ISSN 2477-1686
Vol.4. No.3, Februari 2018
Why ‘I Do’ Study - Your 30 minutes really matters!
Data dan fakta menunjukkan bahwa:
1. Masa lajang seringkali dianggap hanya sebagai masa transisi untuk menikah.
2. Jika seseorang belum menikah di usia di mana ia seharusnya menikah, banyak orang berpikir ada yang tidak beres dalam diri orang tersebut. There are some problems in marriage, but single is defined as problematic as it is.
3. Orang yang menikah dipersepsikan bahagia, padahal data BPS terakhir menunjukkan bahwa pasangan menikah ditemukan lebih tidak berbahagia daripada lajang.
Bagaimana sesungguhnya masyarakat Indonesia memandang pernikahan dan status lajang?
Jadilah bagian dari studi survei PERTAMA di Indonesia tentang lajang, pernikahan, serta dinamika psikologis dan sosial yang terkait di dalamnya melalui partisipasi Anda dalam survei yang membutuhkan waktu kurang dari 30 menit!
Sepanjang Anda berusia 20-50 tahun dan tinggal di Indonesia, tidak peduli status pernikahan Anda (menikah/lajang/apapun), Anda dapat berpartisipasi dalam studi ini. Perkembangan hasil studi akan diperbaharui secara berkala pada laman website.
Bukan itu saja, dengan berpartisipasi dalam studi ini, Anda juga berkesempatan memenangkan voucher sejumlah Rp 200.000,-!
Tahap 1: deadline akhir Februari 2018
Silakan klik: untuk berpartisipasi atau mengetahui informasi lebih lanjut.
Catatan: Penelitian ini merupakan bagian dari disertasi Sdr. Karel Karsten Himawan dari Faculty of Medicine, the University of Queensland, Australia.