ISSN 2477-1686

 

Vol. 10 No. 04  Februari 2024

 

Membentuk Potensi Anak, Siapa yang Berperan?

 

Oleh:

Muhamad Alif Cikal Akrom, Salsabila Alifiannisa, Faqih Ghozali, Cynthia Fitri,

Izzan Ghani & Syaemaa

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka

 

Seorang anak merupakan pribadi yang khas dan memiliki kesanggupan yang berbeda untuk perolehan dirinya dan hal yang dimiliki pada dirinya. Perbedaan kesanggupan harus diketahui oleh setiap orang tua dan pengajar di lingkungan pendidikannya supaya efektif ketika menentukan cara dalam pengajaran atau pembinaan untuk membentuk potensi yang dimiliki oleh seorang anak. Potensi adalah kekuatan, energy atau kemampuan yang terpendam, dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal (Endra K Pihadhi, 2004:6). Potensi diri yang dimaksud disini adalah suatu kemampuan yang masih tersimpan berbentuk fisik, karakter, minat, bakat, dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri tetapi belum dimanfaatkan dan dikelola. Optimalisasi diri yang baik dan sehat pada seorang anak tentu sebuah impian setiap orang tua dan pengajar serta anak yang sedang bertumbuh dan berkembang, oleh karena itu perlu adanya komitmen dan kerjasama antara berbagai pihak baik orang tua maupun pengajar di lingkungan pendidikan. Proses tumbuh kembang anak dapat dilihat ketika terdapat perubahan perilaku yang berbeda dengan perilaku sebelumnya. Sebagai orang tua dan pengajar harus memahami proses tumbuh kembang anak dengan disesuaikan pada karakter dan tahap perkembangan seorang anak karena proses tumbuh kembang tersebut menghasilkan serangkaian tahapan yang menimbulkan terjadinya pembentukan perilaku pada seorang anak yang sedang bertumbuh dan berkembang dalam membentuk potensi kepribadiannya.

 

Kepribadian yang Dituju

Artikel ini bermaksud membuka pengetahuan dan evaluasi bagi orang tua dan pengajar di lingkungan pendidikan dalam mengetahui peranan terkait membentuk potensi kepribadian seorang anak. Setiap kesempatan seorang anak pasti menggunakan salah satu inderanya sebagai bentuk dari stimulus bagi pembentukan hubungan persarafan (sinapsis) yang dilakukan secara berulang sehingga menjadi suatu ingatan pengalaman dalam menentukan cara anak dalam berpikir, merasakan, berperilaku, dan belajar dimasa sekarang dan yang akan datang (Erica, 2016). Dengan demikian proses pembentukan potensi kepribadian pada seorang anak sangat perlu komitmen, dukungan, dan kerjasama antara peranan orang tua dan pengajar di lingkungan pendidikan.

 

Peran Orang Tua

Pada umumnya lingkungan pendidikan yang paling pertama dan utama bagi seorang anak adalah pendidikan yang berasal dari lingkungan keluarga, khususnya oleh orang tua. Orang tua dapat sebagai penentu terhadap potensi kepribadian seorang anak untuk belajar, berinteraksi dan berperilaku terhadap lingkungan disekitarnya. Kedekatan yang hangat dengan orang-orang terdekatnya merupakan cara terbaik untuk menumbuhkan pola asuh yang baik dan sehat, dimana pada saat seorang anak diajak bermain bersama dan berbicara didalam lingkungannya tersebut akan mempengaruhi secara psikologis terhadap perubahan besar bagi tumbuh kembang dan potensi anak di masa depan (Erica, 2022). Seperti diketahui bahwa anak usia dini dalam tumbuh kembang otaknya sangat pesat dan dapat segera mendapatkan informasi tanpa dipilah, diteliti kebenerannya atau manfaatnya lebih dulu. Maka orang tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang tepat dan sesuai bagi anaknya, yang bertujuan untuk mengoptimalkan kesanggupan seorang anak pada pembentukan potensi kepribadiannya, dan menanamkan nilai yang baik padanya sehingga dapat mencegahnya dari perilaku menyimpang atau tidak dapat diterima dan tidak sehat di masa depan. Terdapat 4 fungsi utama Pola Asuh menurut Baumrind (1971:54), yaitu:

 

1.    Membentuk kepribadian anak

Pola asuh yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian seorang anak. Sebagai contoh pada orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis pada seorang anak maka seorang anak itu akan membentuk pribadi yang baik, sedangkan pada orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter maka seorang anak akan menjadi pribadi yang keras dan hanya memikirkan dirinya sendiri dibanding kemaslahatan bersama.

 

2.    Membentuk karakter anak

Pola asuh yang diberikan oleh orang tua kepada seorang anak juga dapat membentuk karakter seorang anak. Sebagai contoh seorang anak akan memiliki karakter yang baik jika tumbuh didalam keluarga yang harmonis dan memiliki komunikasi dua arah yang baik, selalu memberi, mendengarkan, dan dapat bertangunggjawab.

 

3.    Membentuk kemandirian anak

Umumnya seorang anak yang mandiri itu tumbuh dalam proses pembentukan pola asuh orang tua yang memberi keleluasaan pada kemandirian, tidak memanjakannya. Sebagai contoh ketika seorang anak dalam mengerjakan tugas sekolah maka diperlukannya bimbingan bukan memberitahu jawaban pada soal atau membantu sepenuhnya anak terhadap tugas sekolahnya.

 

4.    Membentuk perilaku anak

Seorang anak adalah peniru terbaik terkait perilaku seseorang yang dapat dirasakan oleh alat inderanya. Perilaku seorang anak menjadi baik jika orang tua memperkenalkan padanya sejak dini tentang agama, budi pekerti, dan perilaku yang dapat diterima oleh seseorang atau masyarakat.

 

Peran Lingkungan Pendidikan

Selain peran orang tua, seorang anak dalam membentuk potensi kepribadiannya juga perlu peran seorang pengajar di lingkungan pendidikan sebagai tambahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

 

20     Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 Ayat 1), dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan diharapkan dapat membentuk potensi anak seoptimal mungkin dengan melalui kegiatan bermain sambil belajar. Pada proses dilingkungan pendidikan seorang pengajar penting untuk mendidik seorang anak didiknya dengan metode kreatif, inovatif, dan fleksibel untuk membentuk potensi kepribadian seorang anak secara optimal.

 

Penutup

Membentuk potensi kepribadian seorang anak tidak dapat dilakukan secara langsung dan singkat. Diperlukannya usaha menerus dan berkelanjutan, terutama oleh orang tua dan pengajar pada lingkungan pendidikannya untuk memberikan wawasan dan pemahaman dengan cara yang tepat juga ideal sesuai pada karakter dan proses perkembangan seorang anak. Pembentukan potensi kepribadian pada seorang anak merupakan usaha konkrit dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis bagi keluarga dan masyarakat serta agama dan bangsa di masa depan.

 

Referensi:

 

Baumrind. (1971). Current Patterns of Parental Authority; Developmental Psychology Monographs, America, American Psychological Association.

Erica, D. (2016). Penerapan Parenting Pada Perkembangan Anak Usia Dini Menurut Sudut Pandang Islam. Jurnal Cakrawala, Vol. XVII No. 2, Hal. 34–45. Retrieved from https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/view/1286.

Erica, Denny. et al. (2022). Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pandangan Islam. Jurnal Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol. X, No. 2.

Herawati. (2018). Memahami Proses Belajar Anak. Jurnal UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Retrieved from https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/view/4515.

Prihadhi, Endra K. 2004. My Potensi. Jakarta: Elek Media Komputindo.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (n.d.).