ISSN 2477-1686

                                                                                       Vol.4. No.21 November 2018

Trend Aplikasi Edit Foto dalam Perspektif Konsep Diri

 

Oleh

Frida Medina Hayuputri

Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia YAI

 

 

Konsep Diri

Setiap orang memiliki gambaran dan penilaian tentang dirinya sendiri, yang bersifat psikologis, sosial, dan fisik, dan disebut dengan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita sendiri (Rakhmat, 2016). Konsep diri secara psikologis meliputi pertanyaan-pertanyaan seperti: “Bagaimana watak saya sebenarnya?” dan “Apa yang membuat saya bahagia atau sedih?”. Konsep diri secara sosial meliputi pertanyaan-pertanyaan seperti: “Bagaimana orang lain memandang saya?” dan “Apakah mereka menghargai atau merendahkan saya?”. Sedangkan konsep diri secara fisik meliputi pertanyaaan-pertanyaan seperti: “Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya?” dan “Apakah saya cantik atau jelek?”.

Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

1.    Significant Others

Meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan dan membentuk pikiran kita, serta menyentuh kita secara emosional. Ketika kita masih kecil, significant others adalah orang tua, saudara, dan orang yang tinggal serumah dengan kita. Ketika kita semakin dewasa, berkembang cakupannya, misalkan tokoh idola, teman-teman, guru, dan pasangan.

Konsep diri kita sangat dipengaruhi oleh peran significant others, misalkan mereka menggambarkan bahwa diri kita adalah orang yang cantik, baik, pintar, dan menyenangkan, maka konsep diri kita terbentuk menjadi positif. Sedangkan jika significant others menggambarkan bahwa kita ini adalah orang yang menyebalkan, jelek, pemarah, dan pemalas. Maka konsep diri kita terbentuk menjadi negatif.

2.    Kelompok Rujukan (Reference Group)

Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi bagian (anggota) berbagai kelompok. Misalkan cakupan yang paling luas yaitu dalam suatu negara, kita menjadi seorang warga negara. Selain itu, masih banyak lagi kelompok-kelompok rujukan lain dalam lingkup yang lebih kecil, misalkan warga di suatu daerah, anggota di suatu institusi atau klub, anggota suatu komunitas pergaulan, dan sebagainya.

Kelompok rujukan memiliki pengaruh terhadap pembentukan konsep diri seseorang. Dengan melihat kelompok rujukan, seseorang cenderung mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan diri dengan ciri-ciri kelompoknya. Misalkan di suatu negara, definisi seseorang dikategorikan cantik adalah yang bertubuh langsing dan berkulit putih. Maka orang-orang di dalam kelompok rujukan tersebut, akan berusaha mengikuti dan mengarahkan dirinya sesuai dengan ciri-ciri tersebut, agar bisa dikategorikan cantik.

 

 

 

Trend Aplikasi Edit Foto

Seiring dengan semakin populernya foto selfie, aplikasi edit foto untuk mempercantik wajah serta menyempurnakan tubuh pun makin banyak bermunculan. Kini orang bisa dengan bebas menampilkan diri mereka di media sosial dengan tampilan wajah dan tubuh yang jauh lebih sempurna dari aslinya. Kehadiran aplikasi seperti BeautyPlus dan Camera360 membuat banyak pengguna media sosial berlomba-lomba untuk menampilkan versi diri mereka yang lebih cantik dan langsing di dunia maya (Hestianingsih, 2015).

 

Alasan munculnya trend aplikasi edit foto di media sosial, ditinjau dari perspektif konsep diri adalah karena trend kecantikan saat ini sebagian besar dinilai berdasarkan wajah yang mulus tanpa jerawat, hidung yang mancung, mata yang besar, bulu mata yang lentik, pipi yang tirus, badan yang langsing, tinggi semampai, dan kulit yang putih. Untuk mencapai semua itu, tidak semua orang mampu untuk mewujudkannya di dunia nyata misalkan berolahraga agar langsing, serta melakukan perawatan agar kulitnya putih mulus. Oleh karena itu, sebagian orang yang tidak mampu mewujudkannya di dunia nyata, cenderung akan mencari jalan pintas yaitu menggunakan aplikasi edit foto untuk menyempurnakan penampilannya di dunia maya. Semua itu dilakukan karena konsep dirinya diarahkan oleh kelompok rujukannya.

 

Selain itu, alasan lain seseorang menggunakan aplikasi edit foto di media sosial adalah karena peran dari significant others. Jika significant others di kehidupannya selalu menggambarkan bahwa ia gemuk, pendek, berkulit hitam, dan tidak cantik, maka konsep dirinya terbentuk menjadi negatif. Oleh karena itu, ia cenderung ingin mengubah dirinya agar terlihat lebih baik, setidaknya di dunia maya, misalkan menjadi lebih putih, tinggi, dan langsing, dengan menggunakan aplikasi edit foto.

 

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya yang perlu diubah adalah mindset mengenai kecantikan yang hanya dilihat dari fisik semata. Tuhan sudah menciptakan kita sebagaimana adanya, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, penggunaan aplikasi edit foto di media sosial boleh saja digunakan, selama tujuannya hanya untuk bersenang-senang (just for fun), bukan untuk mengubah diri kita dan tidak mensyukuri keadaan kita yang sebenarnya. Karena sejatinya, seluruh ciptaan Tuhan itu indah.

 

Referensi

 

Hestianingsih. (2015). Kebiasaan edit foto selfie jadi lebih cantik bisa picu gangguan mental. Wolipop Lifestyle. Dibuka dari http://detik.com, 10 Februari 2015.

 

Rakhmat, Jalaluddin. (2016). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.