ISSN 2477-1686
Vol.3. No.5, Mei 2017
Perubahan Cara Belajar: Intervensi Sosial untuk Perguruan Tinggi
Eko A Meinarno, PIC Modul-Buku K-PIN
Masa Orientasi Mahasiswa Baru
Setiap awal tahun ajar, pihak sekolah berbagai tingkatan menerima peserta didik baru. Pada konteks perguruan tinggi kita menyebutnya mahasiswa baru (Maba). Maba ini memiliki beragam latar, mulai dari asal sekolah, kepribadian, sosial ekonomi dan lain-lain. Hal ini dapat menguntungkan sekaligus menjadi tantangan baru. Pihak universitas atau penyelenggara pendidikan berhak melakukan upaya tertentu untuk membuat peserta didiknya mempunyai karakter khas. Karakter adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar diri dan disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu (Takwin, 2013). Nilai dan norma inilah yang nantinya menciptakan karakter khusus yang membedakan dirinya dengan sarjana lulusan perguruan tinggi lainnya. Di sinilah letak nilai jual dari sarjana dan almamaternya.
Intervensi Pengembangan Karakter
Pada semua bidang psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi pendidikan dikenal upaya untuk membantu perubahan perilaku yang konkrit. Hal ini yang kita sebut sebagai intervensi yang merujuk pada keinginan untuk melakukan perubahan perilaku terencana terhadap individu, kelompok, maupun komunitas. Hal ini yang kemudian dapat kita adopsi untuk pengembangan karakter mahasiswa. Jika intervensi penting, pada periode apa intervensi dilakukan? Jawabnya jelas yakni di masa perkenalan kampus. Ibarat Kuda Troya masa perkenalan (maper) menjadi proses pertama intervensi sosial pihak universitas terhadap peserta didik tanpa mereka sadari. Saat masuk universitas, para mahasiswa baru ini dikenalkan dengan hal-hal baru yang jelas-jelas berbeda dengan situasi sebelumnya (masa SMA). Sebagai contoh, kita ingin mengembangkan karakter tertentu. Pertama kita kita sepakati apa yang yang akan dikembangkan dan pondasi apa yang sudah ada. untuk lebih mudah kita ambil nilai yang disepakati banyak pihak yakni Pancasila, nilai keempat (demokrasi) yang didefinisikan sebagai pengambilan keputusan berdasar musyawarah untuk kepentingan bersama dengan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, dapat dipertanggungjawabkan dan melaksanakan keputusan yang diambil (Meinarno, 2013, 2016; Meinarno dan Mashoedi, 2016). Adapun bentuknya atau indikatornya adalah apapun hasilnya saya menghormati keputusan yang dicapai melalui musyawarah (Meinarno, 2013, 2016; Meinarno dan Mashoedi, 2016).
Desain Intervensi Wajib Terukur
Berangkat dari nilai ini (yang secara umum diketahui khalayak, termasuk maba) desain intervensi pengembangan karakter dapat dilakukan. Hal sederhana adalah menyisipkan ide nilai Pancasila tadi ke dalam aktivitas penerimaan mahasiswa baru. Tidak tertutup kemungkinan nilai ini dibawa ke dalam rancangan perkuliahan. Bentuknya tidak perlu ekplisit, cukup dalam bentuk diskusi kelompok yang menghasilkan satu produk yang didasari musyawarah, bukan voting.
Memang dalam ilmu sosial humaniora seperti psikologi, belum tentu sesuatu yang didesain rapi akan menghasilkan produk yang diinginkan. Namun intervensi pengembangan karakter ini seyogianya dilihat sekedar pengembangan mahasiswa, tapi justru dapat mengembangkan wawasan penyelenggara pendidikan, khususnya universitas. Intervensi ini bukan hanya dilakukan secara kecil-kecilan untuk mendapat hasil yang besar. Justru harus dilakukan secara TSM, terstruktur, sistematis dan masif. Hal lain yang perlu diingat adalah intervensi pengembangan karakter ini tidak sekedar acara pemanis maper, justru saat kuliah intervensi justru dipertegas dalam aktivitas-aktivitas belajar-mengajar, meneliti, sampai pengabdian kepada masyarakat. Pada akhirnya intervensi pengembangan karakter ini tidak saja menghasilkan para sarjana yang berkarater kuat, mereka juga akan menjadikan negara dan bangsa Indonesia lebih baik.
Referensi:
Meinarno, E. A. (2014). Pancasila dan merah putih di serambi Mekah. Jurnal Pancasila, 1(1), 52-59.
Meinarno, E. A., & Mashoedi, S. F. (2016). Pembuktian kekuatan hubungan antara nilai-nilai pancasila dengan kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(1), 12-22.
Meinarno, EA. (2016). Pancasila. Diktat Mata kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A. Dalam proses penerbitan. Depok: Universitas Indonesia.
Takwin B. 2013. Kekuatan dan keutamaan karakter. Dalam buku ajar I Kekuatan dan keutamaan karakter, filsafat, logika, dan etika. Penyunting: Bagus Takwin, Fristian Hadinata, Saraswati Putri. Universitas Indonesia. Depok.
Takwin, B., Meinarno., EA., Salim, ES., Kurniawati, F., Diponegoro, M., Prasetyawati, W. (2011). Buku Orientasi Belajar Mahasiswa: Belajar di Perguruan Tinggi. Depok. Direktorat Pendidikan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.