ISSN 2477-1686

 

Vol.4 No. 23 Desember 2018

Peran Agama Dalam Psikoterapi Modern

 

Oleh

Rika Fitriyana

Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara

 

Selama sepuluh tahun terakhir, berbagai riset dunia menunjukkan ketertarikan meneliti keterkaitan antara psikoterapi sebagai intervensi psikologis –dengan agama ataupun unsur spiritualitas. Di Indonesia sendiri sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak, juga mulai menerapkan hal tersebut melalui restrukturisasi kognitif di dalam perspektif Islam. Tren yang ditunjukkan berusaha menyatukan antara model pendekatan Barat dengan praktek keyakinan Islam (Haque, Khan, Keshavarzi, & Rothman, 2016).

 

Di kalangan praktisi klinis, para peneliti dan akademisi menemukan bahwa aspek religiusitas dan spiritualitas dapat memberikan efek terapeutik di dalam pelaksanaan psikoterapi (Richards, et. al. 2015). Beberapa contoh permasalahan yang dapat ditangani dengan pendekatan ini adalah depresi, ketergantungan obat, kecemasan, dan serangan panic. Dengan begitu, klien yang mengalami masalah psikologis baik ringan ataupun berat, dapat diarahkan untuk mendalami nilai-nilai religius ataupun spiritual yang ada di dalam dirinya.

 

Pada prakteknya, hampir seluruh manusia memiliki hubungan dengan sesuatu yang berada di luar batas atau Dzat yang lebih tinggi dari manusia itu sendiri. Hal inilah yang dikenal sebagai self-transcendence yang erat kaitannya dengan spiritualitas dan dapat ditemukan di dalam agama (Kim, Hayward, & Kang, 2013). Dengan bersandar pada kekuatan yang lebih tinggi, dapat menjadikan manusia merasa lebih berdaya untuk menyelesaikan permasalahan yang tengah dihadapi.

 

Sebagai masyarakat yang dikenal dengan budaya timur dan nilai-nilai spiritual-religius, pendekatan semacam ini akan sangat membantu klien mengatasi permasalahan psikologis yang ia hadapi. Tidak hanya membahas tentang kehidupan dunia, tetapi klien diarahkan juga untuk membahas sisi spiritual individu. Dengan begitu, proses pemulihan akan berjalan lebih cepat daripada menggunakan pendekatan biasa yang tidak membahas sisi spiritual.

 

Manusia merupakan spesies yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Di dalam diri manusia terdapat aspek spiritual yang menghubungkan manusia dengan “sesuatu yang lebih tinggi” dan dapat membantu manusia mengatasi berbagai permasalahan hidup. Melalui agama, manusia dapat mencapai spiritualitas dan menjadi “utuh” sehingga dapat memulihkan diri dari masalah psikologis yang dialami (Wong, 2014).

 

Menurut berbagai riset, depresi dan kecemasan disebabkan oleh keyakinan yang bersifat irasional, atau disebut juga distorsi kognitif. Di dalam psikoterapi, khususnya Cognitive Behavior Therapy (CBT), terapis membantu klien untuk mengubah keyakinan irasional menjadi rasional melalui restrukturisasi kognitif (Rosenberg & Kosslyn, 2011). Bukti menunjukkan, teknik CBT efektif ketika dipadukan dengan nilai-nilai spiritual yang berasal dari kitab suci sesuai dengan agama yang dianut oleh klien (Garzon, 2005).

 

Integrasi antara psikoterapi dengan pemahaman agama tentunya akan sangat membantu manusia untuk mengatasi depresi ataupun kecemasan. Ketika menghadapi masalah, manusia cenderung merasa putus asa dan hilang ketertarikan untuk menjalani hidup sebagaimana manusia pada umumnya. Saat berada dalam kondisi seperti itu, psikoterapi hadir guna membantu mengelola pikiran-pikiran negatif yang muncul dan menghadirkan alternatif pemikiran baru yang lebih positif dari yang sudah ada. Dengan agama, manusia menjadi tersentuh unsur spiritualnya dan membantu ia menerima diri serta menumbuhkan harapan yang berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari kapabilitas manusia.

 

Referensi

 

Garzon, F. L. (2005). Interventions that apply scripture in psychotherapy. Journal of Psychology, 33(2), 113–121. https://doi.org/10.1177/009164710503300204.

 

Haque, A., Khan, F., Keshavarzi, H., & Rothman, A. E. (2016). Integrating Islamic Traditions in Modern Psychology: Research Trends in Last Ten Years. Journal of Muslim Mental Health, 10(1), 1556–4908. https://doi.org/10.3998/jmmh.10381607.0010.107.

 

Kim, S. S., Hayward, R. D., & Kang, Y. (2013). Psychological, physical, social, and spiritual well-being similarities between Korean older adults and family caregivers. Geriatric Nursing, 34(1), 35–40. https://doi.org/10.1016/j.gerinurse.2012.07.010.

 

Richards, P. E., Sanders, P. W., Lea, T., McBride, J. A., & Allen, G. E. K. (2015). Bringing spiritually oriented psychotherapies into the health care mainstream: A call for worldwide collaboration. Spirituality. Sprituality in Clinical Practise, 2(3), 169–179. https://doi.org/http:// dx.doi.org/10.1037/scp0000082.

 

Rosenberg, R., & Kosslyn, S. (2011). Abnormal Psychology. Harvard University. New York: Worth Publisher.

 

Wong, P. T. P. (2014). Meaning in positive and existential psychology. In Meaning in Positive and Existential Psychology (pp. 1–31). https://doi.org/10.1007/978-1-4939-0308-5.