ISSN 2477-1686
Vol.4. No.22 November 2018
Mengatasi Penggunaan Gadget Pada Generasi Alpha
Oleh
Selviana
Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia
Siapakah Generasi Alpha?
Generasi Alpha merupakan anak-anak yang dilahirkan oleh generasi milenial (1981-1994) yang lahir dari tahun 2011 – 2025. Generasi yang terlahir di era digital ini sangat akrab dengan teknologi, karena terlahir dengan kondisi teknologi yang telah mencapai tingkat penggunaan yang tinggi. Teknologi menjadi sahabat yang sulit untuk dipisahkan dari kehidupan mereka dan menjadi kebutuhan dasar bagi mereka, bahkan sejak usia batita mereka sudah terbiasa dengan keberadaan, serta manfaat dari gadget (Purnama, 2018). Mc-Crindle (dalam Purnama, 2018) menyebutkan bahwa sebanyak 2,5 juta anak generasi Alpha lahir di dunia setiap minggunya. Menurutnya, generasi Alpha merupakan generasi yang paling akrab dengan internet sepanjang masa. McCrindle juga memprediksi bahwa generasi Alpha tidak lepas dari gadget, kurang bersosialisasi, kurang daya kreativitas, dan juga bersikap individualis.
Karakteristik Generasi Alpha
Selain itu, Tribun Jambi (dalam Purnama, 2018) merangkum karakteristik generasi alpha, sebagai berikut:
1. Bossy, dominan, dan suka mengatur. Anak Alpha merasa nyaman ketika menjadi orang yang memerintah. Hal ini sebagai manifestasi mereka untuk menjadi yang pertama, terbaik, atau dikenal.
2. Kurang suka berbagi. Anak-anak Generasi Alpha terlihat enggan berbagi. Mereka menekankan pentingnya kepemilikan pribadi. Mereka mungkin akan tak mampu lagi mengatakan, "Ini buat kamu", dan akan lebih sering mengatakan, "Ini punyaku! Semua punyaku!"
3. Teknologi menjadi bagian dari hidup mereka, dan tidak akan mengetahui dunia tanpa jejaring sosial. Anak Alpha sudah berkenalan dengan smartphone sejak bayi, dan tidak memandangnya sebagai sebuah alat. Teknologi akan terintegrasi begitu saja dalam hidup mereka. Mereka begitu mudah mengoperasikan smartphone yang bagi orang tuanya terlihat rumit, dan lebih menyukainya ketimbang laptop atau komputer desktop. Mereka juga tertarik pada aplikasi yang menarik secara visual dan mudah digunakan, dan berharap semuanya dibuat sesuai kebutuhan mereka.
5. Kemampuan berkomunikasi langsung jauh berkurang. Meskipun penggunaan teknologi dapat menawarkan banyak informasi, hal itu juga memberikan dampak yang kurang baik. Anak Alpha menjadi sangat jarang berinteraksi langsung dengan orang lain karena sibuk dengan gadgetnya. Hal ini dengan sendirinya akan membuat kepedulian dan kemampuan berkomunikasi mereka berkurang.
Saran untuk Menerapkan Penggunaan Gadget Secara Bijak Pada Generasi Alpha
Selviana (2018) mengungkapkan beberapa saran untuk mendidik generasi Alpha dalam menggunakaan gadget, antara lain:
1. Membatasi, yaitu membatasi penggunaan gadget dan membuat proteksi terhadap situs-situs negatif yang dapat terakses oleh anak.
2. Mendampingi, yaitu membantu anak memilih permainan maupun tontonan yang mendidik serta mempersiapkan diri menjawab pertanyaan-pertanyaan anak.
3. Membuat Aturan, membuat aturan-aturan tertentu tentang penggunaan gadget yang harus dipatuhi oleh anak, meliputi kapan, berapa lama, dan apa saja yang boleh dan tidak boleh diakses anak melalui internet.
4. Membantu anak bebas dari kecanduan gadget, yaitu segera menghentikan sementara penggunaan gadget bila anak menunjukkan gejala kecanduan, serta membantunya mengurangi tingkat kecanduan dengan cara mendorong anak untuk lebih banyak berinteraksi & aktivitas gerak, menyediakan alternatif permainan kreatif seperti permainan tradisional, dan ajak anak ke tempay hiburan yang mengedukasi, seperti : RPTRA, Museum, atau Pameran Seni & Budaya.
Referensi
Purnama, S. (2018). Pengasuhan digital untuk anak generasi Alpha. Al Hikmah Proceedings on Islamic Early Childhood Education, 1, 493-502.
Selviana. (2018). Mendidik generasi cerdas berinternet dalam seri sumbangan pemikiran psikologi untuk Bangsa 3: Psikologi dan pendidikan dalam konteks kebangsaan. Jakarta: HIMPSI.