ISSN 2477-1686  

Vol. 10 No. 10 Mei 2024

 

Mengenal Psikosomatik

Oleh:

Nadia Mutiara Zahra

Program Studi Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia

Fenomena psikosomatik mengacu pada hubungan kompleks antara pikiran, emosi, dan tubuh seseorang, dimana keadaan psikologis atau emosional seseorang dapat memengaruhi kesehatan fisiknya. Hal ini cenderung berdampak pada manusia modern dimana stres, kecemasan, gaya hidup tidak sehat, ketidakseimbangan emosi, dan polusi lingkungan menjadi beberapa faktor penyebabnya. Salah satu fenomena psikosomatis yang sering terjadi pada manusia modern adalah sindrom iritasi usus atau gangguan pencernaan fungsional. Gejala ini termasuk perut kembung, diare, sembelit, dan nyeri perut, yang dapat dipengaruhi oleh stres atau kecemasan. Penyebab utama sindrom ini sering kali terkait dengan gaya hidup modern yang penuh tekanan dan pola makan yang tidak sehat.   

Pentingnya pemahaman tentang psikosomatik juga terlihat dalam upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Mengelola stres, menjaga kesehatan mental, dan memperkuat koneksi antara pikiran dan tubuh dapat membantu individu menjaga kesejahteraan mereka secara kesehatan fisiknya. Selain itu beberapa penyakit fisik juga dapat diperburuk oleh karena faktor mental seperti stress dan kecemasan.

Lantas, apa yang dimaksud dengan psikosomatik?

Psikosomatik berasal dari bahasa Yunani psyche yang artinya psikis atau jiwa, dan soma yang artinya tubuh atau badan. Dalam Diagnostic And Statistic Manual of Mental Disorders edisi ke empat (DSM IV) istilah psikosomatik telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis. Psikosomatik adalah jenis gangguan mental yang awalnya dipopulerkan oleh Maximillan Jacobi, seorang psikiater Jerman yang menekankan kesatuan kausatif dan pendekatan holistik, serta meyakini semua penyakit dipengaruhi oleh faktor psikologis. Psikosomatik berkaitan dengan kepribadian individu, gaya hidup, dan adanya reaksi peningkatan zat kimia pada kondisi tertentu.

Burhani (2002) yang dikutip dari Sanjaya (2020). Mengatakan bahwa psikosomatik seringkali di definisikan sebagai gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor psikologis, mental, dan sosial. Rasa cemas, tertekan, kebosanan, dan kecemasan yang berkepanjangan juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Perasaan-perasaan tersebut dapat muncul ketika seseorang merasa terancam oleh sesuatu yang jelas tapi tidak mudah ditentukan. Kecemasan akan diikuti oleh perubahan-perubahan fisik, seperti perubahan detak jantung, tekanan darah, hilangnya selera makan, gangguan pernafasan, keringat dingin, terganggunya kualitas tidur dan gangguan fisik lainnya.

Psikosomatik disebut juga sebagai gangguan fisik yang penyebab atau kekambuhan-nya diperparah oleh kondisi psikologis, misalnya karena stress atau tekanan emosional. Menurut Kartono dan Gulo (1987) Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan psikologis atau gangguan fisik yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan psikologis yang berlebihan dalam mereaksi gejala emosi. Gangguan psikosomatik didefinisikan sebagai suatu gangguan atau penyakit fisik dimana proses psikologis memainkan peranan penting, sedikitnya pada beberapa pasien dengan sindroma ini (Kellner, 1994).

Ciri-Ciri Psikosomatis

Berikut ciri–ciri dari psikosomatis yang ditandai dengan adanya keluhan fisik yang beragam, antara lain:

a. Pegal – pegal

b. Nyeri di bagian tubuh tertentu

c. Mual         

d. Muntah

e. Kembung dan perut tidak enak

f. Sendawa

g. Kulit gatal

h. Kesemutan

i. Mati rasa

j. Sakit kepala

k. Nyeri bagian dada, punggung dan tulang belakang

Keluhan itu biasanya sering terjadi dan terus berulang serta berganti-ganti atau berpindah-pindah tempat, dirasa sangat menganggu dan tidak wajar sehingga harus sering periksa ke dokter.

Apa saja faktor-faktor yang mengakibatkan psikosomatik?

Wika dan Yusuf (2017) yang dikutip dari (Yusfarani, 2021) menyebutkan psikosomatis adalah gangguan fisik yang disebabkan faktor kejiwaan dan sosial  emosi yang menumpuk serta dapat menimbulkan guncangan dalam diri seseorang yang bila berkepanjangan dapat menyebabkan munculnya perasaan tertekan, cemas, kesepian dan bosan yang dapat mempengaruhi stres. Faktor lain yang menyebabkan psikosomatis adalah pola perilaku individu dan kondisi rentan individu terhadap tekanan fisik dan psikis (McQuade & Aickman, 1991). Selain itu faktor terakhir yang menyebabkan psikosomatis adalah emosi (Hakim, 2004).

Tips & Tricks Mengatasi Psikosomatik

  • Bergerak = Berolahraga minimal tiga kali dalam seminggu dapat meningkatkan imunitas tubuh, menjaga kesehatan jiwa dan mencegah serangan panik.
  • Berpikir positif = Ini dapat mengurangi rasa sakit bila tengah menderita penyakit. Pikiran negatif justru menambah rasa sakit menjadi dua kali lipat.
  • Tidur = Kurang tidur hanya akan membuat rentan terhadap stres. Pastikan makan malam dua atau tiga jam sebelum tidur malam, supaya makan dapat tercerna sempurna untuk mencegah penyakit pencernaan dan asam lambung.
  •  Diet tepat = Beberapa penelitian justru menyebutkan bila Anda sering diet tanpa bantuan ahli justru membuat imunitas tubuh berkurang. Hal ini berisiko menimbulkan penyakit kejiwaan, seperti skizofrenia, depresi, cemas, dan serangan panik.
  • Asupan sehat = Nutrisi yang tepat dapat menjaga kesehatan mental. Pastikan mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin E dan B kompleks, seperti kacang-kacangan, ikan, sereal, buah dan sayur.
  • Rileks = Hiduplah lebih santai. Lakukan yoga untuk menghindari serangan depresi atau sekedar rutin mendengarkan musik untuk melatih jiwa tetap tenang. Musik yang tepat dapat menuntun jiwa lebih tenang.
  • Sharing = Manusia diciptakan untuk bersosialisasi, karena itu jangan memendam masalah. Usahakan memiliki teman yang dapat dipercaya atau bergabung dalam kelompok diskusi. Memendam masalah, sama saja seperti memendam sampah dalam tubuh. Keluarkan!

Referensi:

Digilib UINSA. (2016, August 22). Retrieved April 5, 2024, from http://digilib.uinsa.ac.id/12414/3/Bab%202.pdf

Djohan, F. T. (2022, December). Pengaruh Mendengarkan Musik terhadap Kondisi Rilaksasi. Resital, 23(3), 190-201. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.

Gamayanti, W. (2018, February 27). Religious Coping Dengan Subjektive Well–Being Pada Orang Yang Mengalami Psikofisiologis. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Gamayanti, W. I. (2019). Marah dan Kualitas Hidup Orang yang Mengalami Psikosomatik. Jurnal Psikologi 18 (2), 178.

Kholidon, M. (2015). Mengenal Psikosomatik Pengganggu Kualitas Hidup. Retrieved from NU Online: https://www.nu.or.id/post/read/63544/mengenalpsikosomatik-pengganggu-kualitas-hidup.

Putri, R. K. (2015). Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kondisi Medis Umum (Psikosomatis). Palu: Pdf Coffee.

Rachmawaty M. Noer, A. U. (2023, June 5). Sosialisasi Kesehatan Gangguan Psikosomatis Menggunakan Media X. Welfare: Jurnal Pengabdian Msyarakat, 1(2). https://doi.org/10.21107/dinar.v8i1.10581.

Sanjaya, D. R. (2020). Atasi Psikosomatik dengan Terapi Puasa. Jakarta: Guepedia.

SP, R. A. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Psikosomatis Pada Orang Dengan Kecenderungan Psikosomatis. Psikoborneo, 6(3), 425-430.

Yusfarani, D. (2021, February 8). Hubungan Kecemasan dengan Kecendrungan Psikosomatis Remaja pada Pandemi Covid 19 di Kota Palembang. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(1), 295-298. https://doi.org/10.33087/jiubj.v21i1.1328.