ISSN 2477-1686

Vol.4. No.4, Februari 2018

Rasa Psikologi dalam Teori Komunikasi

Oleh:

Subhan El Hafiz 

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Komunikasi dalam Rasa Psikologi

Komunikasi adalah proses pengiriman pesan dari komunikator (pengirim pesan) ke komunikan (penerima pesan). Begitu kurang lebih teori komunikasi yang banyak digunakan dalam berbagai referensi. Namun definisi komunikasi di atas tidak memiliki rasa psikologi” dalam konsepnya sehingga tidak banyak kajian psikologi, jika hanya menggunakan batasan komunikasi di atas.

Rasa psikologi umumnya hadir dalam konsep ABC atau Affective, Behavior, dan Cognitive. Dengan demikian, konsep komunikasi di atas baru sebatas kajian dari ilmu komunikasi yaitu bagaimana agar pesan dari pengirim sampai pada penerima dengan meminimalisir gangguan yang mungkin terjadi. Tentu saja dalam ilmu komunikasi konsep ini semakin berkembang, karena pengiriman pesan saat ini tidak sekedar verbal dan non-verbal, namun juga terdapat pesan tersirat atau tersembunyi yang ingin disampaikan oleh pengirim pesan.

Rasa Psikologi ini sebenarnya tidak hanya dalam ilmu komunikasi namun juga perlu dikembangkan dalam ilmu-ilmu lainnya, seperti sosiologi, antropologi, politik, kesehatan masyarakat, dan sebagainya. Ilmu-ilmu yang beririsan dengan Psikologi membutuhkan rasa psikologi untuk membedakan bahasannya dengan ilmu lain. Tentu saja interaksi antar disiplin tetap dibutuhkan untuk memperkaya pemahaman seseorang terhadap satu konsep tertentu.

Rasa Psikologi

Komunikasi bagi Psikologi tidak bisa sekedar membahas proses pengiriman pesan namun juga perlu melihat bagaimana pesan yang dikirim mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku baik pengirim maupun penerima pesan. Selain itu, pesan tersebut juga dapat mempengaruhi orang yang menjadi channel (jalur) pengiriman pesan. Baik pesan tersebut terkirim atau tidak terkirim, diterima atau tidak diterima, dimaknai atau tidak dimaknai dengan tepat, perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran yang terjadi merupakan bahasan psikologi.

Gosip, misalnya, salah satu bahasan dalam Psikologi saat pesan dari satu pengirim pesan dapat berkembang dan melebar dari satu pengirim kepada penerima terus menerus. Pesan utama dapat tertutupi dengan pesan lainnya yang ditambahkan baik disengaja ataupun tidak. Psikologi melihat tidak sekedar pesan tersebut namun bagaimana perasaan pengirim pesan setelah pesan diberikan, bagaimana pikiran penerima pesan terhadap objek informasi (orang yang di gosipi), bagaimana perilaku orang yang digosipi saat menerima pesan tersebut, dan sebagainya. Gosip melibatkan banyak aspek Psikologis, sehingga pesan semata tidak cukup memiliki rasa psikologis. Perlu kajian-kajian yang terkait dan relevan agar konsep gosip dapat menjadi konsep yang menarik dibahas oleh Psikologi. Apa yang membuat pengirim pesan senang ketika gosip disebarkan? apa yang ada dalam pikiran pengirim gosip saat pesan itu disebarkan? Bagaimana mengontrol perilaku seseorang pada saat gosip menyerang dirinya atau orang dekatnya? Bagaimana perilaku gosip dapat dikontrol sehingga seseorang tidak menjadikan dirinya sebagai saluran (channel) penyebaran gosip. Tentu saja ada banyak hal lain yang dapat dikembangkan dari rasa psikologi terhadap konsep gosip di atas.

Implikasi

Salah satu implikasi yang cukup besar dari psychological sense atau rasa psikologi dalam komunikasi adalah banyaknya bidang kajian yang dapat diteliti dan dikembangkan oleh ilmuan Psikologi itu sendiri. Dengan mengembangkan sensitifitas terhadap rasa psikologi maka setiap konsep atau kejadian sehari-hari dapat berkembangkan menjadi sebuah riset psikologi yang sederhana namun bermakna. Bahkan dengan proses berpikir dan bacaan yang lebih mendalam konsep yang sederhana tersebut dapat menjadi penelitian yang diakui dunia.

 

Salah satu contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Piaget, yang dengan tekun mencatat aspek psikologis dari perkembangan seorang anak. Setelah bertahun-tahun, catatan tersebut menjadi data penting untuk sebuah penelitian yang sampai sekarang masih menjadi rujukan banyak ilmuan psikologi. Ketekunan yang dibarengi dengan rasa psikologi yang tepat akan menghasilkan sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi banyak individu. Memang tidak bisa hanya satu modal psikologis yang menjadikan segala sesuatu bermakna dan bermanfaat. Namun demikian sebagai ilmuan Psikologi perlu mengembangkan rasa psikologi (psychological sense) dalam melihat dan mempelajari fenomena yang ada di lingkungan sekitar sebagai modal psikologisnya. Dengan modal tersebut, kita dapat memberi nilai tambah dan menunjukkan nilai beda Psikologi dibandingkan dengan ilmu yang lain.