ISSN 2477-1686
Vol.5 No. 4 Maret 2019
Empati dan Impact Investing
Oleh
Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo
Program Studi Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya
Sepanjang transisi Indonesia dari rezim otoritarian ke rezim demokratis, kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) penting diperhatikan (Pickup & Uno, 2015). Di tahun 2018, tercatat 450 organisasi wirausaha sosial baik berbentuk filantropis, komunitas sampai koperasi yang memanfaatkan solusi bisnis demi tujuan sosial (Pratono, Pramudidja & Sutanti, 2013).
Dalam kewirausahaan sosial, psikologi telah lama menyoroti peran empati. Empati yaitu kemampuan membayangkan perasaan, emosi, persepsi dan sudut pandang orang lain yang ditransformasikan ke dalam tindakan (Battarbee, Suri & Howard dalam Chandra & Aliandrina, 2018). Peran empati dalam kewirausahaan sosial yang diidentifikasi Reeders dan Colantino (2013), Bringham (2015), Kish dan Fairbain (2017), Hockherts (2015).
Penelitian kualitatif Soerjoatmodjo (2018a) juga menemukan bahwa empatilah salah satu pintu trayektori para pelaku kewirausahaan – dari narasi pribadi ke pengembangan komunitas. Dalam Hockert sebagaimana dikutip dalam Soerjoatmodjo (2018b), sudah ada sejumlah inisiatif yang dapat memperkuat empati melalui interaksi dengan kelompok marjinal dan memperkuat kecakapan diri. Intervensi melalui pendidikan dipandang efektif untuk mendorong agar ada semakin banyak pihak yang terlibat dalam kewirausahaan sosial.
Sementara empati telah banyak dikaji dalam kaitannya dengan kewirausahaan sosial, kajian lebih mendalam tentang empati dan impact investing sebagai bagian dari isu kewirausahaan sosial masih belum banyak diteliti. Investasi berdampak (impact investing) adalah penanaman modal untuk tujuan finansial sekaligus sosial (Global Impact Investing Network, 2018). Mengapa impact investing ini penting dalam sektor kewirausahaan sosial? Hal ini karena bagi impact investor, nilai sosial adalah penting sampai-sampai mereka tak keberatan mendapatkan nilai finansial lebih rendah dibandingkan peluang investasi lain (Roudy, Houlzhauer & Dai, 2017). Oleh karenanya, tak mengherankan apabila impact investing menjadi salah satu sumber pendanaan yang dikejar oleh para pelaku kewirausahaan sosial.
Tak hanya itu, para pelaku kewirausahaan sosial pada akhirnya akan memberikan dampak pada para pelaku usaha mikro. Sektor usaha mikro yaitu unit bisnis dengan total aset maksimal Rp 50 juta, pemasukan tahunan maksimal Rp 300 juta serta mempekerjakan 1-4 karyawan (Rosavina & Rahadi, 2018). Selain mendukung para pelaku usaha mikro, boleh jadi para pelaku kewirausahaan sosial pun masuk kategori yang sama. Mengingat usaha mikro mencakup 99 persen bisnis di Indonesia, mempekerjakan lebih dari 107 juta orang serta berkontribusi lebih dari 60 persen produk domestik bruto, optimalisasi dukungan impact investor akan menghasilkan dampak finansial sekaligus sosial berarti (Stephen, 2018).
Pitters dan Oberlechener (2014) tentang pengaruh empati pada perilaku investasi secara umum, hanya saja kajian khusus untuk para impact investor masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Apabila psikologi bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan baik jumlah maupun besarnya dukungan impact investor pada sektor ini, maka keberlanjutan kewirausahaan sosial di Indonesia juga menjadi perkembang.
Satu hal yang juga penting adalah bahwa impact investing ini menarik bagi generasi millennial. Cox (2018) menyoroti bahwa separuh dari generasi milenial yang menjadi investor memandang bahwa komponen tanggung jawab sosial (social responsibility) dari investasi yang mereka lakukan sebagai hal yang penting. Apalagi kini ada fintech (financial technology), yaitu peleburan antara fitur teknologi dan keuangan yang memungkinkan munculnya para pemain baru dalam layanan keuangan yang dulunya hanya dikuasai oleh insitusi keuangan tradisional seperti bank (Thertina, 2018).
Melalui peer-to-peer lending yang dimungkinkan berkat dukungan fintech yang ingin meminjam dana (borrowers) dapat beinteraksi langsung dengan mereka yang ingin meminjamkan dana (lenders) melalui internet sebagai perantara dalam jaringan. Dengan demikian, terbuka peluang besar bagi kaum millennials untuk terlibat dalam peer-to-peer lending berbasis fintech sebagai impact investor yang memberikan dukungan pada sektor usaha mikro. Psikologi, melalui penelitian-penelitian tentang empati dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan tren ini sehingga memberikan manfaat bagi pengembangan kewirausahaan sosial.
Referensi
Bringham, G.B. (2015). Making money matter: Impact investing to change the world. Connecticut: ProspectaPress.
Chandra, S. & Aliandrina, D. (2018). Empathy in decision making process of social entrepreneur. International Journal of Entrepreneurship and Development Studies, 6(2), 121-131.
Cox, L. (2018, 10 Oktober). Millenials and impact investing: A striking pair for a broadening sector. Diakses dari https://www.forbes.com/sites/sorensonimpact/2018/10/10/millennials-impact-investing-a-striking-pair-for-a-broadening-sector/#74086c437e9a
Global Impact Investing Network (2018). Indonesia: An introduction to the impact investing landscape. Diakses dari
https://thegiin.org/assets/Indonesia_GIIN_SEAL_report_webfile.pdf
Hockherts, K. (2015). The social entrepreneurial antecedents scale (SEAS): A validation study. Social Enterprise Journal 11(3), 260-280.
Kish, Z. dan Fairbain, M. (2017). Investing for profit, investing for impact: Moral performance in agriculture investment project. Environment and Planning 9(3), 200-215.
Thertina, M.R. (2018, 12 Maret). Bila ingin bertahan, harus bekerjasama dengan fintech, Diakses dari https://katadata.co.id/opini/2018/03/12/bila-ingin-bertahan-harus-bekerja-sama-dengan-fintech/1
Pickup, F. & Uno, T. (2015). Social finance: A new frontier for development in Indonesia. Retreived from https://angin.id/2017/06/05/social-finance-report
Pitters, J. & Oberlechener, T. (2014). The psychology of trading and investing. In H.K. Baker & V. Ricciardi (Eds.), Investor behavior: The psychology of financial planning and investing. New Jersey: Wiley.
Pratono, A.H., Pramudidja, P. & Sutanti, A. (2013). Social enterprise in Indonesia: Emerging models under transition government. International Comparative Social Enterprise Models (ICSEM) Working Papers No. 36. Retrieved from https://www.researchgatenet/publication/31077381_Social_Enterprise_in_ Indonesia_Emerging_Models_under_Transition_Government.
Reeders, N. & Colantino, A. (2013). Measuring impact and non-financial returns in impact investing: A critical overview of concepts and practice. Retrieved from https://lsecities.net/wp-content/uploads/2013/10/EIBURS-research-summary-paper.pdf
Soerjoatmodjo, G.W.L. (2018a). Making meaning, making change: A case study of women social entrepreneurs’ trajectory from personal narrative to community development. Matulessy, A., Susana, T., Milla, M.N. & Ningdyah, A.E. (editors) Proceeding of the 6th ASEAN Regional Union Psychological Society (ARUPS) Congress 2018 Jakarta: HIMPSI
Soerjoatmodjo, G.W.L. (2018b). Intensi Kewirausahaan Sosial Buletin Konsorsium Psikologi Indonesia Vol. 4 No. 5. Diakses dari http://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/246-intensi-kewirausahaan-sosial