ISSN 2477-1686
Vol.5 No. 3 Februari 2019
Menghindari Dampak Negatif dari Masturbasi
Oleh
Rima Permata Sari
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Masa dewasa awal merupakan saat di mana sebagian besar individu aktif secara seksual dan menikah (Santrock, 2014). Dalam mencapai tugas perkembangan tersebut, yaitu keintiman dan kemesraan diperlukan adanya perilaku-perilaku yang mendukung seperti seksualitas. Menurut Sarwono (dalam Farisa, Deliana, & Hendriyani, 2013) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Penyaluran hasrat yang sering dilakukan pada dewasa awal yaitu melalui masturbasi.
Masturbasi adalah salah satu perilaku seks yang dilakukan dengan cara merangsang alat kelamin sendiri untuk mendapatkan kepuasan seks (Retna, 2001 dalam Pratiwi, 2009). Masturbasi dalam kalangan wanita hanya dilakukan pada sekitar 40% orang. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh ketidaknyamanan wanita dengan masturbasi, yang bisa menurunkan perilaku serta kemampuan mereka untuk berbicara tentang hal itu (Carroll, 2016). Sedangkan menurut Kinsey di Amerika Serikat, hampir semua pria (> 90%) dan tiga perempat dari semua wanita (70%) melakukan masturbasi. Sedangkan di Indonesia sebuah survey yang dilaksanakan di 7 kota besar di Indonesia menunjukkan hasil 93% pria dan 56% wanita pada masa awal pubertas melakukan masturbasi (Achmanto M, 2008).
Masturbasi memenuhi berbagai kebutuhan orang pada usia yang berbeda, dan dapat menurunkan ketegangan seksual dan kecemasan dan memberikan jalan keluar untuk fantasi seksual (Carroll, 2016). Terdapat manfaat dari masturbasi, yaitu membuat lebih rileks, lebih menyenangkan mencapai klimaks, mudah tidur, dan mencegah penularan penyakit menular seksual.
Bagaikan dua sisi mata uang, masturbasi ternyata lebih banyak memiliki dampak negatif daripada manfaatnya. Hal ini terlihat dari dampak negatif yang dihasilkan dari segi medis, sosial, dan psikologis (Setiawan, Sanjaya, & Riyadi, 2009), yaitu:
- Resiko fisik, biasanya berupa kelelahan karena masturbasi pada umumnya dilakukan tergesa-gesa untuk mencapai ejakulasi, dan akhirnya dapat menimbulkan ejakulasi dini pada saat berhubungan seksual normal karena pada hubungan seksual yang diharapkan ialah situasi yang tidak tergesa-gesa.
- Dampak fisik, ditandai dengan luka-luka pada alat kelamin, merobek kulit vagina pada perempuan, iritasi atau infeksi pada alat kelamin.
- Apabila laki-laki sering melakukan masturbasi, maka dapat melukai penis, dan kekurangan zinc dan nutrisi lain.
- Dampak psikologis ditandai dengan rasa bersalah diakibatkan adanya perasaan berdosa karena telah melanggar norma yang dianut seperti norma agama, dan norma sosial, kehidupan sosial terganggu, tidak puas dengan pasangan, dan adanya fantasi terus menerus.
- Masturbasi yang dilakukan dengan frekuensi tinggi dan kasar dapat menyebabkan iritasi kulit ringan. Menekuk penis yang sedang ereksi secara paksa juga dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah sehingga membuat penis tampak bengkak dan berwarna ungu. Seseorang yang suka melakukan masturbasi biasanya akan ketagihan dari segi medis tidak benar bahwa masturbasi dapat menimbulkan kebutaan, kemandulan, atau gangguan syaraf. Namun dari segi psikologi dapat menimbulakan rasa tertekan dan bersalah.
Terdapat 8 tips yang dapat dilakukan untuk menghentikan adiksi masturbasi (Revitasari, 2017), yaitu:
- Perbanyak olahraga untuk mencari kesibukan. Dengan banyaknya koordinasi gerak mata, tangan, kaki, tubuh, dan otak maka keinginan masturbasi mudah terlupa.
- Persingkat waktu di tempat yang merangsang masturbasi, seperti di kamar mandi dan saat mengganti baju.
- Habiskan waktu dengan kehidupan sosial dan di tempat umum.
- Saat berada di rumah, perbanyak menontot serial atau film komedi daripada film porno. Ketika tertawa terbahak-bahak, tubuhmu akan melupakan hasrat seksual yang dimiliki.
- Pelihara hewan peliharaan agar waktu lebih banyak dihabiskan dengan hewan peliharan.
- Saat hasrat masturbasi datang mendadak, buru-burulah buang air kecil. Hasrat seksual pun akan hilang seketika.
- Jauhi sex toys dari kamar dan seluruh lingkunganmu. Jika tidak ada pelampiasan, maka hasrat masturbasi akan menjauh secara perlahan.
- Latihan yoga agar otak dapat mengendalikan tubuh untuk tetap fokus dan tenang.
Kesimpulannya, Masturbasi memiliki lebih banyak dampak buruk daripada manfaatnya. Masturbasi yang dilakukan secara berlebihan atau menggunakan alat-alat tertentu bisa berakibat lecet yang kemudian menyebabkan infeksi atau juga keadaan infertil sementara (produksi sperma semakin lama semakin berkurang karena dipaksa terus-menerus dikeluarkan) (Kusmiran, 2011). Sangatlah merugikan bagi individu apabila energi yang ada terbuang percuma melalui aktivitas masturbasi, khususnya bagi para dewasa awal yang masih duduk di bangku pendidikan karena masih sangat membutuhkannya mengingat tingginya aktivitas belajar dan tuntutan jaman yang mengharuskan remaja menguasai berbagai hal penting untuk masa depan (Astaqauliyah, 2008).
Referensi
Achmanto, M. (2008). Pengaruh masturbasi terhadap Kesehatan Jiwa. Diakses pada tanggal 20 Desember 2018.
Astaqauliyah. (2008). Referat Pengaruh Masturbasi Terhadap Kesehatan Mental, diakses dari http.//astaqauliyah.com/2007/02/12 referat-pengaruh-masturbasi-terhadapkesehatanmental/. Diakses pada tanggal 20 Desember 2018.
Carroll, J. L. (2016). Sexuality now. USA: Thomson Wadsworth. Corcoran, K., & Fischer, J. (1987). Measures for clinical practice a sourcebook. New York: The Free Press.
Farisa, D. T., Deliana, S. M., & Hendriyani, R. (2013). Faktor-faktor penyebab perilaku seksual menyimpang pada remaja tunagrahita SLB N Semarang. Jurnal Penelitian Psikologi, 26 -28.
Kusmiran E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Pratiwi, S. (2009). Hubungan antara tingkat religiusitas dan pengetahuan seksualitas dengan intensitas masturbasi pada mahasiswa yang tinggal di kos. Jurnal Penelitian Psikologi, 11 (2), 88-89.
Revitasari, F. (2017). 11 cara paling mudah menghentikan kebiasaan masturbasi. Diakses pada tanggal 04 Januari 2019. https://www.google.co.id/amp/s/www.idntimes.com/health/sex/amp/vita/cara-menghentikan-masturbasi-yang-paling-mudah
Santrock, J. W. (2014). Life-span development fourteenth edition. USA: McGraw-Hill.
Setiawan, I., Sanjaya, R., & Riyadi, S. (2009). Boleh nggak sih, masturbasi? Yogyakarta: Andi.