ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 10 Mei 2024
Kontribusi Psikologi terkait Situation Awareness dalam Dunia Kedirgantaraan
Oleh:
Peni Nur Rizki, Hesty Yuliasari
Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Kedirgantaraan atau dirgantara dapat dipahami sebagai ruang yang berada di atas bumi dan mencakup segala hal yang ada didalamnya, dan terdiri dari ruang udara (air space) hingga antariksa yang tidak terbatas (outer space) sebagai kawasan internasional (Kementerian Pertahanan, n.d.). Sehingga kegiatan yang berkaitan dengan kedirgantaraan ini tidak lepas dari aktivitas penerbangan, baik penerbangan sipil maupun militer. Profesi yang berkaitan dengan penerbangn ini salah satunya yaitu pilot, dapat diketahui secara umum bahwa seorang pilot dihadapkan oleh tantangan pekerjaan yang tidak mudah. Namun, tidak hanya pilot, profesi lain yang berkaitan dengan dirgantara/penerbangan lainnya juga memiliki tantangan kerja yang tergolong berat, profesi tersebut antara lain seperti Apron Movement Control atau AMC (Panggalo & Jumlad, 2024), Air Traffic Controller atau ATC (Ardhiani et al. 2019), dan seluruh bagian dari TNI AU (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara).
Tantangan-tantangan yang dihadapi tersebut dapat juga menjadi suatu beban kerja. Terlebih lagi bagi orang-orang yang terlibat dalam penerbangan militer. Seperti yang dijelaskan oleh Munandar (Sari & Hartini, 2021) bahwa TNI memiliki beban kerja yang sangat tinggi, dikarenakan beban tugas yang berat mengharuskan TNI mampu dan kuat menghadapi kondisi yang ekstrim sekalipun, terutama saat dihadapkan dengan peperangan, dimana hal tersebut mampu berdampak pada beban mental dan psikologis TNI dalam menjalankan tugas maupun kesehariannya. Terkhususlagi disebutkan bahwa TNI AU dihadapkan oleh resiko yang paling tinggi (TNI Angkatan Udara dalam Perhatian & Sahrah, 2022).
Dengan beban kerja yang berat ini, dalam dunia kedirgantaraan diperlukan adanya standar keselamatan yang baik dan optimal yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi pada ranah penerbangan (Hariri & Parjan, 2022). Selain itu, menurut Ahmad dan Parjan (2022), salah satu aspek penting penunjang optimalnya kinerja sumber daya manusia dalam penerbangan yaitu adanya situation awareness. Situation awareness berkaitan erat dengan psikologi pedagogi dan kognitif (Hariri & Parjan, 2022). Situation awareness dapat dipahami sebagai kemampuan untuk mendeteksi berbagai elemen yang ada di lingkungan mengenai ruang dan waktu, pemahaman holistik tentang suatu keadaan, dan kemampuan memprediksi suatu kondisi mendatang (Endsley dalam Ardhiani et al, 2019). Atau secara singkat dapat dipahami sebagai kesadaran mengenai segala hal yang ada disekitar individu dan individu tersebut mampu memahaminya pada saat ini dan untuk masa yang akan datang (Panggalo & Jumlad, 2024).
Kontribusi situation awareness bagi individu yang berkecimpung di dunia penerbangan antara lain yaitu memberikan kesadaran situasional dalam konteks dan tindakan dalam penerbangan dikarenakan dihadapkan pada sistem yang kompleks dan kedinamisan lingkungan (Endsley dalam Aso & Jumlad, 2024). Kesadaran situasional ini sangat penting dalam meminimalisir potensi atau hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan dalam segala aktivitas terkait penerbangan (Aso & Jumlad, 2024). Situation awareness berperan penting dalam pencegahan kecelakaan dikarenakan memuat prinsip sikap seperti kewaspadaan situasi, kehati-hatian, dan kesadaran dalam menjalankan tugas (Ismiyanto et al. 2023). Dengan situation awareness, individu mampu memahami makna dan proyeksi status pada saat sekarang dan menggunakannya sebagai pengetahuan untuk memproyeksikan serta merencanakan tindakan di masa yang akan datang atau keadaan yang mungkin akan terjadi (Suwarno et al, 2021) . Menurut Luddy (Ismiyanto et al., 2023), adapun manfaat situation awareness bagi seorang komando, kehati-hatian dari adanya situation awareness ini bermanfaat dalam merencanakan berbagai tindakan dan kemudian akan diambil atau dikolaborasikan untuk dapat memilih tindakan terbaik dan mempercepat dalam mengambil keputusan (Speed of Command). Pada akhirnya Speed of Command ini mampu berdampak pada efektivitas terhadap misi yang dilaksanakan.
Suwarno et al. (2021) menyampaikan bahwa individu dengan situation awareness yang baik berpeluang besar untuk mampu memberikan keputusan yang tepat dan kinerja baik dalam menghadapi sistem ataupun lingkungan yang kompleks dan dinamis. Dengan demikian, situation awareness merupakan hal yang penting dan berguna untuk dimiliki setiap individu, terutama dalam menjalankan pekerjaannya. Terlebih lagi pekerjaan yang dihadapkan dengan resiko kecelakaan yang tinggi, seperti halnya pekerjaan-pekerjaan dalam lingkup penerbangan atau kedirgantaraan.
Referensi:
Ardhiani, L. N., Kumala, G. R., & Perdana, N. M. (2019). Analisis Kualitatif Penerapan Situational Awareness pada Aktivitas Kerja Air Traffic Controller (ATC). 2(1), 16–32. https://doi.org/10.24815/s-jpu.v2i1.13270
Aso, Y. J. P., & Jumlad, W. (2024). Analisis Situation Awareness pada Unit Apron Movement Control di Bandar Udara Adi Soemarmo Boyolali. El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam, 5(1), 347–359. https://doi.org/1047467/elmal.v5i1.3548
Hariri, A., & Parjan, P. (2022). Kajian Literatur Kesadaran Situasional Pilot di Bidang Penerbangan. Sosioedukasi : Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Dan Sosial, 11(1), 130–138. https://doi.org/10.36526/sosioedukasi.v11i1.1964
Ismiyanto, H., Kemalsyah, K., & Bastari, B. (2023). Intelligence Interconnect Communication System (IICS) pada Network Centric Warfare Operasi Udara. Strategi Pertahanan Udara, 9(1). https://doi.org/10.33172/jspu.v9i1.8213
Kementerian Pertahanan. (n.d.). Perbatasan Udara. Diambil 15 Februari 2024, dari https://www.kemhan.go.id/strahan/wp-content/uploads/migrasi//Produk/batas_udara.pdf
Panggalo, T., & Jumlad, W. (2024). Analisis Situation Awareness pada Unit Apron Movement Control (AMC) di Bandar Udara Wamena, Papua. El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam, 5(3), 1138–1151. https://doi.org/10.47467/elmal.v5i3.3732
Perhatian, D., & Sahrah, A. (2022). Peran Optimisme dalam Meningkatkan Subjective Well-Being Pada TNI Angkatan Udara. Jurnal Psikologi, 18(2), 8–14. https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1210
Sari, N. A., & Hartini, N. (2021). Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Anggota TNI AD yang Bertugas di Wilayah Rawan Konflik. Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM), 1(2), 1298–1305. https://doi.org/10.20473/brpkm.v1i2.28744
Suwarno, P., Sumantri, S. H., & Bahar, F. (2021). Rekonstruksi Keamanan Maritim Indonesia dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Wilayah (Studi Di Kabupaten Natuna Periode Tahun 2019-2020). Jurnal Ketahanan Nasional, 27(1), 65–89. https://doi.org/10.22146/jkn.62028