ayah ingat sebelum ulang tahun kelima saya? Dari saat saya berusia tiga hingga lima tahun, saya adalah seorang pengeluh. Saya merengek setiap hari. Ketika saya berusia lima tahun, saya memutuskan untuk tidak merengek lagi. Itu adalah hal tersulit yang pernah saya lakukan. Dan jika saya bisa berhenti merengek, ayah bisa berhenti menjadi penggerutu." Dari sini Seligman menyadari bahwa mengasuh anak merupakan hal yang jauh lebih dari memperbaiki apa yang salah dengan mereka. Pengasuhan adalah tentang mengidentifikasi dan memelihara kualitas maupun kekuatan terbaik pada anak, sehingga mereka dapat dengan baik menghidupi kekuatan-kekuatan tersebut (Seligman & Csikszentmihalyi, 2000). Inilah salah satu contoh di mana psikologi positif dapat diterapkan.

 

Bila dibandingkan dengan dua gerakan psikologi terbesar sebelumnya, psikoanalisis dan behaviorisme, psikologi positif menawarkan tiga hal yang menjadi pembeda. Pertama, psikologi tidak hanya berbicara mengenai kesulitan, penderitaan, maupun kesedihan hidup manusia. Psikologi juga bisa berbicara mengenai kesejahteraan, kebahagiaan, dan potensi manusia untuk menjalani hidup secara optimal. Kedua, psikologi positif percaya bahwa hidup tidak semata-mata ditentukan oleh riwayat masa kanak-kanak kita. Manusia bukanlah produk masa lalunya semata, melainkan manusia juga mampu menentukan masa depannya sendiri. Ketiga, psikologi positif menaruh peran penting kesadaran individu. Proses mental dan perilaku pada manusia bukan hanya berdasarkan pada insting (seperti yang diajarkan dalam psikoanalisis) maupun pembentukan dari lingkungan semata (seperti yang ditekankan oleh behaviorisme), tetapi manusia juga memiliki keputusan, pilihan, dan kebebasan untuk berkehendak. Alih-alih menjadikan psikologi sebagai ilmu untuk menyembuhkan manusia dari masalah, psikologi positif justru lebih tertarik untuk memelajari bagaimana mengembangkan kualitas positif manusia agar ia bisa hidup secara optimal dan lebih terlindungi dari ketidakberdayaan.

 

Terakhir, saya ingin mengutip sebuah kalimat anonim yang sering muncul dan beredar di dunia maya: “kebahagiaan tidak berada di luar sana, melainkan berada di dalam diri anda (happiness is not out there, it's in you).” Inilah tujuan yang ditawarkan oleh psikologi positif.

 

Referensi:

 

Arif, I.S. (2016). Psikologi positif: Pendekatan saintifik menuju kebahagiaan. Jakarta: Gramedia.

 

Gable, S.L., & Haidt, J. (2005). What (and why) is positive psychology?. Review of General Psychology, 9(2) 103-110.

 

Peterson, C. (2006). A primer in positive psychology. NY: Oxford University Press.

 

Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfillment. NY: Free Press.

 

Seligman, M., & Csikszentmihalyi, M. (2000). Positive psychology: An introduction. American Psychology, 55(1), 5-14.