Vol. 9 No. 21 November 2023
Usia Emas Perlu Kesempatan Emas
Oleh:
Krishervina Rani Lidiawati
Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan
Berdasarkan Kementrian Kesehatan telah mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada rapat kerja nasional BKKBN menyatakan bahwa prevalensi stunting di Indonesia turun menjadi 21.6% di tahun 2022 dari yang sebelumnya 24,4% di tahun 2021. Namun angka ini tentu masih memprihatinkan sehingga anak-anak perlu diperhatikan nutrisi dan kesehatannya agar dapat berkembang secara optimal. Pada lima tahun kehidupan pertama atau dikenal dengan istilah golden age atau usia emas berusia 0 hingga 5 tahun. Pada masa ini anak-anak mengalami perkembangan yang pesat secara fisik, kognitif dan kemampuan sosio-emosional. Secara fisik, anak-anak ini bertumbuh secara pesat baik tinggi, berat badan dan bertambahnya jumlah neuron dalam otak. Anak-anak semakin aktif bergerak, dari mulai merangkak, berjalan, melompat, dan bahkan berlari. Selain itu, dimulai usia tiga tahun mereka sudah aktif bertanya kepada orang tua atau orang dewasa tentang segala hal di sekitar.
Menurut Jean Piaget, tahap perkembangan 0 hingga 2 tahun berada pada tahap sensori motorik sedangkan 2 sampai 7 tahun berada pada tahap pra-operasional (Plotnik, 2014). Pada tahap awal, bayi menunjukkan kemampuannya dalam merespon, menunjukkan gerak refleks, melakukan kegiatan berulang seperti menghisap ibu jari atau memasukkan semua jari ke dalam mulut. Hari demi hari mereka sedang belajar dari informasi yang diterima oleh panca indranya. Mendengar orang dewasa berbicara, lagu atau suara binatang disekitar serta memberikan respon dengan tersenyum atau menangis karena kaget. Anak-anak juga mulai memegang erat barang-barang disekitar, menggenggam erat dan kemudian menariknya. Pada masa ini tugas perkembangan mereka adalah bermain dari lingkungan dengan berbagai stimulus yang ada. Oleh karena itu, penting memberikan berbagai permainan dalam berbagai bentuk ataupun bervariasi. Contohnya memberi kesempatan anak mendengar berbagai macam jenis instrument atau alat musik, lagu, mendengar cerita-cerita anak (story telling), memegang benda dengan berbagai tekstur (seperti beras, kacang-kacangan, berjalan di rumput, memegang daun, bunga dan benda lainnya tentunya yang aman serta dalam pengawasan orang tua). Semakin bertambah besar maka anak dapat diperkenalkan berbagai alat musik, ditambahkan kosakata dari bahasa asing (bahasa selain bahasa ibu). Hal ini sesuai dengan perkembangan anak usia 3 tahun yang sedang mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi melalui bahasa.
Selain itu, anak-anak pada usia emas ini sedang memiliki tugas perkembangan sosio-emosional. Tahap pertama dikenal dengan istilah trust versus mistrust (Papalia, 2021). Pada awal kehidupan mereka membutuhkan pertolongan dan butuh perhatian. Oleh karena itu, jika orang tua responsive dan peka terhadap kebutuhannya membantu anak tersebut memiliki persepsi dunia itu aman. Mereka mulai belajar membentuk rasa percaya terhadap lingkungan, orang-orang disekitarnya, apakah dunia sebagai tempat yang aman atau mengancam. Pada tahap kedua, di usia 1 tahun hingga 3 tahun (autonomy versus shame and doubt periods) anak-anak belajar untuk mencoba mandiri seperti makan sendiri, ingin memakai baju dan sepatu dengan tangan mereka. Tahap ini anak-anak sedang mengembangkan rasa kemandirian mereka, jika kurang adanya dukungan maka mereka akan mengembangkan rasa malu karena kurang mampu melakukan tugas secara mandiri. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan tentunya hal ini dibutuhkan kesabaran (Plotnik, 2014).
Pada tahap ketiga yaitu initiative versus guilt period (usia 3-5 tahun). Anak- anak belajar untuk berinisiatif melakukan hal-hal yang dilakukan orang dewasa seperti ingin mencoba membantu ibu atau orang dewasa lainnya yang sedang melakukan tugas tertentu. Pada tahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan dalam menyusun rencana dan berinisiatif melakukan sesuatu. Jika mereka tidak didukung dalam melakukan sesuatu maka kemungkinan mereka akan mengembangkan rasa bersalah dan kesulitan untuk melakukan perencanaan dimasa yang akan datang. Berdasarkan paparan diatas maka pada masing-masing tahap anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk belajar. Kesempatan belajar ini adalah periode penting yang sangat berharga karena dapat membentuk karakter dan tidak boleh dilewatkan begitu saja oleh para orang tua. Usia emas hanya terjadi satu kali di lima tahun awal kehidupan mereka.
Demikian kita juga penting untuk mengingatkan bahwa anak harus belajar memiliki etika yang tepat sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Pada masa anak-anak, mereka telah mampu belajar dari apa yang diamati. Mereka belajar dari konsekuensi yang mereka dapatkan. Perilaku akan semakin menguat ketika mendapatkan penguatan dari orang-orang disekitar. Hal ini tentu membuat orang tua lebih dapat memperhatikan ucapan dan perilaku sebagai respon atas perilaku anak. Pada tahap ini pula anak-anak belajar untuk berbuat baik untuk mendapatkan apresiasi dan menghindari hukuman dari orang tua (Papalia, 2021). Pada usia 0- 5 tahun ini merupakan kesempatan emas untuk mengajarkan mereka patuh terhadap aturan dan berperilaku disiplin sesuai dengan norma aturan yang berlaku. Beberapa tips bagi para orangtua yang memiliki usia emas (0- 5 tahun):
1. Memperhatikan milestone, tahap dan tugas perkembangan di setiap tahap. Namun demikian bukan berarti menjadi orangtua yang terlalu overprotektif dan berlebihan dalam mengontrol semua aspek kehidupan anak yang dikenal dengan helicopter parenting (Lidiawati, 2021).
2. Menerima anak sebagai pribadi unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
3. Menambah pengetahuan terkait pola asuh yang sesuai sehingga potensi yang dimiliki anak dapat berkembang maksimal. Proses belajar ini membantu manusia untuk membentuk pola berpikir yang berkembang dan bertumbuh (Lidiawati, 2023).
Pola asuh orang tua tentu akan menjadi sesuatu yang dinamis pada masing-masing keluarga dan tidak ada satu pun yang dapat mengatakan pola asuh ini/ itu yang paling tepat. Karena sejatinya mendidik anak dengan keunikan masing-masing membuat kita belajar untuk terus belajar bagaimana membesarkan buah hati dengan penuh cinta.
Referensi:
Lidiawati, K.R. (2021). Waspadai helicopter parent. Buletin KPIN Vol 7 (22 November 2021). Retrieved November 2023
Lidiawati, K.R. (2023). Pola Pikir: Berhenti atau Berkembang. Buletin KPIN Vol. 9 (20 Oktober 2023). Retrieved November 2023.
Papalia, Diana E & Martorell. (2021). Experience human development (14th ed). Mc Graw Hill.
Plotnik, Rod & Kouyoumdjian, Haigh. (2014). Introduction to psychology (10th ed). Cengage Learning