ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 07 April 2024

 

 

Di Balik Tinta: Menulis sebagai Jendela Jiwa

Oleh:

Puspita Sandra Dewi

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

 

Siapa yang tidak pernah menulis? Hampir seluruh manusia di bumi, pernah menulis, baik untuk keperluan kerja, studi, atau bahkan hobi. Gardner (1983) bahkan menyebutkan salah satu dari delapan kecerdasan adalah verbal-linguistik, di mana menulis menjadi salah satu dari bentuk kecerdasan ini (Musfiroh, 2014). Lebih dalam lagi, menulis sebenarnya media komunikasi bagi individu dalam mengekspresikan pikiran, emosi, dan pengalaman melalui kata-kata. Bentuknya bisa berupa jurnal, puisi, novel, atau non-fiksi. Menulis memungkinkan individu untuk menuangkan perasaan dan pengalaman mereka ke dalam tinta. Dari sudut pandang psikologis, menulis diketahui memiliki manfaat terapeutik. Terapi menulis, juga dikenal sebagai terapi jurnal atau menulis ekspresif. Individu akan diminta untuk meletakkan pena di atas kertas dan mengeksplorasi pikiran serta emosi mereka dengan cara yang terstruktur. Melalui menulis, individu dapat mengeksplorasi pikiran bawah sadar mereka, menghadapi masalah yang belum terselesaikan, dan memulai perjalanan penemuan diri.

Ada beberapa manfaat dari terapi menulis ekspresif (Baddeley & Pennebaker, 2011), yaitu (1) Pelepasan emosi: Menulis memungkinkan individu untuk melepaskan emosi yang terpendam dan mengekspresikan diri mereka di tempat yang aman tanpa ada yang akan menghakimi, (2) Refleksi diri: Menulis dapat membuat individu memperoleh wawasan tentang keyakinan, nilai, dan perilaku mereka, yang mengarah pada kesadaran diri yang lebih besar dan pertumbuhan pribadi, (3) Pengurangan stres: Menulis telah terbukti dapat mengurangi tingkat stres, memperbaiki suasana hati, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan dengan memberikan jalan keluar yang sehat untuk memproses emosi. (4) Pemrosesan trauma: Menulis juga dapat membantu dalam memproses pengalaman traumatis, mengurangi dampak emosional dari peristiwa masa lalu, dan mempromosikan penyembuhan dan ketahanan.

Menarik bukan? Lalu bagaimana mempraktikkan terapi menulis ekspresif? Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memulai terapi menulis ekspresif (Evans & Pennebaker, 2014):

(1) Pilih waktu dan tempat yang tenang, carilah waktu dan tempat untuk dapat fokus sepenuhnya pada menulis tanpa gangguan. Suasana yang tenang dan nyaman akan membantu untuk merenung dengan lebih baik, (2) tentukan topik atau pengalaman yang ingin dibahas. Pilih topik, perasaan, atau pengalaman yang ingin dieksplorasi dalam sesi menulis. Bisa berupa perasaan yang sedang dialami, pengalaman traumatis, atau hal-hal yang membebani pikiran, (3) Tulis tanpa henti, tulislah tanpa memikirkan tata bahasa, ejaan, atau struktur kalimat. Biarkan kata-kata mengalir begitu saja dari pikiran ke kertas atau layar. Hiraukan penilaian atau kritik, (4) Jujur dan terbuka, menulis ekspresif adalah tentang kejujuran dan keberanian untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Jangan takut untuk menulis apa pun yang muncul dalam pikiran, tanpa sensor atau penyaringan, (5) Ekspresikan emosi dan perasaan, gunakan kata-kata untuk menggambarkan emosi dan perasaan dengan jelas. Tidak perlu ragu untuk mengekspresikan kemarahan, kesedihan, kekecewaan, atau bahkan kegembiraan di dalam tulisan, (6) Rutin dan konsisten, lakukan praktik menulis ekspresif secara rutin dan konsisten. Buat jadwal harian atau mingguan untuk meluangkan waktu menulis, sehingga terapi ini dapat memberikan manfaat yang maksimal, (7) Refleksi dan evaluasi, setelah menulis, luangkan waktu untuk membaca dan merefleksikan isi tulisan. Evaluasi bagaimana proses menulis tersebut memengaruhi perasaan dan pikiran. Perhatikan apakah ada pola atau temuan menarik yang muncul.

Menulis itu lebih dari sekadar tinta dengan kata-kata di atas kertas. Menulis memiliki kekuatan untuk menyembuhkan, mengubah, dan memberdayakan individu pada tingkat yang mendalam. Baik itu melalui jurnal, bercerita, atau puisi, manfaat terapeutik dari menulis tidak dapat disangkal. Ketika menavigasi kompleksitas kehidupan, jangan meremehkan kekuatan penyembuhan dari menaruh pena di atas kertas dan merangkul perjalanan transformatif yang ditawarkan oleh terapi menulis.

Menulislah dan jadilah bahagia!

Referensi:

Baddeley, J. L., & Pennebaker, J. W. (2011). The expressive writing method. In L. L'Abate & L. G. Sweeney (Eds.), Research on writing approaches in mental health (pp. 85–92). Emerald Group Publishing. https://doi.org/10.1163/9780857249562_007.

Evans, J.F., & Pennebaker, J.W. (2014). Expressive Writing: Words That Heal. Enumclaw, WA: Idyll Arbor.

Gardner, H. (1983). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. NewYork, NY: Basic Books.

Musfiroh, T. (2014). Hakikat kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences). Modul Perkuliahan. Universitas Terbuka