ISSN 2477-1686

Vol.4 No. 24 Desember 2018

Teknik 4A: Memanfaatkan Tekanan Menjadi Eustress

Oleh

Christine Andriyani Moron dan Devi Jatmika

Program Studi Psikologi, Universitas Bunda Mulia 

Stres adalah fakta kehidupan yang tidak bisa dihindari. Sejatinya stres telah menjadi bagian dalam diri kita, tidak dapat dihilangkan dan akan terus muncul. Menjalani hari dengan stres tingkat tinggi beresiko pada kesejahteraan mental serta fisik kita. Dampak negative dari stress yaitu kita menjadi sulit berkonsentrasi, cemas mengenai suatu hal, sulit memproses informasi, mudah marah, mengalami peningkatan konflik interpersonal, sakit kepala, gangguan tidur, perubahan berat badan drastis dan kurang mampu menikmati hidup. Namun, semua itu tidak lantas menjadikan stres sebagai hal yang seutuhnya buruk bagi kita. Pada dasarnya stres justru muncul sebagai alarm peringatan bahwa otak kita tengah mengalami tekanan berlebihan.

Lalu apa yang membuat kita merasa tidak terbantu dengan adanya alarm tersebut?

“It’s not the world which is stressful, it is the way we look at it.” (Ajahn Brahm)

Baik buruknya stres bagi kita tergantung dari bagaimana kita memaknai stres itu sendiri. Stres menjadi tidak baik ketika tingkatan stres terlalu tinggi serta melebihi kemampuan kita sehingga tubuh dan pikiran mulai menanggapi tekanan dengan negatif, ini disebut dengan Distress. Sementara stres bisa menjadi baik ketika tingkatan stres cukup tinggi untuk memotivasi kita agar mau bertindak mencapai sesuatu yang disebut dengan Eustress.

Bagaimana cara kita mengelola kedua stres tersebut?

Schafer (2000) mengemukakan manajemen stres sebagai suatu kemampuan individu untuk mengelola stres yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Betapapun stresnya kehidupan kita, ada langkah-langkah yang dapat kita ambil untuk mengurangi tekanan dan mendapatkan kembali kendali atas diri kita. Tujuan utama dari manajemen stres adalah untuk menciptakan kehidupan yang seimbang, bertahan dibawah tekanan, juga mampu menghadapi tantangan, sehingga kita menjadi lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih produktif.

Teknik 4A

Stres adalah respons otomatis dari sistem saraf kita. Beberapa pemicu stres muncul pada saat yang dapat diprediksi — peristiwa tidak menyenangkan, seperti terlalu banyak tugas dengan waktu yang terbatas, serta peristiwa bahagia seperti pernikahan juga dapat menyebabkan stres. Saat menangani stres yang dapat diprediksi, kita dapat mengubah situasi atau mengubah reaksi kita yang secara tidak langsung turut mengubah tingkat stres yang diterima, entah menjadi distress atau eustress. Untuk menjadikan tekanan sebagai eustress, kita harus memutuskan pilihan yang mengelola tekanan tersebut menjadi hal yang lebih positif. Untuk itu kita dapat menggunakan 4A: Avoid (menghindari), After (mengubah), Adapt (adaptasi), dan Accept (menerima).
A1: Avoid Unnecessary Stress (Hindari Stres yang Tidak Penting)
Tidak sehat apabila kita menghindari tekanan yang memang perlu ditangani, namun sebetulnya tidak semua stressor (hal atau peristiwa yang menyebabkan stress) perlu mendapatkan perhatian kita. Hal yang dapat kita lakukan antara lain, menghindari orang yang membuat kita tidak nyaman, menolak permintaan yang tidak kita inginkan atau yang melebihi kapasitas kita, mengendalikan lingkungan kita, serta mengerjakan tugas utama terlebih dahulu sehingga tidak menumpuk dan membebani kita. Menghindari stressor tidak penting membantu kita lebih mampu memfokuskan diri kepada prioritas dan tetap berada dalam jalur yang semestinya.
A2: After the Situation (Ubah Situasinya)
Jika kita tidak dapat menghindari tekanan yang datang, cobalah untuk mengubahnya. Ketika tindakan seseorang membuat kita tidak nyaman, komunikasikan apa yang kita rasakan. Kemudian dengan sopan memintanya mengubah perilaku tersebut. Jangan berpikir untuk menyimpannya sendiri karena hal tersebut dapat mengarahkan kita pada distress. Dengan mencoba menyampaikan perasaan kita kepada orang lain juga dapat membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih asertif. 
A3: Adapt to Stressor (Menyesuaikan Diri terhadap Stressor)

Ketika kita tidak mampu mengubah stressor, maka ubahlah diri kita agar sesuai dengannya. Kita dapat beradaptasi dengan situasi yang menekan dan mempelajari cara tepat untuk menghadapinya di lain waktu. Dengan begitu, kita bisa menjadi lebih positif dalam situasi yang penuh tekanan.

A4: Accept the Things We Can’t Change (Terima hal-hal yang tidak dapat kita ubah)

Terkadang ada beberapa sumber stres yang tidak dapat dihindari maupun diubah, seperti kematian, menderita penyakit serius, dan lain sebagainya. Cara terbaik untuk mengatasi stres dalam situasi seperti itu adalah menerima hal-hal sebagaimana adanya. Penerimaan mungkin sulit, tetapi dalam jangka panjang akan terasa lebih mudah daripada mencerca situasi yang tidak bisa kita ubah. Jauhkan amarah dan kebencian agar diri kita terbebas dari energi negatif. Jangan mencoba mengendalikan yang tak terkendali, lebih baik jika kita memfokuskan diri kita pada hal lain yang masih bisa dikontrol, seperti bagaimana sebaiknya kita bereaksi dalam menghadapi situasi tersebut agar tidak terpuruk dan dapat melanjutkan langkah kita.

Baik atau buruk, stress tetaplah bagian dari kehidupan. Berlatihlah menerapkan teknik-teknik ini untuk menyeimbangkan stres sehingga membawa kita kearah yang lebih positif.

Referensi

Need Stress Relief? Try the 4A’s. (2016). Diunduh dari https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress-management/in-depth/stress-relief/art-20044476

Robinson, L., Smith, M., & Segal, R. (2018). Stress Management Using Self-Help Techniques for Dealing With Stress. Diunduh dari  https://www.helpguide.org/articles/stress/stress-management.htm

Shafer, W. (2000). Stress Management for Wellness. California: Thompson Inc.

Scott, E. (2018). An Overview of Stress Management. Diunduh dari  https://www.verywellmind.com/stress-management-4157211