Vol. 10 No. 01 Januari 2024
Penyesuaian Diri Istri dan Anak Prajurit sebagai Anggota Keluarga TNI AL
Oleh:
Risna Laila Sari, Khoerunisa Intan Sefyana, & Muhammad Erwan Syah
Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Prajurit TNI Angkatan Laut merupakan sekelompok orang yang mengemban tanggung jawab besar bagi negara. TNI Angkatan Laut memiliki tugas yang berkaitan dengan wilayah perairan atau kelautan. Tugas tersebut tidak jauh dari kegiatan berlayar untuk melihat keadaan laut lebih dekat atau menyelesaikan misi tertentu. Seorang prajurtit TNI Angkatan Laut seringkali memiliki waktu yang terbatas untuk berkumpul dengan keluarganya karena seorang prajurit TNI AL kerap menghabiskan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun jauh dari keluarganya untuk bertugas bahkan dipindah tugaskan (Solicha & Sadewo, 2023). Hal tersebut tentu memberikan pengaruh bagi segala lingkup kehidupan prajurit termasuk lingkup sosial. Lingkup sosial yang dimaksud yaitu teman serta keluarga yang ditinggal berlayar oleh prajurit dalam jangka waktu yang relatif lama. Adanya kekosongan menuntut pihak keluarga maupun prajurit sendiri untuk melakukan proses penyesuaian diri karena adanya kekosongan peran. Penyesuaian diri merupakan tuntutan lingkungan terhadap sikap, perilaku, dan emosi sehingga individu mengalami suatu proses penyesuaian pembentukan sikap dengan perilaku lingkungannya (Hasmayni, 2014).
Pada dasarnya, setiap istri prajurit Angkatan Laut telah mendapatkan pendampingan dan pembekalan pranikah dari pihak Angkatan Laut. Mereka telah diberikan pemahaman, bahwa seorang istri prajurit harus siap menerima segala resiko, tanggung jawab bahkan peran ganda sebagai istri maupun suami terutama ketika sang suami sedang bertugas (Karunia et al., 2019). Oleh karena itu, kebanyakan dari istri prajurit TNI sudah siap jika suaminya ditugaskan sehingga menyadari dan berusaha menerima sepenuhnya bahwa hal tersebut sudah menjadi konsekuensi yang harus ditanggung dari profesi yang dijalankan oleh suaminya sebagai seorang abdi negara (Damayanti et al., 2016). Maka dari itu, agar tetap dapat menjalankan perannya, istri prajurit perlu menghadapi proses penyesuaian diri. Namun tidak dipungkiri banyak juga dari para istri prajurit yang mengalami kesulitan atau masalah dalam melakukan penyesuaian diri saat suaminya sedang bertugas.
Bagi keluarga militer terutama istri yang terpisah sementara dengan pasangannya perlu menghadapi penyesuaian dalam hal seks, komunikasi, pengambilan keputusan, menjalankan tanggung jawab pekerjaan dan perkawinan, pengaturan keuangan serta peran ganda sebagai pasangan dan orang tua (Solicha & Sadewo, 2023). Selain itu pasangan yang sudah mempunyai anak, seorang istri harus menjalankan peran ganda sebagai ibu dan ayah dalam hal mengurus anak-anaknya sehingga dapat dikatakan bahwa tugas-tugas suami akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab istri. Meningkatnya tanggung jawab istri TNI dalam menghadapi persoalan sehari-hari, membuat mereka dituntut untuk menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan mandiri.
Tuntutan akan tugas berlayar suami yang memakan waktu berbulan-bulan hingga tahun lamanya, menyebabkan beberapa persoalan penyesuaian diri seperti istri yang merasa kesepian, ketergantungan, hilangnya rasa kepercayaan terhadap pasangan, emosi yang tidak stabil, serta kehilangan dukungan sosial dari suami. Untuk menghadapi masalah tersebut dapat disiasati dengan melakukan komunikasi rutin melalui telepon, sms atau email dengan pasangan serta perlunya kesadaran untuk memprioritaskan waktu untuk pasangannya. Sangat penting bagi pasangan suami istri TNI untuk membicarakan tentang harapan tugas di tempat kerja, di rumah dan hal-hal yang berkaitan dengan pengasuhan anak-anak. Berkembangnya teknologi komunikasi seharusnya tidak menghambat pasangan suami istri untuk tetap dapat menjalin hubungan jarak jauh, sehingga tercipta hubungan saling percaya bahkan masalah yang terjadi dapat terselesaikan. Seorang istri juga perlu terbuka dengan lingkungannya agar terjalin hubungan, baik dengan istri-istri prajurit TNI atau dengan pihak dari Angkatan Laut sehingga mereka dapat memberikan dukungan satu sama lain ketika sedang mengalami kesulitan.
Prajurit TNI juga merupakan seorang ayah bagi para anak-anaknya dimana ayah merupakan salah satu sosok yang tidak kalah penting perannya dalam keluarga sebagai kepala keluarga. Dalam suatu keluarga, peran ayah dan ibu sama-sama memiliki manfaat masing-masing bagi pertumbuhan anak. Kedua peran orang tua tersebut saling melengkapi dan mengisi kekosongan peran yang ada. Orang tua seharusnya menjadi jiwa yang adaptif bagi anak agar anak dapat menyesuaikan tingkah laku selama pertumbuhan serta perkembangannya dalam segi karakter, kognitif, moral, pendidikan, dan kreativitas (Hulukati, 2015).
Anak seorang prajurit TNI AL memungkinkan untuk terpisah dalam waktu yang lama dengan ayahnya ketika ayahnya bertugas sebagai seorang prajurit. Hal tersebut menyebabkan adanya kekosongan peran orang tua yaitu peran ayah untuk sementara. Dalam perkembangan anak, ayah sendiri berperan sebagai orang yang mendorong anak untuk lebih berani, mendorong anak untuk melakukan interaksi dengan orang lain, mandiri, serta mengajarkan mengenai rasa tanggung jawab (Nurhani, 2020). Untuk itu, anak akan mengalami proses penyesuaian dirinya akibat posisi peran yang kosong saat ayahnya bertugas. Anak yang berada pada rentang usia 4-6 tahun dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian pada dirinya sebagaimana anak mampu bereaksi secara efektif dalam suatu hubungan (Handono, 2013). Seiring bertumbuhnya usia anak, ia akan lebih mengerti mengapa ayahnya seringkali tidak ada di rumah dalam waktu yang tidak sebentar. Bentuk pemahaman yang tumbuh dalam diri anak tersebut merupakan bentuk penyesuaian diri yang timbul secara alami. Melalui pemahaman yang ada, anak akan mengeluarkan sikap yang menurutnya harus dilakukan selama ayahnya bertugas. Proses penyesuaian diri tersebut akan menimbulkan sikap anak yang lebih mandiri atau bahkan menggantikan peran ayahnya di rumah untuk saudaranya. Selama ayahnya bertugas, anak akan menaruh perhatiannya kepada sang ibu sebagai kepala keluarga untuk sementara menggantikan ayahnya. Anak juga dapat tetap melakukan komunikasi dengan ayahnya melalui telepon walaupun terkadang sulit.
Selain itu, anak juga dituntut melakukan penyesuaian diri ketika ia turut ikut ayahnya yang dipindah tugaskan dan masuk ke lingkungan sosial yang baru. Dalam proses penyesuaian diri anak pada lingkungan baru, biasanya terdapat proses self esteem yang berperan. Self esteem merupakan proses penilaian individu terkait dirinya sendiri (Firdausia, 2020). Anak akan mengevaluasi gambaran dirinya untuk lebih mengenal diri sendiri dimana hal tersebut akan membantu anak untuk menyesuaikan serta mengenal orang lain dan lingkungan yang lebih luas.
Hidup di lingkungan TNI sudah menjadi bagian resiko dan konsekuensi yang harus dihadapi oleh pihak keluarga prajurit baik istri dan anaknya. Permasalahan seperti penyesuaian diri menjadi keluarga prajurit, sebenarnya dapat berlangsung dengan baik apabila setiap anggota keluarga saling memahami setiap tanggung jawab dan peran yang perlu dijalankan. Pihak Angkatan Laut juga perlu ikut serta dalam proses penyesuaian diri anggota keluarga prajurit seperti memberikan dukungan sosial dan dukungan secara psikologis. Terlepas dari kesulitan yang dihadapi keluarga prajurit ketika ditinggal bertugas, mereka tetap berperan dalam keberhasilan prajurit untuk menjalankan tugasnya.
Referensi:
Damayanti, F. (2019). Resiliensi Istri Tentara (TNI-AD) Yang Tinggal di Asrama Ketika Suami Bertugas di Daerah Konflik. Professional Health Journal, 1(1), 9–20
Firdausia, S., dkk. (2020). Hubungan Self Esteem dengan Penyesuaian Diri pada Anak Usia 4-5 Tahun. Aulad: Journal on Early Childhood. 3(2), 95-102.
Handono, O., dan Bashori, K. (2013). Hubungan antara Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial terhadap Stres Lingkungan pada Santri Baru. EMPHATY Jurnal Fakultas Psikologi. 1(2), 79-89.
Hasmayni, B. (2014). Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Diri Remaja. Jurnal Magister Psikologi UMA. 6(2), 98-104.
Hulukati, W. (2015). Peran Lingkungan Keluarga terhadap Perkembangan Anak. Musawa. 7(2), 265-282.
Karunia, N. E., Sugoto, S., & Wahyuningsih, S. (2019). Permasalahan Penyesuaian Perkawinan Pada Istri Prajurit Angkatan Laut Marital. Jurnal Psikologi, 2(1), 1 – 16.
Nurhani, S., & Putri, A. A. (2020). Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan terhadap Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Usia 4-6 Tahun. Atfaluna: Journal of Islamic Early Childhood Education. 3(1), 34-42.
Solicha, S., & Sadewo, F. X. S. (2023). Strategi Istri Prajurit Angkatan Laut dalam Mempertahankan Keharmonisan Keluarga ketika ditinggal Suami Dinas Dalam Waktu Lama. Paradigma. 12(1), 251-260.