ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 10 Mei 2024

 

Selaras: Minat Anak dengan Bakat atau Minat Orang Tua

Oleh:

Krishervina Rani Lidiawati

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

Setiap jenjang pendidikan anak memiliki tantangan dan hambatan dalam proses penyelesaiannya. Namun demikian bukan hanya sekedar berpindah jenjang dari SD ke SMP atau dari SMP ke SMA atau SMK, atau bahkan dari SMA ke Perguruan Tinggi tetapi adanya dinamika dan kecenderungan perbedaan pandangan orang tua dengan anak. Salah satu jenjang pendidikan yang membuat relasi orang tua dengan anak cukup berwarna adalah ketika anak memilih jurusan perkuliahan yang berbeda dengan minat atau harapan orang tua. Sebagai pelajar SMA yang berada tahap masa remaja akhir, mereka sudah belajar untuk mengambil keputusan secara mandiri dan bertanggung jawab. Disisi lain, orang tua sulit untuk melepaskan anaknya menjadi dewasa dalam pengambilan keputusan yang berdampak jangka panjang dalam hidupnya. Jika salah jurusan maka kemungkinan dapat putus di tengah jalan atau mampu menyelesaikannya namun sulit mencari pekerjaan.

Keselarasan antara minat dengan bakat dibutuhkan dalam pemilihan jurusan perkuliahan hingga nantinya dalam pemilihan karir (Zunker, 2006). Minat berkaitan dengan adanya rasa suka atau tidak, preferensi diri sendiri. Sejak kecil, biasanya anak-anak sudah menunjukkan adanya minat pada bidang tertentu dan dapat dikembangkan terus-menerus sejalan dengan bakat yang dimilikinya. Disisi lain minat ini dapat berubah karena adanya pengaruh tuntutan sosial ataupun harapan dari orang tua (Khazi, 2019). Minat Oleh karena itu pentingnya peran psikolog dalam membantu melakukan asesmen siswa-siswa SMA dan menuliskan laporan psikotesnya dengan baik. Selain itu, dibutuhkan psikoedukasi terkait hasil laporan tersebut perlu di kolaborasikan dengan wawancara untuk mengkonfirmasi data tersebut. Hal ini dikarenakan pemilihan jurusan tidak dapat semata-mata karena hasil psikotes namun penting untuk mempertimbangkan berbagai faktor lain seperti kondisi keluarga, peluang kerja ataupun kemampuan anak itu sendiri.

Minat adalah preferensi seseorang terhadap suatu hal, terkait sesuatu yang disukai – artinya berkaitan suka atau tidak suka terhadap suatu hal. Minat yang merupakan preferensi seseorang layaknya seseorang yang dapat menulis dengan tangan kanan. Mungkin saja bisa belajar untuk menulis dengan tangan kiri namun karena sudah terbiasa memilih untuk menulis dengan tangan kanan maka ia lebih terampil dan nyaman menulis dengan tangan kanan. Ada banyak alasan mengapa seseorang memiliki minat di bidang tertentu seperti lingkungan terdekat yaitu keluarga, teman sebaya, guru-guru yang menginspirasi ataupun media sosial. Namun terkadang minat anak ini kurang didukung hingga di jenjang perguruan tinggi. Salah satu kasus yang kerap saya jumpai misalnya orang tua mendukung anak mengikuti lomba seni dari sejak kecil hingga jenjang SMP, SMA. Pada saat anak memilih jurusan di perguruan tinggi maka orang tua mengatakan bahwa seni hanya untuk hobi saja kurang dapat dijadikan sumber penghasilan. Hal ini tentu membuat patah hati bagi anak-anak yang memiliki minat di bidang seni dan dapat mengembangkan kemampuannya dengan baik. Mungkin ada pula beberapa anak yang menyukai bidang berbeda dari minat orang tua. Beberapa orang tua memiliki pekerjaan yang dapat diwariskan kepada anak maka anak diminta untuk mengikuti jejak karir orang tua. Adapula orang tua yang mengharapkan anak memilih jurusan yang dahulunya cita-cita orang tua yang tidak tercapai.

Salah satu faktor yang dapat mendukung kematangan karir pada anak adalah adanya relasi orang tua dengan anak (Bae & Lee, 2024). Dalam relasi orang tua dengan anak yang baik tentu akan akan terdapat dukungan secara emosi dan akademik. Orang tua mendukung apa yang menjadi minat anak sehingga memiliki karir yang cemerlang. Untuk mengenal minat tentu harus pula mempelajari bakat atau kemampuan yang dimiliki anak. Berdasarkan Markus Buckingham menyatakan bahwa aka nada pola yang berulang dari pikiran, perasaan dan perilaku untuk terus melakukan aktivitas yang kita sukai (Khazi, 2019). Keselarasan pikiran, perasaan dan perilaku ini tentu akan membantu seseorang dalam menghadapi tantangan dan hambatan dalam pencapaian tujuan yang telah ia tetapkan. Karena pada hakekatnya manusia membutuhkan motivasi dalam pencapaian tujuan hidupnya. Motivasi ini menimbulkan gairah dan semangat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.  Adapun beberapa pertanyaan yang dapat membantu anak agar memiliki keselarasan dalam minat dan bakat seperti:  “apakah saya tetap menyukai minat ini meski tidak mendapatkan dukungan dari siapapun?”; apakah saya tetap akan bertahan untuk mengerjakan ini meski ada kesulitan?, ada rasa ingin tahu apa terkait minat ini?; adakah hal yang perlu di kembangkan terkait minat yang ia pilih?; pekerjaan seperti apa yang diharapkan dari minat yang ditekuni? Beberapa pertanyaan ini membantu menyadarkan anak-anak lebih memikirkan kembali seberapa ia menyukai dan mampu melakukan pada keterampilan itu.

Beberapa langkah-langkah yang dapat membantu anak agar dapat menemukan dan mengembangkan minat menjadi sebuah karir di masa depan yaitu pertama, diajarkan untuk menjadi “mahir dalam minatnya”, artinya ia harus mau belajar terus-menerus terkait ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan dalam minatnya. Misalnya jika ingin jadi pianis, maka harus mau belajar les piano dari level 1, 2 hingga seterusnya. Bahkan jika dibutuhkan perlu adanya magang bekerja di tempat yang dapat mengembangkan minatnya. Kedua, anak perlu untuk mencari mentor yang telah bekerja di bidang minatnya. Hal ini membantunya dapat belajar dari sang ahli dan dapat membimbing untuk ke arah karir yang tepat dan cemerlang sesuai dengan minat dan bakatnya. Ketiga, mengembangkan minat melalui komunitas. Sebuah keterampilan dapat berkembang ketika dipraktekkan dan berguna bagi orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan mengikutsertakan anak dalam perlombaan guna mengasah rasa percaya diri, belajar dari kekalahan dan kemenangan yang diperoleh. Selain itu, mempraktekkan keterampilan dalam acara-acara tertentu, events atau komunitas.

Adapun langkah-langkah diatas bukan merupakan sebuah urutan namun proses yang harus terus-menerus dilakukan hingga anak mendapatkan karir yang diharapkan. Beberapa anak mudah menyerah satu atau dua bulan dan meminta ganti les atau ekstrakurikulernya karena menyatakan ini bukan minat saya. Sebagai orang tua yang bijak perlu mengajarkan anak untuk dapat berjuang dan bertahan pada minatnya. Orang tua pun perlu berhati-hati dalam merespon kegagalan anak sehingga ia tidak patah arang dan mau tetap bangkit lagi berjuang untuk meraih cita-cita atau tujuan yang diharapkan. Anak membutuhkan apresiasi atas usahanya dan dorongan agar mampu bertahan dan melewati masa sedih karena kegagalannya (Lidiawati, 2019). Karena untuk menguasai satu bidang minat bukanlah hal yang mudah. Anak membutuhkan waktu untuk belajar keterampilan dan meningkatkan kemahirannya sehingga ia harus menghadapi kesulitan serta tantangan dalam menguasai atau memahami minatnya secara mendalam. Bantulah anak mampu melewati semua kesulitan dan tantangannya bukan dengan menambah beban bahwa minatnya tidak sejalan dengan minat orang tua.

Referensi:

Bae, H., & Lee, K.-H. (2024). Mediating the Effect of the Parent-Child Relationship in the Relationship Between Self-concept and Career Maturity in Children and Adolescents. Lnternational Electronic Journal of Elementary Education. https://doi.org/10.26822/iejee.2024.340

Khazi, G. (2019). Passion to Careers : Nine Steps to Building a Successful Career From Your Passion. KR Publishing.

Lidiawati, K. (2019). Grit: Melatih Anak Memiliki Daya Juang. Buletin KPIN. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/374-grit

Zunker, V. G. (2006). Career counseling, a holistic approach (7th Ed). California: Thomson Brooks/Cole.