ISSN 2477-1686

 

  Vol.5 No. 6 Maret 2019

Mengapa Suku Madura tidak bi(a)sa dengan Warna Hijau?

Oleh

Novika Grasiaswaty

Fakultas Psikologi, Universitas YARSI.

 

Pernah menanyakan warna hijau pada orang Madura asli? Yakinlah jika kalian akan menemukan kenyataan bahwa orang Madura (asli) menyebut warna hijau sebagai “biruh deun” atau biru daun. Ya, Anda tidak akan pernah menemukan konsep kata “hijau” pada kamus Madura manapun, karena memang bagi mereka, warna “hijau” tidak ada. Kenyataan ini membuat orang Madura kerap ditertawakan dan dianggap ada yang salah dengan mata mereka karena menyebut warna hijau sebagai biru. Namun, benarkah hal ini karena mereka tidak bisa membedakan kedua warna tersebut?

 

Pengkategorisasian Warna Berdasar Tempat

Jawabannya bisa jadi lebih sederhana dari yang kita kira, Salah satu penelitian menarik dilakukan oleh Winawe, Witthof, Frank, Wu, Wade, & Boroditsky (2007) yang mengemukakan bagaimana bahasa mempengaruhi pengkategorisasian suatu konsep, atau dalam konteks ini adalah warna. Mereka meneliti pengkategorisasian warna pada subjek penutur Rusia dan penutur Inggris. Bahasa Rusia membedakan warna biru menjadi dua warna yang berbeda, yaitu siniy (biru gelap) dan goluboy (biru terang) sementara bahasa Inggris hanya membedakan menjadi dark blue dan light blue.

Peneliti menggunakan spektrum warna biru dan partisipan diminta untuk mengkategorisasikan setiap warna dalam satu kelompok. Hasililnya cukup bisa ditebak. Partisipan Rusia tersebut secara signifikan lebih cepat membedakan warna biru terang dan biru gelap daripada partisipan yang berasal dari Inggris. Sementara ketika mereka diminta membedakan within colour (sama-sama biru gelap atau sama-sama biru terang), kedua partisipan memiliki rentang waktu yang tidak jauh berbeda.

Hasil ini menarik karena bukannya partisipan Inggris tidak mampu membedakan biru gelap dan biru terang, tetapi karena partisipan Russia sejak kecil telah mengenal kedua warna tersebut sebagai dua entitas yang berbeda. Perhatikan bahwa warna ‘light blue’ dan ‘dark blue’ memiliki kata ‘blue’ yang dalam pikiran partisipan Inggris merupakan satu kategorisasi.  Berbeda dengan partisipan Rusia yang memiliki kata yang berbeda untuk kedua warna tersebut (siniy vs guloboy) sehingga secara cepat mereka mengkategorisasikan keduanya di dalam ‘wadah’ yang berbeda dalam pikiran.

 

Ketiadaan Warna Hijau Bagi Suku Madura

Hal yang serupa bisa jadi dialami oleh suku Madura yang tidak mengenal warna ‘hijau’ dalam bahasa mereka. Ketiadaan kata untuk warna hijau ini membuat mereka akan lebih susah untuk membedakan warna biru dan hijau. Pengkategorisasian di dalam otak mereka sudah terbentuk dari kecil bahwa warna hijau menjadi satu dengan kategorisasi warna biru. Hal ini membuat mereka lebih susah untuk membedakan kedua warna tersebut. Tentu saja berbeda dengan orang-orang yang besar dengan mengenal bahasa Jawa yang memiliki kata untuk kedua warna tersebut (ijo dan biru) ataupun bahasa Indonesia (hijau dan biru). Jadi, masalah membedakan warna bukan berasal dari mata mereka, tetapi kebiasaan mereka dan pengkategorisasian konsep biru-hijau dalam pikiran mereka yang telah mereka dapatkan semenjak memahami bahasa ibu mereka, bahasa Madura.

Referensi:

Winawer, J., Witthoft, N., Frank, M. C., Wu, L., Wade, A. R., & Boroditsky, L. (2007). Russian blues reveal effects of language on color discrimination. Proceedings of the National Academy of Sciences104(19), 7780-7785.