Vol. 9 No. 21 November 2023
Kreativitas Vs Berbakat
“Anak Berbakat Perlu Kreatif Tidak?”
Oleh:
Angellie Wijaya, Cindy Fernanda, Joanne Gracia Wirasantosa, Michelle Monalie Hartono, & Allessandra Theresia
Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan
Keberbakatan bisa jadi wacana yang menarik untuk dibahas. Anak berbakat sering dinilai sebagai anak yang memiliki kapasitas inteligensi superior dan selalu memiliki prestasi yang tinggi di sekolah. Keberbakatan menurut teori Renzulli (2020) lazim dikenal dengan Konsep Tiga Cincin yang mencakup kemampuan luar biasa (diukur dengan nilai intelejensi atau tes IQ), komitmen terhadap tugas, dan kreativitas. Biasanya ketiga konsep ini ada pada anak berbakat dan ditunjukkan di area sekolah, keluarga, dan lingkungan sekitar lainnya. Renzulli (2016) menjelaskan bahwa ketiga hal ini saling berhubungan satu sama lain. Pada domain komitmen terhadap tugas, hal ini pasti didorong oleh motivasi sehingga menghasilkan pencapaian tinggi yang diperoleh (kemampuan luar biasa). Sedangkan melalui kreativitas, individu bisa paham akan kelancaran dan keaslian pemikiran, hal ini mendukung individu juga untuk mendapatkan pengalaman yang memimpinnya ke pencapaian prestasi atau kemampuan yang luar biasa.
Membahas mengenai kreativitas merupakan hal yang cukup penting bagi perkembangan manusia. Kreativitas merupakan karakteristik yang dimiliki seseorang yang mampu untuk mengembangkan ide-ide baru dan unik, memiliki keingintahuan yang besar terhadap suatu hal dan mendapatkan cara tersendiri untuk mengembangkan ide tersebut. Beberapa hal yang menjadi ciri anak yang kreatif biasanya anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berani mengambil resiko, memiliki ide-ide menarik yang jarang dipikirkan orang lain, berani dalam mengungkapkan pendapat terhadap masalah, dan beberapa anak menunjukkan kepercayan diri yang tinggi.
Ketika melihat konsep kreativitas, perlu disadari bahwa kreativitas pada anak berbakat sangatlah penting untuk dikembangkan sebagai bagian aktualisasi diri bagi anak. Dalam keberbakatannya, anak berbakat ditemukan sering memiliki ide-ide dan kreativitas-kreativitas unik dan tidak umum. Mereka juga cenderung untuk memiliki rasa penasaran yang tinggi. Apabila keinginan untuk eksplorasi diri anak berbakat tidak didukung, maka mereka tidak dapat mengaktualisasikan dirinya sebagaimana semestinya dan seringnya menimbulkan berbagai masalah di dalam diri anak. Sebaliknya, apabila kreativitas yang dimiliki oleh anak berbakat didukung secara penuh oleh orang tua dan lingkungannya, anak berbakat semakin lama akan semakin mampu untuk dapat mengaktualisasikan dirinya. Singkatnya, dengan mengembangkan kreativitas anak berbakat, secara tidak langsung akan memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban. Melihat kedua hal yang berkesinambungan ini, dapat dikatakan bahwa kedua hal ini sama-sama "menguntungkan" kedua belah pihak. Anak dapat mencapai tingkat aktualisasi diri dan perkembangan peradaban pun juga dapat mencapai "aktualisasi" nya.
Dalam mengembangkan kreativitas, terdapat dua kendala yang perlu dipertimbangkan akan mengganggu kreativitas anak berbakat. Saat anak berbakat mengungkapkan ide kreatif yang dimiliki kepada orang lain, orang lain yang mendengarnya belum tentu memberikan reaksi yang mendukung. Terlebih, jika ide tersebut memiliki tingkat kreativitas yang besar, sehingga orang lain yang mendengarnya bisa saja merasa kewalahan, hingga bahkan menolak ide tersebut. Setelah mengalami penolakan itu, ditakutkan jika anak berbakat mengurungkan niatnya untuk mengembangkan ide tersebut dan enggan untuk mengungkapkan lagi ide-ide kreatifnya di masa depan. Selain itu, anak berbakat juga dikenal memiliki sikap yang kaku dalam menanggapi opini orang lain. Dalam kreativitas, seringkali opini orang lain dapat dijadikan sumbangsih untuk mengembangkan suatu ide yang sudah ada untuk menjadi lebih kreatif. Apabila anak berbakat sulit terbuka terhadap sumbangan ide dari orang lain, maka hal ini dapat menghalangi anak berbakat untuk bisa mengembangkan sebuah ide menjadi lebih kreatif lagi.
Dalam hal ini, setiap anak bisa memiliki kreativitas sendiri di berbagai bidang. Perlu stimulasi yang tepat bagi anak untuk bisa mengembangkan kemampuannya. Pada anak berbakat, kreativitas menjadi wadah penting bagi mereka untuk bisa mengelola kemampuan yang dimiliki sehingga melalui kreativitas anak-anak akan mampu untuk mengembangkan diri mereka sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Lingkungan dalam hal ini orang tua maupun sekolah perlu belajar untuk bisa menerima anak-anak berbakat sehingga mempersiapkan diri untuk stimulasi yang tepat.
Referensi:
Lazar, F. L. (2020). The Importance of Inclusive Education for Child With Special Needs. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, 12(2), 99-115.
Renzulli, J. S. (2016). The three-ring conception of giftedness: A developmental model for promoting creative productivity. In S.M. Reis (Ed). Reflections on gifted education (pp. 55-86). Waco, TX: Prufrock Press.Malaysian Journal of Learning and Instruction, 18, No. 2 (July) 2021, pp: 301-328
Renzulli, J. S. (2020). Promoting social capital by expanding the conception of giftedness. Talent, 10(1), 2-20.