ISSN 2477-1686
Vol.3. No.8, Agustus 2017
Perubahan Cara Belajar: Menjalankan Metode-Metode Pengajaran Baru pada Mahasiswa
Eko A Meinarno
PIC Modul-Buku K-PIN
Memasuki pendidikan tinggi di universitas menuntut mahasiswa untuk mencapai tahapan kognitif yang lebih tinggi dari tingkat pendidikan sebelumnya. Umumnya kita sebagai dosen (yang mewakili universitas) berharap bahwa calon atau mahasiswa baru sudah mencapai tahapan kognitif C3 (penerapan) dari taksonomi Bloom (lihat Meinarno, 2015, Yamin, 2003). Pada tingkat perguruan tinggi mahasiswa diajak dan diharapkan mencapai tingkat C4 dalam taksonomi Bloom yakni mampu menganalisis. Dalam upaya mencapai tahapan kognitif tersebut dibutuhkanlah suatu cara. Hal terpenting untuk diubah adalah cara berpikir. Penerapan transfer informasi dari guru ke siswa (saat SMA) menjadi kurang bermakna pada tingkat perguruan tinggi. Para mahasiswa diarahkan dan diajak untuk menjadi pembelajar mandiri yang kritis serta mampu mempertahankan keinginan belajarnya sepanjang hayat. Dengan demikian ia mampu beradaptasi terhadap masalah, mampu menerapkan apa yang dipelajari untuk memecahkan masalah dan melakukan inovasi (Pan, 2004).
Student Centered Learning (SCL)
Dalam mencapai tujuan akhir dari para mahasiswa, maka metode belajarnya tidak lagi konvensional. Setidaknya metode belajarnya yang tidak berfokus dosen dan mengaktifkan mahasiswa untuk bergerak secara fisik dan mental (Pinto, Spares, Driscoll, 2014). Singkatnya ini yang disebut sebagai belajar berfokus mahasiswa/BBM (Student Centered Learning/SCL). Metode berbasis BBM mahasiswa sebagai peserta didik (subjek) aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult learner, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom (Arumi, 2017). Ada tiga hal dasar sebagai acuan memilih metode aktif tadi (Takwin, Meinarno, Salim, Kurniawati, Diponegoro, Prasetyawati, 2011.
· Deep learning: melibatkan motivasi intrinsik untuk memperoleh pemahaman menyeluruh pada suatu hal. Bentuknya dapat berupa memahami bacaan, mengaitkan pemahaman, merefleksika, dan terbuka peluang mengevaluasi.
· Berpusat pada mahasiswa: fokus utama darai proses belajar mengajar adalah mahasiswa. Dengan pola berpusat pada mahasiswa mereka diberi kesempatan untuk menentukan sendiri arah dan kedalaman proses belajarnya.
· Bertujuan untuk dapat menggali pengetahuan yang baik butuh kemampuan dasar. Salah satunya adalah menggali dengan cara berpikir kritis atau setidaknya logis ilmiah.
Bagaimana dalam prakteknya? Saya dalam mengajar mendesain metode pengajaran saat membuat rancangan pengajaran atau Buku Rancangan Pengajaran Semester (BRPS). Pada tahapan pembelajaran atau metode cara pengajaran, saya menulis terlebih dahulu bobot persentase antar dosen dan mahasiswa. Cara ini memudahkan pengukuran dari partisipasi mahasiswa terhadap proses belajar mengajar. Bagi saya jika 50% persentase tahapan pembelajaran ada di mahasiswa sudah masuk kategori BBM (Meinarno, 2017).
Metode Meningkatkan Keaktifan Mahasiswa
Metode sederhana untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam kuliah yang paling sering dilakukan adalah diskusi kelompok (disko). Agar terjaga efektivitasnya sedikit modifikasi akan membuat disko tetap baik. Modifikasi sederhana dengan adanya lembaran kerja tentang hasil yang didapat. Agar ada rekaman hasil disko maka dapat digunakan borang hasil diskusi berjenjang. Maksudnya agar penilaian tidak semata satu kali. Bentuk diskusi kelompok beragam. Ambil contoh proses dalam collaborative learning, problem based learning, studi kasus, dll.
Penugasan mahasiswa dengan cara presentasi kelompok juga dapat menjadi pilihan bagus. Namun yang ditingkatkan adalah pencarian sumber bacaan. Kekhawatairan selama ini adalah penggunaan rujukan yang sembarangan, seketemunya di internet. Ini yang disinyalir oleh Arumi (2017) bahwa mahasiswa tidak lagi membaca buku rujukan perguruan tinggi, tapi malah bereselancar di dunia maya. Jika selama ini hanya terbatas dari satu sumber, sekarang ditingkatkan menjadi banyak sumber. Dalam kerja kelompok ini, antaranggota saling menilai temannya. Pada saat presentasi, kelompok lain memberikan nilai atas kerja mereka. Dengan demikian ada dua nilai yang didapat, nilai individu dan nilai kelompok. Dosen juga masih dapat berperan, dalam hal ini mengarahkan situs yang dikunjungi dan memberi nilai makalah yang dikumpulkan.
Bahkan untuk menilai juga dapat dilakukan dengan “membagi peran” pada mahasiswa. Nilai yang derikan berdasarkan borang penilaian yang dilengkapi rubrik sederhana, hal ini membuat mahasiswa tidak sembarang menilai. Borang ini resmi dari penyelenggara mata kuliah. Dengan demikian para mahasiswa akan dipaksa cermat memberi nilai.
Masih banyak cara lain untuk mengaktifkan belajar mahasiswa. Artikel ini hanya menekankan bahwa beragam cara yang mengaktifkan mahasiswa sesungguhnya mempunyai misi khusus. Mahasiswa diposisikan untuk bertanggung jawab pada sesamanya. Beri porsi mahasiswa untuk memberi nilai untuk orang lain. Dengan demikian setiap orang dapat menilai.
Referensi:
Arumi, MS. (2017). Tumbuh dan Berkembangnya Intelektualitas Mahasiswa. Dalam Psychology for Daily Life. Penyunting Ika Wahyu Pratiwi, Sarah Rachmawati, Dwi Nikmah Puspitasari. Rajawali Pers. Jakarta.
Meinarno, EA. (2015). Modul pembuatan BRPS. Tidak dipublikasikan.
Meinarno, EA. (2017). Persiapan Pengajaran Semester Belum Berakhir. Dalam Psychology for Daily Life. Penyunting Ika Wahyu Pratiwi, Sarah Rachmawati, Dwi Nikmah Puspitasari. Rajawali Pers. Jakarta.
Pan.(2004). The effective student. 11th ed. Centre for Development of Teaching and Learning (CDTL) National Universitity of Singapore. Singapore.
Pinto, LE., Spare, S., Driscoll, L. (2014). 95 Strategi pengajaran. Indeks Jakarta.
Ramdhani, N. (2006). Serial pembelajaran aktif: Kumpulan Materi pendukung proses pembelajaran. Mitra Inti Foundation, Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan, The Ford Foundation. Jakarta.
Takwin, B., Meinarno., EA., Salim, ES., Kurniawati, F., Diponegoro, M., Prasetyawati, W. (2011). Buku Orientasi Belajar Mahasiswa: Belajar di Perguruan Tinggi. Depok. Direktorat Pendidikan Universitas Indonesia. Depok.
Yamin, M. (2003). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. GP Press. Jakarta.