ISSN 2477-1686
Vol.5 No. 7 April 2019
Cerita Sarlito Wirawan Sarwono Award 2019
Idhamsyah Eka Putra
Universitas Persada Indonesia & Division for Applied Social Psychology Research
Eko A. Meinarno
Universitas Indonesia
Ardiningtiyas Pitaloka
Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara
Karel Karsten Himawan
Universitas Pelita Harapan
Serangkaian acara luar biasa telah terselenggara pada tanggal 28 Maret 2019 di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang bekerja sama dengan Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN). Fakultas Psikologi, USU sendiri merupakan salah satu anggota KPIN yang mendukung sejak awal berdirinya di 2014 (lihat https://k-pin.org/seputar-konsorsium/; di tahun 2012 bernama Konsorsium Jurnal Ilmiah). Acara di pagi hari adalah mengenang kembali tokoh pendiri Psikologi di Indonesia, Prof Dr. Slamet Iman Santoso (Pak SIS), dengan menghadirkan anak perempuan tertua beliau, Prof. Dr. Suprapti Markam sebagai nara sumber utama, selain narasumber lainnya. Menginjak siang hari, hadirlah ajang utama dan yang paling dinanti: pengumuman Sarlito Wirawan Sarwono (SWS) Award 2019.
Kali ini, SWS Award menjadi sangat berbeda karena jumlah nominator jauh lebih banyak dari sebelumnya. Hal yang juga menggembirakan, nominator berasal dari berbagai daerah di luar Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Hal lainnya adalah munculnya nominator dari institusi-institusi yang tidak tergabung dalam KPIN.
Terkait dengan sejarah SWS Award, ketua KPIN saat itu Ardiningtiyas Pitaloka (Universitas YARSI) berinisiatif untuk terus mempertahankan “spirit’ Mas Ito (panggilan akrab kami kepada Prof. Dr. Sarlito W Sarwono) di bidang pengembangan keilmuan psikologi dan diseminasinya. Tercetuslah ide untuk memberikan penghargaan pada ilmuwan-ilmuwan muda yang memiliki prestasi luar biasa dalam segi pengembangan keilmuan dan diseminasi psikologi. Adapun wujud SWS Award oleh KPIN bukan berupa bantuan dana, tapi pengakuan ilmiah akademis. Takdir berkata lain, Mas Ito wafat mendahului acara istimewa ini.
Semangat dari penghargaan ini merujuk pada Mas Ito yang senantiasa energik dan produktif bahkan di usia yang tidak lagi muda. Ia juga menjadi salah satu dari pendiri KPIN selain Idhamsyah E Putra dan Eko A Meinarno. Saat membuat acara ini, Pitaloka mengajukan izin kepada pihak keluarga Mas Ito dan mereka merestuinya. Tahun 2017 menjadi awal tradisi baru dalam KPIN yakni penyelenggaraan SWS Award untuk tiap tahun. Tim penilai saat itu terdiri atas Ketua KPIN dan akademisi internal KPIN.
Pada Februari 2017, beberapa bulan setelah Mas Ito wafat (November 2016) SWS Award pun digelar. Acara bertempat di Fakultas Psikologi Universitas Pancasila. Penerima penghargaan SWS 2017 adalah: Idhamsyah Eka Putra dan Eko A. Meinarno. Tahun 2018, SWS Award kedua dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universitas Al-Azhar Indonesia. Penerima SWS Award 2018 adalah Ardiningtiyas Pitaloka (Universitas YARSI) dan Karel Karsten Himawan (Universitas Pelita Harapan).
Inisiatif KPIN membuat SWS award untuk ilmuwan muda memberikan dampak yang luar biasa. Ajang ini menunjukkan banyaknya ilmuwan psikologi Indonesia yang memiliki prestasi yang luar biasa. Publikasi ilmiah internasional, nasional, publikasi psikologi populer/media massa, serta keterlibatan aktif dalam organisasi psikologi nasional maupun internasional. Prestasi-prestasi ini sering dianggap biasa oleh banyak pihak, tapi bagi KPIN prestasi tetaplah prestasi, harus mendapatkan apresiasi sesuai kapasitasnya.
Banyaknya prestasi ini semakin terungkap saat SWS Award tahun 2019 yang terbuka untuk semua institusi penyelenggara pendidikan psikologi dan lembaga penelitian psikologi. Tim juri berhasil menyeleksi lima nominator utama dari puluhan kandidat: Aulia Iskandarsyah (Universitas Padjadjaran), Andrian Liem (University of Queensland), Christiany Suwartono (Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya), Edo S. Jaya (Universitas Indonesia), dan Fajar Erikha (Division for Applied Social Psychology Research/DASPR). Tahun ini, Aulia Iskandarsyah dan Christiany Suwartono menjadi peraih SWS Award. Usia-usia mereka masih (jauh) di bawah usia 40 tahun, namun rekam jejak mereka bahkan mungkin sudah melampaui akademisi-akademisi senior dengan pengalaman kerja lebih dari 20 tahun.
Ada beberapa hal yang menarik jika kita melihat para kandidat. Pertama, empat dari lima kandidat adalah laki-laki. Hal ini menarik sekaligus menggelitik, karena psikologi adalah area bidang yang didominasi oleh perempuan: jumlah kelas psikologi umumnya lebih dari 70% adalah perempuan. Keadaaan ini menunjukkan laki-laki masih mendominasi seperti area-area bidang ilmu lain sama halnya dengan area yang lebih banyak mahasiswa laki-lakinya. Hal yang ke dua, hanya satu orang dari lima nominator yang tidak memiliki latar pendidikan dari luar negeri. Ada hal lain yang dapat dilihat dari acara tahun ini bahwa orang yang mengenyam pendidikan di luar negeri tetap memiliki kepedulian yang tinggi dengan Indonesia berdasarkan karya-karyanya. Menjadi kritik kita semua juga, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia masih kesulitan dalam mencetak mahasiswa/lulusannya menjadi ilmuwan yang produktif.
Selain memberikan apresiasi pada ilmuwan muda, ajang SWS award juga bertujuan untuk membuka pandangan banyak orang tentang prestasi luar biasa ilmuan muda psikologi. Harapannya, hal ini juga dapat membuka jalan karier ilmuwan muda sehingga memberikan manfaat luar biasa bagi institusi pendidikan di Indonesia.
Semoga SWS Award bisa terus memacu para peneliti muda berkarya bagi Indonesia dan memicu tumbuhnya peneliti-peneliti muda handal lainnya.