ISSN 2477-1686 

 Vol. 10 No. 11 Juni 2024

 

Religiusitas Pendosa di Kalangan Generasi Z

Oleh:

Pdt. Kastop Willy. S

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

Religiusitas merupakan konsep keyakinan yang sangat luas dan kompleks, yang merujuk pada kualitas atau tingkat keagamaan seseorang yang mencakup keyakinan serta praktiknya dari pengalaman spiritual dan emosional seseorang. Hal ini mencerminkan sejauh mana seseorang terlibat dalam dan dipengaruhi oleh ajaran keyakinan tertentu hingga era modern saat ini. Pergeseran nilai dari praktik agama tradisional menuju spiritualitas yang lebih individual dan personal telah merujuk pada perubahan makna religiusitas itu sendiri di kalangan generasi Z. Hal ini berdampak dari globalisasi, kemajuan teknologi, dan peningkatan pendidikan yang mendorong pemikiran kritis sehingga tidak tertutup kemungkinan membuat seseorang melakukan tindakan yang melanggar hukum atau ajaran moral dan etika yang sering digolongkan sebagai pendosa. Generasi Z saat ini cenderung mengintegrasikan kepercayaan religius mereka dengan nilai-nilai sekular, menekankan pengalaman pribadi dan pencarian makna hidup di luar kerangka esensi religiusitas itu sendiri.

Sekularisasi dan Pengaruhnya Terhadap Religiusitas di Mata Generasi Z

Sekularisasi merupakan proses di mana pengaruh agama dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya berkurang dampaknya. Bagi generasi Z, sekularisasi memiliki pengaruh signifikan terhadap pola religiusitas kehidupannya. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap pandangan dunia yang pluralis dan lebih mengutamakan nilai-nilai sekular seperti hak asasi manusia, kesetaraan, dan ilmu pengetahuan. Pengaruhnya terhadap generasi Z dapat dilihat dalam beberapa aspek berikut:

  1. Generasi Z cenderung kritis terhadap praktik keagamaan tradisional, yang mereka anggap sering kali tidak relevan atau tidak mencerminkan nilai-nilai modern.
  2. Bergesernya makna spiritualitas generasi Z yang menuju kepada lebih individual dan eklektik, di mana mereka menciptakan praktik spiritual yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi mereka yang dari religiusitas.
  3. Pengaruh Teknologi dan media sosial yang memainkan peran besar dalam cara generasi Z mengeksplorasi dan mengekspresikan keyakinan mereka, memungkinkan akses ke berbagai pandangan dan komunitas spiritual secara global, baik melalui aplikasi doa, layanan streaming ibadah, dan komunitas virtual yang seakan-akan telah menjamin dan membantu mereka membangun religiusitas hidupnya tanpa membutuhkan interaksi sosial secara fisik.
  4. Generasi Z cendrung lebih menekanan nilai-nilai sekular seperti keadilan sosial, inklusivitas, dan kesejahteraan mental yang sering kali menjadi prioritas dalam kehidupan mereka, baik secara pribadi maupun dalam konteks komunitas.

Pemahaman Tentang Dosa di Kalangan Generasi Z

Pemahaman tentang dosa di kalangan generasi Z cenderung lebih fleksibel dan kontekstual jika kita bandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Generasi Z cenderung melihat dosa dalam konteks yang lebih luas, termasuk isu-isu sosial masyarakat. Hal ini dikarenakan;

  1. Generasi Z sering melihat dosa melalui lensa relativisme moral, di mana tindakan dinilai berdasarkan konteks dan niat daripada aturan absolut. Mereka cenderung mempertimbangkan faktor-faktor seperti keadaan individu dan dampak tindakan pada orang lain.
  2. Generasi Z sering beranggapan dosa dari konteks keadilan sosial dan etika. Tindakan yang dianggap tidak adil atau merugikan orang lain sering dilihat sebagai dosa, sementara isu-isu moral tradisional mungkin dianggap kurang relevan.
  3. Sekularisasi telah mempengaruh religiusitas dalam kehidupan spiritualitas generasi Z, yang berarti konsep dosa sering kali tidak terikat pada ajaran keyakinan (agama) tertentu tetapi lebih pada prinsip-prinsip etika sekular.
  4. Generasi Z cenderung mengadopsi pendekatan yang lebih personal dan individual dalam hal spiritualitas. Pandangan mereka tentang dosa sering kali berasal dari refleksi pribadi dan nilai-nilai yang mereka bentuk sendiri, daripada doktrin keyakinan yang absolut.

Kesimpulan

Generasi Z menghadirkan tantangan baru dalam hal religiusitas dan pemahaman tentang dosa. Dengan mencari makna dan tujuan religiusitas  melalui berbagai bentuk tindakan spiritualitas dengan melibatkan teknologi serta media sosial kiranya dapat mengembalikan esensi religiusitas itu sendiri dalam kehidupan modern saat ini. Pendidikan, keluarga, dan komunitas tetaplah harus menjadi pilar penting dalam membentuk religiusitas seseorang. Sementara keterbukaan terhadap religiusitas era modern saat ini hanya menawarkan berbagai jalan untuk dapat mengeksplorasi spirituallitas itu sendiri dalam kehidupan setiap orang.

Refrensi:

Exline, Julie J., Grubbs, Joshua B., Pargament, Kenneth I., & Yali, Ann Marie. (2014). The Religious and Spiritual Struggles Scale: Development and Initial Validation. Psychology of Religion and Spirituality, Vol. 6, No. 3, 208–222. DOI: 10.1037/a0036465.

Hood, Ralph W., Hill, Peter C., Spilka, Bernard. (2009). The psychology of religion: an empirical approach. New York: The Guilford Press. 

Hayward, R. D. & Krause, N. (2014). Religion, mental health and well-being: Social aspects. In V. Saroglou (Ed.), Religion, Personality, and Social Behavior (pp. 255-280). New York: Psychology Press. 

Koenig, Harold G. (2012). Religion, Spirituality, and Health: The Research and Clinical Implications. ISRN Psychiatry, vol. 2012, Article ID 278730, 33. doi: 10.5402/2012/ 278730.