ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 11 Juni 2024

 

 

Anak Tengah yang Kuat dan Penengah dalam Keluarga

 Oleh:

Sindy Klorida Br Barus

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

 

Perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak tengah sudah terbagi sejak kecil. Mengapa demikian???

Ketika anak tengah lahir, orang tua sering kali harus membagi waktu dan perhatian mereka antara anak pertama dan anak tengah. Mereka mungkin juga sibuk dengan tugas-tugas rumah tangga atau pekerjaan, sehingga tidak dapat memberikan perhatian penuh seperti yang mereka lakukan pada anak pertama. Dengan adanya anak kedua, orang tua sering kali melibatkan anak pertama dalam merawat dan menjaga adiknya. Hal ini dapat membuat perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak tengah terbagi, karena mereka mempercayakan anak pertama untuk membantu dalam merawat adiknya. Ketika anak bungsu lahir, orang tua mungkin kembali memberikan perhatian penuh kepada anak tersebut, karena dia adalah yang termuda dan membutuhkan perawatan ekstra. Hal ini dapat membuat perhatian terhadap anak tengah semakin terbagi.

Anak tengah yang tumbuh di antara saudara-saudara mereka, tidak lagi sebagai "anak sulung" yang bertanggung jawab atau "anak bungsu" yang dimanja. Gunarasa (1986) mengatakan anak tengah merujuk pada posisi di antara saudara-saudaranya dalam keluarga, berada di tengah-tengah antara kakak dan adik. Hurlock (1990) menyatakan bahwa anak tengah perlu menerima keberadaan adiknya dan menyadari peran kakak atau abangnya.

Anak tengah sering kali memegang peran yang unik dalam keluarga, di mana mereka menjadi penengah dalam berbagai situasi dan dinamika keluarga. Peran ini seringkali memengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan psikologis mereka. Mereka mempelajari keterampilan untuk menyeimbangkan kepentingan yang berbeda dan mencari solusi yang memuaskan bagi semua orang. Hal ini disebabkan oleh pengalaman mereka dalam menghadapi situasi di mana mereka harus menengahi pertikaian antara kakak dan adik mereka. Mereka sering memiliki keterampilan sosial yang baik karena mereka terbiasa bernegosiasi dan beradaptasi di antara saudara-saudara mereka yang lebih tua dan lebih muda. Hal ini dapat menghasilkan kepribadian yang fleksibel, ramah, dan mudah beradaptasi di berbagai situasi sosial. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak tengah cenderung dominan unggul pada aspek pengendalian dan penyesuaian diri (Fauziyyah dkk., 2019).

Peran sebagai penengah dapat memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan anak tengah. Mereka mungkin merasa tertekan atau terbebani oleh peran ini, terutama jika mereka merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan konflik di antara anggota keluarga lainnya. Ini dapat memengaruhi kesejahteraan emosional mereka dan menyebabkan stres atau kecemasan. Selain itu, menjadi penengah juga dapat memengaruhi hubungan antara anak tengah dengan saudara-saudaranya. Mereka mungkin merasa tidak dihargai atau tidak dipahami oleh saudara-saudaranya karena peran mereka sebagai penengah, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau ketegangan di antara mereka. Mereka juga merasa terpinggirkan atau diabaikan karena fokus orang tua sering kali tertuju pada anak sulung yang memiliki tanggung jawab lebih besar. Fokus orang tua juga tertuju pada anak bungsu yang seringkali menjadi pusat perhatian karena mereka yang termuda. Ini dapat menyebabkan anak tengah merasa kurang diakui atau kurang diperhatikan, yang pada gilirannya dapat memengaruhi harga diri dan kepercayaan diri mereka.

Leman (2012) menjelaskan anak tengah sebagai individu yang memiliki fleksibilitas tinggi dalam gaya hidupnya. Mereka dapat menunjukkan kedamaian, atau kepribadian yang ramah dan suka bersosialisasi. Mereka juga bisa menunjukkan kesabaran atau sikap santai, serta bisa bersikap pemberontak atau tidak bersifat kompetitif. Selain itu, mereka bisa menunjukkan perilaku agresif atau cenderung menghindari konflik.

Anak tengah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai perspektif dan memediasi konflik dengan cara yang damai dan berpikiran terbuka. Dalam masyarakat, anak tengah sering kali dianggap sebagai pembuat perdamaian dan pemimpin yang bijaksana. Mereka sering mencari keseimbangan antara kebutuhan individu dan kebutuhan kelompok, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam menciptakan harmoni dan kerjasama di antara orang-orang di sekitar mereka. Anak tengah sering kali memiliki kemampuan alami untuk memahami dan menghubungi anggota keluarga yang terlibat dalam konflik secara emosional. Mereka bisa menciptakan hubungan yang kuat dengan kedua belah pihak, yang merupakan landasan penting untuk berperan sebagai penengah yang efektif.

Referensi:

Fauziyyah, Nur H., et al. (2018). Analisis Perilaku Sosial Anak Ditinjau Dari Urutan Kelahiran (Penelitian Survei pada Siswa Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2017/2018). EDUKIDS: Jurnal Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak Usia Dini, 15(1), 42-57. https://ejournal.upi.edu/index.php/edukid/article/view/20150

Gunarasa, S.D. 1986. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Hurlock, E. B. 1990. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Murphy, L.J. (2012). The Impact of Birth Order on Romantic Relationship. Adler Graduate School.